"Bullshit"
.
.
.
Vote dan komen, tandai bila ada typo.
200 vote dan 200 komen.
.
.
."Holy shit, how did I end up stuck in this miserable, broken body, living a poor man’s life? It feels like a cruel joke—trapped in poverty, with no way out, as if fate itself decided to spit on me." Guman Bella, sekali lagi mengumpati dirinya yang terdampar dalam raga orang miskin yang bahkan dikehidupan pertamanya, membayangkan saja tidak pernah dan tidak akan mau.
Nafasnya terdengar ngos-ngosan, Dia menselonjorkan kakinya di depan teras panti asuhan, hari ini di terik matahari yang seakan membakar kulit, polusi dari asap kendaraan dan jalanan yang padat mengiringi langkahnya dari sekolah ke panti asuhan.
"Miskin memang menyusahkan, bahkan sekedar bergerakpun rasanya sangat sulit," lirihnya. Dia lelah, sangat lelah, jika tadi pagi Dia sedikit semangat, maka siang ini semangatnya menguap entah kemana. Lagipun Dia sama sekali tidak memiliki uang untuk sekedar naik transportasi umum, terpaksa harus berjalan kaki kembali ke panti asuhan dengan perut lapar.
"Sabar Bella, sabar, tidak lama lagi penderitaan ini akan berakhir, ya tidak lama lagi." Bella tersenyum aneh, hanya menunggu waktu beberapa pekan lagi maka kemiskinan itu akan berakhir.
Terlahir dengan privilege 'sendok emas' menjadikan Astrid, jiwa yang bersemayam di dalam tubuh Bella bergelojak dengan keadaan dirinya sekarang ini.
"Bella, tumben pulangnya lambat, Nak?" seruan itu berasal dari Amber; Ibu panti yang tiba-tiba saja muncul dari balik bilik dapur.
Bella sedikit mendengus kesal, "panas, Bu" Keluhnya sambil melepas sepatu buluk yang dia kenakan.Amber menarik nafasnya, "Ya sudah, kamu istirahat saja di kamarmu, setelah ini Ibu akan membawakan kamu makan siang."
Bella tidak menyahut lagi, mengambil tangan Amber lalu menyalaminya dan berlalu begitu saja. Amber tidak tersinggung, Dia memaklumi sikap Bella sekarang ini.
Bella memelankan kakinya ketika mendengar suara berisik dari ruang tamu, matanya menyipit melihat beberapa anak-anak sedang sibuk dengan dunia permainan mereka tanpa menyadari keberadaannya.
Dia mengedikkan bahu, berbalik menuju kamarnya, namun seruan seorang anak menginterupsi langkahnya itu.
"Kata Ibu, kak Bella sebentar lagi bakalan pergi, ya?" Tanya seorang bocah laki-laki yang mungkin berumur 9 tahun sambil tangannya sibuk menyusun lego-lego yang berserakan. Ia memandang lawan bicaranya sejenak.
"Bagus dong, tidak akan ada lagi yang marah-marah jika kita menghamburkan mainan-mainan ini, kita jadi tidak capek lagi untuk merapikan kembali" Bella mendengus mendengar jawaban bocah tersebut.
"Kalau tidak salah, anak itu Sean. Rambutnya keriting dan kulit kecoklatan beda dari yang lain" Guman Bella. Sosok Sean pernah muncul dalam dialog yang tertera dalam Novel Genius.
Menurut cerita di Novel, Sean ini nantinya akan diadopsi oleh keluarga yang cukup terpandang, hanya saja nasibnya tidak akan seberuntung itu.
Bella lanjut berjalan, mengabaikan bocah yang sedang menggibahkan dirinya. Lagipula tidak ada manfaatnya mendengarkan celutukan mereka yang bahkan tidak akan berpengaruh apa-apa untuk dirinya kelak.
Jam menunjukkan pukul 7 malam, Bella duduk berhadapan dengan sang kepala panti asuhan, Darwan suami Amber. Keduanya terdiam seakan tidak tahu akan memulai percakapan darimana, lebih tepatnya Darwan yang sedang menyusun kalimat dalam otaknya agar Bella mudah memahami.
Darwan menarik nafas, "Bella—" panggilnya mengalihkan pandangan Bella dari buku yang sedang Dia baca, sekedar membunuh kebosanannya.
Keheningan kembali terjadi, Darwan bingung untuk sekedar mengeluarkan kata-kata, Bella sampai mengerutkan kening menunggu perkataan Darwan.
"Lama sekali, padahal aku sudah tahu arah pembicaraan ini" Decak Bella dalam hati.
"Ah, ini membingungkan Bella, sangat sulit untuk menyampaikannya" Seloroh Darwin mengecap kopi yang terhidang diatas meja."Selama ini kamu sudah menjadi bagian dari keluarga di panti asuhan ini. Semua orang di sini sangat menyayangimu, termasuk Bapak" lanjutnya menatap Bella yang mendengarkan dengan seksama "Tapi— hari ini ada kabar yang mungkin akan mengubah banyak hal".
Bella menutup buku tebalnya lalu meletakkannya di atas meja, Dia menatap Darwin dengan alis mengerut, "Apa maksud Bapak?" Tanya Bella, sebetulnya hanya berpura-pura tidak mengerti.
Dengan hati-hati Darwan kembali berucap, "Ini mengenai keluarga aslimu, Bella— mereka akhirnya berhasil menemukanmu. Mereka sudah lama mencarimu, dan beberapa hari lalu mereka mengutus suruhannya untuk menemuiku—" Darwan menjeda, mengamati raut wajah Bella. "Mereka ingin membawamu pulang, Bella." Lanjutnya seraya menarik nafas.
Terdiam sejenak, dalam hati bersorak gembira. Namun Dia tidak boleh terlalu menunjukkan kesenangannya itu. Raut wajahnya berubah, seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya "Keluarga asliku...? Tapi... kenapa baru sekarang, Pak? Aku sudah lama di sini, bertahun-tahun. Aku tidak pernah tahu tentang mereka." Lirih Bella menunjukkan kekhawatiran dan nada terdengar kecewa.
"Godamn Bella, you are the best actor" Sorainya dalam hati.
Menghela napas pelan, Darwan menatap Bella dengan penuh kasih sayang "Bapak mengerti. Mereka juga terluka, Nak. Mereka kehilangan jejakmu bertahun-tahun yang lalu, dan pencarian mereka tidak pernah berhenti" Jedanya.
"Mereka sudah berjuang keras, dan sekarang mereka berhasil menemukanmu. Tidak ada yang bisa mengubah waktu yang hilang, Bella. Tapi mereka ingin sekali mengenalmu kembali, memberikanmu cinta yang seharusnya kamu dapatkan sejak dulu." Darwan menghela nafas, sejujurnya Dia sendiri ragu akan perkataannya itu.
Bella berdecih dalam hati, "Bullshit" Umpatnya lagi-lagi tertahan dalam hatinya.
ʕ´•ᴥ•'ʔʕ´•ᴥ•'ʔʕ´•ᴥ•'ʔʕ´•ᴥ•'ʔʕ´•ᴥ•'ʔʕ´•ᴥ•'ʔ
TBC.HEYYO AKU BALIK LAGI XIXIXIIXIX
Untuk chapter selanjutnya, sepertinya bakalan aku percepat sooo stay stune yaaaa.
Kalian bakal ketemu Bella dan beberapa pemain novel lainnya.Author transl wkwkw
"Holy shit, how did I end up stuck in this miserable, broken body, living a poor man’s life? It feels like a cruel joke—trapped in poverty, with no way out, as if fate itself decided to spit on me." (Sialan, bagaimana aku bisa terjebak dalam tubuh yang menyedihkan dan rusak ini, hidup sebagai orang miskin? Rasanya seperti lelucon kejam—terperangkap dalam kemiskinan, tanpa jalan keluar, seolah-olah takdir sendiri memutuskan untuk meludahiku).
Komen "semangat" 👉👉👉
200 vote
200 komen.Seeyaaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
A GENIUS & PSYCHOPATH GUARDIAN
FantasySERIES TRANSMIGRASI JIWA UPDATE 3/7 NO PLAGIATOR BITCH. Obsesi-posesif-murder-darkromance. ➷➷➷➷➷➷ Astrid Belva, wanita karir dan ambisius yang sudah menjanda hingga dua kali. Kecelakaan beruntun menyebabkan jiwanya berpindah ke dalam sebuah novel...