•| 09

3.2K 275 45
                                    

Terbakar, lenyap dan debunya tidak memiliki jejak di semesta manapun.
.
.
.
.
.
.

"Bagaimana pendapatnya?" Suara berat itu memecah keheningan yang tercipta cukup lama.

"Begitu sulit memprediksinya, Dia terlihat sangat tenang dan tidak banyak bertanya."

"Tidakkah seharusnya kamu menemuinya, Cedrik?" Frans mengeluarkan pendapatnya.

Berada dalam ruangan yang hening dengan tumpukan dokumen dan kertas-kertas di atas meja. Mereka duduk saling berhadapan.

Deon duduk dengan bahu menyender di kursi, di sebelahnya Frans tengah menyeruput kopi yang tersedia. Sedang Cedrik, memijat kepalanya di kursi kebesaran miliknya, Dia menutup map terakhir lalu menumpuknya dengan map lainnya.

"Aku cukup malu, bagaimanapun aku terlambat menemukannya." Cedrik berbicara datar, walaupun nada suaranya terdengar frustasi. Dalam lubuk hati, Dia ingin sekali menampakkan diri pada putrinya Bella, hanya saja setelah bertemu, harus bagaimana dirinya bersikap nanti?.

Dua orang dihadapannya mangut-mangut menyetujui tanpa beban, membuat Cedrik membuang nafas lelah.

'Tidak berguna' umpatnya dalam hati.

Deon terkekeh tiba-tiba, membuat Cedrik dan Frans menatapnya heran.

"Dia sangat mengesankan, suatu kehormatan menjadi orang pertama yang bertukar kata dengannya." Ucapnya, cukup membuat aliran darah Cedrik mendidih.

Frans tertawa, seakan tahu betul tabiat Deon. "Lalu bagaimana kau menilainya?" tanyanya.

Deon berfikir sejenak, "Hm, angkuh, cerdas dan tenang." Ingatkan Deon, bahwa dia sendiri seperti tidak berkutik di depan gadis kecil itu, terlalu canggung untuk bisa menjadi dekat.

Cedrik diam, namun tetap memasang telinga mendengarkan.

"Aku sudah menduganya, ternyata dalam dirinya darah Emeral mengalir dengan sangat kentalnya."

Deon terkekeh membenarkan. "Bahkan 'saudaramu' seperti tidak kasat mata dibuatnya" Ucapnya menatap Cedrik, Frans menegakkan tubuhnya terlihat serius.

"Sial, apa yang wanita gila itu lakukan padanya?!"

Walau tetap pada posisi duduknya, dua orang itu tahu seperti apa perangai Cedrik dibalik gestur tubuh yang terlihat tenang itu.

"Chill, bro, your lil girl is even more of a threat than her." ucapnya menatap jenaka Cedrik juga Frans yang mendengus sinis padanya.

Frans beralih menatap Cedrik, "Kau tidak cemburu padanya?" tanyanya menatap Deon, "Dia bahkan sedikit lebih maju darimu."

Deon menatap Frans tak percaya, apakah temannya itu baru saja memprovokasi seekor singa dengan menumbalkan dirinya?

Matanya beralih pada Cedrik yang menatap tanpa ekspresi padanya.

"Deon bahkan lebih dulu menatap wajahnya, bagaimana jika putrimu lebih nyaman dengannya nanti?"

"Sialan, diam kau bajingan!!" Umpat Deon menarik tanpa perasaan rambut Frans. Frans memekik kaget mendorong Deon hingga membuatnya hampir terjungkal bersama kursi.

"Brengsek, apa kau berniat membuatku botak, ha?!" Ujar Frans marah.

Deon berdecih, kembali membenarkan posisi duduknya. "Itu bahkan belum setimpal dengan ucapanmu itu"

Cedrik diam terus mengamati dua orang di hadapannya, Dia tenang, tenang seperti air tak beriak. Terlalu damai sehingga sulit menemukan bahaya di dalamnya.

A GENIUS & PSYCHOPATH GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang