AG&PG •| 07

126 22 11
                                    

Keduanya seperti gambar usang yang kembali dilukis oleh semesta.
.
.
.
Tandai bila ada typo



Di sinilah Bella berada, di dalam mobil mewah yang melaju berbaur dengan kendaraan lainnya di jalanan. Time flies; waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa kini Bella sudah diangkut ke rumah keluarga aslinya. Bella mengusap air mata 'palsu' yang mengalir di sudut matanya, setelah melewati drama-drama perpisahan di panti asuhan bersama suluruh penghuninya, terlebih trio menyebalkan yang seolah menahan Bella.

"Tentu saja aku menolak" Guman Bella terkekeh sinis, lagipula siapa yang tahan hidup serba kekurangan, jika tahu keluarga aslimu adalah seorang tersohor kaya raya?.

"Berapa lama lagi?" Tanya Bella kepada seorang yang dia yakini adalah tangan kanan dari 'keluarganya'

Deon, orang yang diutus untuk menjemput permata bagi Tuannya itu terkesiap,
'tidak perlu tes DNA, keduanya begitu mirip' ungkapnya dalam hati.

Dia berdehem canggung, "tidak lama lagi Nona, sekitar 15 menit" Ucapnya menatap Bella dari kaca.

Bella diam tidak menanggapi, Dia memandang jalanan yang mulai senggang, sembari memikirkan bagaimana harus bersikap jika tiba di kediamannya nanti.

Namun sebagai seorang yang memiliki sedikit kendali terhadap dunia tempatnya terdampar, Dia menyunggingkan senyum misterius yang cukup membuat bulu kuduk Deon meremang.

"Nona ingin mampir di suatu tempat?" Tanya Deon memecahkan keheningan. Alis Bella mengerut, Dia sudah tidak sabar ingin melihat wajah-wajah pemeran novel, lantas menjawab dengan singkat, "tidak".

Deon menghela nafas, Dia seperti dihadapkan dengan sang Tuan versi kecilnya.

   ,:’:,…,:’:,
  ,:’ ・ω・ ‘:, 
  ;:     :;
  ゛’ー—‐’”
 
"Sialan, apa yang kau katakan!" Jerit seorang wanita membanting gelas di tangannya ke lantai.

"Bagaimana mungkin, dia bahkan tidak memberitahu ku tentang hal ini!" Serunya.

Pria yang duduk di sofa dengan santai itu terkekeh mengejek, Dia mengecap wine dengan tenang.

"Untuk apa dia memberitahumu?" Ucapnya sinis, "Dia bahkan tidak menganggapmu ada, lucu sekali" Lanjutnya terkekeh geli di raut wajahnya.

Wanita itu mendengus marah, memandang nyalang pria di seberangnya.

"Berhenti bicara omong kosong, beritahu aku harus melakukan apa sekarang?" Ucap wanita itu, walau tidak menyangkal bahwa perkataan pria itu memang benar adanya.

Lagi terdengar kekehan itu, "Bahkan bertahun-tahun lamanya, kau masih saja tidak menyerah, he?" Ejeknya tanpa menjawab pertanyaan dari sang wanita.

"Diam sialan, kau hanya membuang waktuku" Umpatnya menyambar tas kecil di meja dengan kasar, lalu meninggalkan pria itu dengan pintu yang terbanting kuat.

Tawa menggelegar menguar mengisi ruang yang telah sunyi itu, segaris senyum miring terbit di bibirnya, "Seberapa kuat kau berusaha, mereka bahkan aku sendiri yang akan menghentikannya." Lirihnya menatap foto usang yang terselip di dompet.

"Maafkan aku, kali ini aku tidak akan kecolongan" lagi
  
          ,:’:,…,:’:,
  ,:’ ・ω・ ‘:, 
  ;:     :;
  ゛’ー—‐’”
 

Dilain tempat, berlatar belakang ruangan rapat yang terasa dingin, seakan mencerminkan sikap CEO mereka yang terkenal tanpa ampun. Pria itu duduk di ujung meja, wajahnya datar, matanya tajam. Dia tidak bicara lama, hanya satu kalimat yang langsung memecah ketenangan.

“Bagaimana progres platform kita?” tanyanya, suaranya serak tapi tajam.

CTO, yang duduk di seberang, menelan ludah. “Platform hampir siap, Pak. Tapi... masih ada masalah kompatibilitas dengan perangkat lama.”

“Masalah?” CEO menyeringai dingin. “Kau pikir pelanggan peduli soal perangkat lama?”

Suasana semakin tegang. CMO mencoba meredakan. “Kita butuh kampanye besar, Pak. Edukasi pasar soal teknologi VR dan AI. Kalau terlalu cepat—”

“Pasar tidak peduli dengan edukasi. Mereka mau hiburan. Kalau kita lambat, kita kalah,” CEO memotong, nadanya seperti pisau yang menusuk.

Karyawan dari tim kreatif angkat bicara, suaranya gemetar. “Audiens kita mungkin belum siap untuk perubahan sebesar ini. Kami khawatir kehilangan mereka.”

“Kalau mereka tidak bisa mengikuti, biarkan. Kita tidak membuat produk untuk yang lemah.”

Semua terdiam. Ketegangan menggantung di udara.

COO mencoba merasionalisasi. “Jika kita menunda peluncuran, kita akan tertinggal dari kompetitor. Tapi buru-buru juga bisa berisiko.”

CEO memandang COO sejenak, sebelum berkata dingin, “Risiko terbesar adalah stagnasi. Peluncuran tidak bisa ditunda. Kita butuh strategi.”

Karyawan dari tim produksi akhirnya berbicara, berusaha menjaga ketenangannya. “Tapi, Pak, kualitas konten penting. Tanpa konten yang menarik, teknologi kita tidak akan berguna.”

CTO mengangguk, mendukung. “Benar, kita butuh waktu untuk menyempurnakan konten. Teknologi ini hanya alat.”

CEO menyeringai tipis. “Alat yang tidak ada gunanya tanpa keberanian.”

Dia berhenti sejenak, mengukur mereka semua dengan tatapan dinginnya. “Kita tidak akan menunggu. Tapi, kita akan lakukan peluncuran bertahap—beta. Cukup untuk menguji pasar. Tapi ingat, tidak ada ruang untuk kegagalan.”

“Beta?” CTO tampak lega, namun CEO menatapnya keras. “Jangan anggap ini sebagai jalan aman. Beta ini uji coba untuk kalian juga. Jika gagal... kalian tahu apa yang terjadi.”

Ruangan hening, udara terasa menyesakkan. Tidak ada yang berani bicara lagi. CEO bangkit, tatapannya tak menyisakan empati. “Kita buat ini berhasil, atau kita tidak akan ada di sini lagi.”

Rapat selesai. Semua keluar dengan rasa berat di dada, kecuali sang tanga kanan lainnya yang tetap bersama CEO di ruangan, memandangi jendela dengan dingin, seolah masa depan sudah ada di genggamannya—atau akan lenyap jika dia kehendaki.

"Tidak ingin menemuinya untuk pertama kali?"

CEO itu menghelah nafas, ia melepaskan kacamata yang digunakannya ke meja. "Aku tidak punya muka untuk menemuinya" Balasnya singkat.

Sang lawan bicara diam sejenak, membenarkan dalam hati.
"Dia jenius seperti Anda" Lanjutnya menilik dokumen hasil ujian di tablet miliknya.

(๑˃̵ ᴗ ˂̵)و(๑˃̵ ᴗ ˂̵)و(๑˃̵ ᴗ ˂̵)و(๑˃̵ ᴗ ˂̵)و
TBC.

Author trnsl.
1. CEO – Chief Executive Officer (Pemimpin Perusahaan)
2. CTO – Chief Technology Officer (Kepala Teknologi)
3. CMO – Chief Marketing Officer (Kepala Pemasaran)
4. COO – Chief Operating Officer (Kepala Operasional)

Seeya next part.
Vote dan komen yaaa.

A GENIUS & PSYCHOPATH GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang