BAB 3 •| AG&PG

4.3K 281 6
                                    

Tandai bila ada typo.
.
.
.
.

"Sial, aku melupakan sebagian adegan dalam novel itu, bagaimana ini?" Astrid mondar-mandir, masih dalam kamar sempit itu.

Dia masih memikirkan perkataan orang yang menyebut dirinya Ibu.

'Ibu mengerti keputusanmu, kamu juga berhak marah kepada ayah kandungmu itu, tapi Bella, bukankah kamu punya cita-cita yang ingin kamu gapai? Jika kamu memilih tetap tinggal di sini, kamu mungkin akan kesulitan jika kita hanya mengandalkan uang sumbangan untuk menyekolahkan kamu dan adik-adikmu yang lain.'

"Apa ini artinya keluarga itu telah menemukan dirinya?" Monolognya menggigit kuku jari telunjuknya, suatu kebiasaan yang tidak lepas dari Astrid baik di dunia nya dulu maupun di dunia novel.

"Bukankah harusnya Bella ditemukan saat berusia 18 tahun?" Degupan jantung Astrid semakin menggila, jika berdasarkan kalender yang menempel di dinding kamar itu, seharusnya Bella baru berusia 16 tahun sekarang, dan dirinya baru akan lulus sekolah menengah pertama.

Astrid mendengus, Bella setahun terlambat bersekolah karena keadaan ekonomi panti asuhan tersebut. Jadi meskipun Bella lebih tua setahun dari umur Eriel mereka tetap berada pada tingkat pendidikan yang sama.

"Berarti novel ini berjalan lebih cepat-bagaimana ini, apa kehadiranku merubah seluruh alur novel?" suara grasak-grusuk dari luar kamar Astrid tidak membuat pikiran Astrid terdistorsi, Dia malah semakin gila dengan degupan jantungnya.

"Aku harus berhati-hati, novel ini sedikit aneh dan misterius dan lagi ada beberapa tokoh yang harus aku waspadai" Seperkian detik, sudut bibir Astrid terangkat. Sebagai wanita karir yang telah melalui setidaknya 1 dasawarsa berkecimpung di dunia bisnis, tentu Astrid sedikit mengetahui watak-watak orang di sekitarnya.

Brak
Astrid terlonjak kaget ketika pintu kamarnya dibuka dengan paksa, padahal seingatnya Dia tidak mengunci pintu tersebut.

Dia memandang tajam tiga anak perempuan dengan baju seragam yang terlihat kucel terjerembab di lantai akibat dorongan pintu.

"Apa yang kalian lakukan? Tidakkah kalian memiliki sopan santun?" Astrid berkata dengan nada tegas khas seorang Ibu yang memarahi anaknya karena nakal.

Mereka menundukkan kepala, saling senggol dan itu terlihat menjengkelkan di mata Astrid. Ingatkan Astrid bahwa Dia tidak terlalu menyukai anak-anak, menurut nya anak-anak itu merepotkan dan sering bertingkah semau mereka. Dan lagi sifat polos terkesan manipulasi membuat Astrid muak.

"Dinda, kamu saja yang bicara," Gadis dengan rambut dikepang menyenggol gadis yang Dia panggil Dinda itu.

Dinda terlihat berkedip takut-takut, "Dinda tidak berani, bagaimana kalau Yuni saja?" Tatapan polos Dinda mengarah pada gadis dengan tubuh sedikit berisi itu.

Yuni melotot tajam, "kenapa harus aku? Kamu saja Fila, kan kamu yang punya ide" kilah Yuni mendorong Fila.

Tidak ada pilihan lain, Fila mengangkat pandangannya menatap Astrid. Sedang Astrid sendiri memandang dengan skeptis.

Dalam hati Fila menggerutu, 'kak Bella tinggi sekali, leherku sakit terus mendongak'

(Let's call her Bella now, not Astrid anymore)

Fila melirik kedua temannya sinis, lalu berbalik menatap Bella dengan tatapan ceria dan senyuman yang menampilkan giginya yang bolong di depan.

"Ada apa?" ucap Bella tanpa raut. Nyali Fila sedikit ciut, terlebih kedua temannya yang kini bersembunyi di belakangnya.

Ia menyengir polos, "k-kak Bella sudah baikan?" ucapnya kemudian dengan nada sedikit gugup.

Bella cukup mengerti, di panti asuhan tempatnya berada, menampung total 12 anak dan Bella merupakan anak tertua di panti tersebut. Bella dikenal cukup galak dan jarang bergaul dengan anak-anak lainnya, Dia hanya akan bicara jika adik-adiknya berbuat salah dan nakal, tentu saja suaranya hanya untuk memarahi mereka. Akibatnya mereka jadi segan terhadap Bella. Hanya ketiga gadis di hadapannya sekarang yang sering bertegur sapa dengan Bella meskipun kadang mereka dicueki, terlebih entah nasib sial atau apa, mereka malah satu kamar dengan Bella yang galak dan emosional itu.

Untuk pemelihara panti, mereka yang dipanggil Ayah dan Ibu, sepasang suami istri yang berumur lebih dari setengah abad, mereka telah menjaga panti asuhan selama hampir 15 tahun lamanya, yang awalnya hanya menampung 5 anak sekarang bertambah hingga 20 anak itupun sebagian dari mereka telah diadopsi oleh beberapa keluarga dan tersisa 12 anak. Bella pengecualian, entah kenapa tidak ada satupun keluarga yang melirik kehadirannya sedari Dia berusia 7 tahun hingga sekarang.

Sumber dana panti asuhan berasal dari uluran tangan keluarga-keluarga kaya dan sukarelawan yang akan masuk setiap bulan dalam rekening panti asuhan. Meskipun terdengar cukup banyak namun kebutuhan akan bahan pokok dan uang sekolah yang semakin mahal membuat mereka tetap hidup pas-pasan. Ya di novel ini tidak ada sekolah gratis yang disediakan oleh pemerintah, adanya beasiswa, hanya saja sekelompok tikus pendidikan mengais uang tersebut dan penyalurannya tidak merata dari segi ekonomi. Seperti pepatah, 'hidup akan tenang ketika punya orang dalam' begitulah sistem berjalan, hanya mereka yang punya kuasa dan otak genius yang licik dapat menguasai segalanya. Akibatnya orang-orang miskin semakin tertindas dan ditekan ketika menyuarakan kebusukan tikus-tikus tersebut.

"Hm" Bella berdehem menjawab pertanyaan Fila. Namun selanjutnya menukikkan alis tajam ketika mengingat sesuatu.

Ketiganya meringsut perlahan mundur, "Anak nakal, bersihkan kamar ini sekarang juga." Teriaknya, membuat mereka kelimpungan karena memang salah mereka yang menyapu asal-asalan dan menaruh pakaian kotor dengan sembarangan.

Sepasang paruh baya yang mendengar teriakan Bella menggeleng kepala seakan memaklumi tindakan tersebut.

.
.
.
.
.

TBC.
VOTE DAN KOMEN.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A GENIUS & PSYCHOPATH GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang