Part 2 | Kating Gila

263 59 15
                                    

"Aduh kenapa ada Teddy Bear disini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aduh kenapa ada Teddy Bear disini?"

Mimi mengintip dari balik badan Gendis, maju mundur ingin meneruskan langakahnya atau tidak.  Dari sekian banyak kampus di Jakarta kenapa dia harus satu kampus dengan Teddy, dari banyaknya jurusan disini kenapa harus Teddy yang jadi kakak tingkatnya.  Dan dari banyaknya pria yang ada disini kenapa harus Teddy yang jadi orang terganteng versi katingnya.   Seakan tidak percaya akan takdir yang tidak diinginkan ini, Mimi berusaha menolak sekuat tenaga pertemuan dia dengan Teddy.  Jika ada Teddy, gimana dia bisa menjadi pribadi yang baru, bayang-bayangan omongan busuk laki-laki itu selalu saja menghantuinya.

"Wah bener-bener dunia sempit, gimana bisa Teddy Bear jadi kating gue. Ngga gue ngga mau!!! ". Saat mini ingin keluar barisan, Gendis menahan tangannya.

"Mau kemana lo, ini kita yang terakhir bentar lagi. Mau lo ngulang ospek tahun depan"

Alhasil membuatnya kembali kebarisan dan menantikan tanda tangan itu. Orang dari barisan terakhipun tiba dihadapan Teddy, nampak tak ada keterkejutan darinya, karena sejak dari awal Mimi masuk kebarisan, Teddy sudah memperhatikannya.

"Mampus loh, ngga dirumah ngga dikampus nasib lo emang jadi bahan julid tan gue"

Gendis telah selesai mendapat tanda tangan dan diminta Teddy untuk membelikannya sebungkus permen kopiko dikantin, sementara Mimi. Dia masih tertunduk lesu maju mendekati kakak tingkatnya dengan tidak bergairah, hanya tinggal dia sendiri disana, berdua dengan laki-laki reseh dan bengis sok kecakepan menurutnya.

"Kenapa? darah rendah lo? letih, lesu, lunglai tak berdaya". Mulut pedas laki-laki itu , membuat dirinya menaikan kepalanya dan terpaksa menghadap manusia yang paling dia benci didepannya sekarang.

"Ng.. ini... itu.... emm.. gimana ya... jadi... ini... itu..."

"Gagu loh? mau ngomong apa cepetan, waktu gue terbatas"

Please Mimi lo bisa menyampingkan masalah lo dirumah sama dia, please lo adalah orang baru disini, please lo bisa ngga merasa terintimidasi sama dia.

"Aku mau minta tanda tangan kakak". Mimi menyodorkan kertas dengan clue yang ada didalamnya. Seringai dari Teddy tampak menyeramkan bagi Mimi.

"Enak aja, ngga semudah itu kali"

"Lo mau gue ngapain?"

"Waah mulai ngga sopan nih adek tingkat gue"
"Ini beneran lo mau buat penawaran"

"Kalo gue minta lo jambak rambut lo sendiri mau"

Wah makin kurang ajar nih cowo kalo di diemin, alhasil jiwa macan tutul Mimi pun merasa terpanggil.

"Lo masih punya otak kan? Belum gila kan? Lo mau ngga jambak rambut lo sendiri? atau mau gue bantu jambak sekalian?"

Tampak kaget dengan emosi yang Mimi tunjukan, alih-alih takut Teddy menjadi semakin tertarik mengerjainya.
"Buset, lo sadar ngga lagi ngomong sama siapa dan datang ke gue karena apa"

Tersadar jika dia berlebihan, Mimi kembali melembut. Kali ini gue harus ngalah demi dapet tanda tangan laki-laki itu untuk menyelesaikan ospek hari ini.

"Maaf kak, saya harus ngapain untuk dapat tanda tangan kakak?"
(Idih najis tralala trilili banget gue manggil lo kakak, ngga cocok, lo itu cuma Tuman tau nggak)

"Mudah, lo jadi asisten gue satu hari selama dikampus?"

"Maaf kak, tapi saya lagi sibuk ospek jadi ngga ada waktu"

"Siapa bilang sekarang, waktunya nanti akan gue pertimbangkan"

Tidak ingin berdebat dan ingin segera menyelesaikan ini. Mimi memutuskan untuk menyetujuinya agar bisa mendapat tanda tangan orang gila ini lebih cepat. Lagian Teddy juga pasti akan lupa jika waktunya sudah lewat.

"Oke, aku setuju kak. Janji ya cuma satu hari doang"

Tak disangka tak diduga, kecerdikan Teddy selalu ada bahkan di waktu yang tidak tepat ini. Sempat-sempatnya dia merekam pembicaraan dan kesepakatan ya dengan Mimi.

"Nih kertas loh"

"Yes, oke Bye!!!"

"STOP, kenapa kok lo jadi seneng banget. Janji lo jangan lupa"

"Udah ngga berlaku, emang gue janji apaan? Ngga ada ya" . Mimi mulai berlagak lupa agar bisa keluar dari jerat perjanjian tak mendasar dari Teddy.

"Wah bagus udah mulai bisa bohong ya si Mimi Peri"

"STOP PANGGIL GUE DENGAN NAMA ITU!!!!"

"Kenapa emang nama lo Mimi Peri"

"Mischella nama gue Mischella!!!!"

"Iya Mishcella alias Mimi alias Mimi Peri"

"Lo bisa stop ngga sih, atau gue jambak rambut lo"

Bukan teddy jika tidak iseng dan ingin membuat mimi kesal, dia malah terus mengulan nama itu berulang kaki di telinga Mimi.

"Mimi Peri.... Oiiiii.... Mimi Peri..... Oiii"

"AUKKKHHH, gila lo ya"
Mimi benar-benar menjambak rambut Teddy, tidak ada orang lain disana karena koridor perpus ini berada di ujung jalan. Teddy memegang pergelangan tangan Mimi mengehentikan tingkah gila wanita ini.

"Lepas nggak!!! Sakit!!!". Mimi mulai memberontak dan mengencangkan suaranya.

"Lo tu yang sakit, sakit Jiwa!!!!"
"Udah jelek, pendek, bodoh, dan gila lagi"

"Lo yang gila"

"Lo !!!"

"Lo yang gila brengsek!!"

"Wah makin kurang ajar lo ya". Teddy menarik tangan Mimi ke samping dinding perpus, hingga mereka berdua tampak tak terlihat lagi di koridor kampus itu.

"Lepas nggak!!! Kalo ngga gue teriak!!!"

"Belum sempat berteriak, tangan Teddy sudah membekap mulut Mimi"

"Lo mau nurut atau lo gue cium disini!!!" Teddy mendekatkan dirinya kearah Mimi semakin merapatkan tubuhnya.

Mimi sontak memjamkan matanya dan mulai ketakutan, tangannya mulai bergetar menahan dada Teddy yang berusaha terus mendekat kearahnya.

Cuiiihh
Mimi membuka matanya dan meludah tepat diarah pundak kanan Teddy dan mengenai bajunya.

"Najis, bibir lo berbisa sama kaya mulut lo yang sampah itu!!!". Mimi menghentakan tangannya dengan keras hingga membuat Teddy terhuyung ke dinding belakangnya. Dengan sekuat tenaga dia melarikan diri dan mengambil kertas tanda tangan tadi yang telah jatuh ke lantai.

Teddy tersenyum penuh banyak tanda tanya dengan tatapan marah yang berapi-api.
"Bangsat juga tuh cewek, ngga selugu yang gue kira. Salah pilih lawan lo, ngga dirumah ngga dikampus selalu buat masalah sama gue.  Oke permainan dikampus kita mulai, selamat datang Mischella Scarla dikandangnya Teddy Prakoso.






Halooo....
Ada yang baca ceritaku yang ini?
Bantu vote dan komennya boleh?  🥰

Tetangga JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang