BAB 4 •| AG&PG

4.2K 277 23
                                    

Menjadi otoriter memang menyenangkan.
.
.
.
.
.

Bella mengamati penampilannya, Dia mendengus karena di kamarnya tidak ada cermin full body yang dapat menampilkan seluruh tubuhnya. Hari ini adalah hari pertama Bella mengikuti ujian Nasional, ujian akhir yang akan menentukan masa depan Bella kedepannya. Perihal sakit kemarin, ternyata hari ini juga hari libur setelah mengikuti ujian sekolah. Beruntung kesehatan Bella cepat membaik, hingga bisa mengikuti pelaksanaan ujian nasional yang diadakan sekarang.

Mengenai pernyataan Ibu panti kemarin, Bella belum memberikan tanggapan, tepatnya menunggu hingga dirinya dinyatakan lulus sekolah menegah pertama. Lagipula tidak mungkin Bella meninggalkan sekolahnya yang sudah berada di ujung tanduk dengan menerima ajakan keluarganya tersebut.

Bella melihat sekeliling, Dia sedikit terkekeh melihat ketiga gadis yang selalu berusaha mengajaknya berbicara itu tertidur dengan berbagai posisi yang menurut Bella lucu. Jam baru menunjukkan pukul 5, namun Bella telah bersiap karena jarak antar rumah ke sekolah memakan waktu yang lama, terlebih Bella harus berjalan kaki.

"Damn, cukup merepotkan menjadi miskin." monolognya berjalan keluar pintu. Matanya menelusiri keadaan sekitar panti yang masih sunyi, terlebih sekarang hari libur bagi mereka yang tidak melaksanakan ujian.

Oh ya, Bella belum bertemu adik-adiknya yang lain, itu karena Bella menolak ajakan makan malam kemarin dan Ibu panti yang berinisiatif membawakan makanan Bella ke kamar, sebab Bella masih tahap pemulihan.

"Bella, kamu benar-benar sudah pulih, nak?" seruan itu membuat Bella melangkah menghampiri Ibu panti yang sedang membuat sarapan di dapur.

Ia tersenyum, "Bella sudah sehat, Bu" jawabnya mendudukan diri di meja makan panjang tersebut. "Ibu mau Bella bantu?" Tanya Bella menurunkan tas sekolahnya di kursi.

Kekehan merdu terdengar, "tidak perlu Bella, lagipula seragam kamu akan kotor jika membatu Ibu, ini sudah mau selesai"

Bella mengurungkan niatnya, ia kembali duduk tanpa membantah lagi.
"Hari ini Bella ujian terakhir, Ibu harap semuanya berjalan dengan baik—" jedanya.
"Nah, ini makanlah, agar Bella semangat mengikuti ujian" ucapnya menyodorkan piring berisi nasi goreng kehadapan Bella.

"Wanginya harum—rasanya juga enak, seperti biasa Bu" cengir Bella menyendok makanan tersebut.

Dalam hati Bella sedikit mencibir karakternya, ya Bella harus menyesuaikan diri agar tidak dicurigai. Anggaplah Bella sedang bermain peran menjadi gadis baik dan penurut di hadapan pemelihara panti asuhan tersebut.

Sang Ibu mengusap kepala Bella, "Bella, sepulang sekolah nanti, temuilah Ayahmu, sepertinya Dia ingin membicarakan beberapa hal denganmu"

Bella menganguk saja, Dia sudah dapat memprediksi apa yang akan mereka bicarakan nanti. Ayah yang dimaksud adalah suami sang Ibu panti.

"Aku pergi dulu" Ucap Bella telah menyelesaikan sarapan, Dia memasukkan air ke dalam botol kosong yang di sampirkan di kantong samping tasnya.

"Hati-hati di jalan Bella dan semangat ujiannya" Bella kembali menganguk, Dia menyalimi Ibu panti tersebut, lalu beranjak pergi.

"Maafkan Ibu Bella, Ibu hanya khawatir dengan masa depanmu jika harus terus terjebak di rumah ini" gumannya lirih memandang sayu Bella yang telah berjalan menjauh.

Usapan di bahunya membuatnya sedikit terlonjak, Dia menatap suaminya dengan alis tertaut, "Jangan merasa bersalah Amber, sudah saatnya Bella menata masa depannya sendiri, meskipun Aku juga ragu melepaskan Bella kepada mereka, tapi kita tidak punya pilihan lain"

"Bella berhak memilih, namun Aku tidak yakin orang yang mengaku wali Bella itu akan membiarkan Bella memilih menetap di sini"

Ibu; Amber, menoleh dengan cepat mendengar kalimat tersebut, "Apa maksud perkataanmu itu? Seakan-akan Bella tidak punya pilihan dan harus tunduk, bukankah itu seperti menindas dengan halus?" Sergahnya khawatir, jiwa keibuannya semakin berat untuk melepaskan Bella, apalagi Bella tidak terlalu mengenal seperti apa dunia kejam milik para bangsawan berdasi itu.

"Kau boleh menganggapnya demikian Amber dan kau tahu? mereka terus mendesak dengan berbagai surat berisi ancaman untuk menyerahkan Bella. Aku tidak tahu akan seperti apa nasib Bella kedepannya."

*****

Dilain sisi, Bella tiba di sekolahnya tepat pukul 7:30, terlihat masih sedikit sepi hanya beberapa siswa yang berlalu lalang mencari ruangan ujian mereka. Ujian Nasional akan dilaksakan pukul 9:00. Itu artinya Bella masih punya waktu untuk belajar lebih tepatnya mengingat-ingat kembali pelajaran saat dirinya SMP dulu.

Bella mengamati sekolah tersebut, tidak buruk, bahkan di luar ekspektasinya, Dia kira akan masuk sekolah yang terlihat kumuh dan terakreditasi buruk namun, semua itu salah setelah melihat sendiri bagunan sekolah yang megah dan plang sambutan di gerbang yang tertulis "SMP GARUDA 1; Sekolah Unggulan, terakreditasi A"

Bella sempat berfikir Dia salah alamat, namun melihat logo sekolah yang tertempel di baju serta nama sekolah yang tertera Dia menjadi yakin. Awalnya Bella cukup frustasi, mengingat jika Dia sama sekali tidak mengetahui letak sekolahnya, namun karena otaknya yang genius itu Dia memaksa ketiga gadis yang berada satu kamar dengannya untik menggambarkan dena menuju sekolah yang juga tempat mereka bersekolah.

Masih teringat dengan jelas bagaimana Bella dengan wajah garangnya berhasil memerintahkan Fila untuk menggambar dena menuju sekolah itu, beruntungnya Fila tidak bertanya-tanya dan langsung menuruti, padahal Bella sudah menyiapkan segudang alasan untuk menjawab sekiranya mereka mempertanyakan alasan Bella.

"Menjadi otoriter memang menyenangkan, aku tidak sabar bertarung dengan para pemeran novel di dunia ini" monolognya menarik sudut bibirnya, lalu melangkah dengan riang menuju papan pengumuman untuk melihat nama dan ruangannya.

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

TBC.

NEXT? SPAM HERE...
Tandai bila ada typo...

Vote dan comments.


A GENIUS & PSYCHOPATH GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang