AG&PG •| 08

3.4K 270 17
                                    

Karena pada dasarnya setiap bangunan yang kokoh memiliki pondasi yang kokoh pula.
.
.
.
.

Wanita itu berdiri di depan pintu menatap dengan tenang mobil yang baru saja berhenti di halaman rumah megah dengan gaya arsitektur yang menyerupai Château de Fontainebleau. Berdiri di atas tangga bagian kanan dengan tangannya terlipat di dada mengamati dengan seksama pergerakan pintu mobil tersebut.

Dahinya sedikit menyerngit ketika sang pengemudi membukakan pintu ruang penumpang. Menampakkan wajah yang sama persis dengan wanita yang berada di benaknya.

Perasaan gelisah menghampiri, raut wajahnya tidak lagi menggambarkan ketenangan yang berarti.

Tidak sedikitpun bola matanya berpaling, ketika kaki kecil itu terayun melangkah dengan begitu angkuh dan percaya diri menapaki satu per satu tangga ke arahnya.

Sudut bibirnya terangkat, dilihatnya wajah itu gadis remaja dengan semakin jelas.

Lugu dan polos, itulah kesan pertamanya.

"Mirabella Osawa" Sahutnya, menghentikan langkah Bella tepat dihadapannya. Bella menelisik dengan pandangan bertanya, lalu tatapannya mengarah kepada Deon yang sibuk mengangkut barang-barang dalam mobil bersama para pelayan.

Kembali Bella memusatkan perhatiannya pada wanita yang berpenampilan glamor dengan dress biru  yang cukup anggun dan terlihat berwibawa.

Mengangkat alis menunggu akan apa yang disampaikan wanita itu.

"Senang bertemu denganmu. Ah Cedrik ternyata seromantis itu memberikanku hadiah ulang tahun" Ungkapnya dengan wajah tenang seakan menyiratkan sesuatu.

Bella terdiam, dalam benaknya bertanya siapa wanita ini, apakah—

"Bella, kuharap kau selalu dalam pandanganku di rumah kecil kami ini" Ungkapnya lagi, lagi dengan bahasa tersirat, menepuk, tidak lebih tepatnya menekan pundak tegap Bella dengan senyum yang merekah menatap langsung pada manik mata Bella.

Bella terkekeh, tanpa menjawab atau sekedar bertegur sapa ia melanjutkan langkahnya, menimbulkan riak tidak tenang di wajah wanita itu.

Rumah dengan gaya arsitektur yang unik ini lebih membuatnya tertarik dibanding meladeni satu dari sekian perwujudan dari pemeran novel.

Wanita itu berdecih, dilihatnya Deon yang mendekat dengan tatapan tajamnya. Sama seperti Bella dia melewati wanita itu menyusul tuan kecilnya.

"Sialan" Umpatnya menuruni tangga menuju mobil di garasi, Dia harus menjemput salah satu pionnya. Lagipula gadis kecil yang baru saja melewatinya itu adalah hal yang mudah.

Begitu harapannya.

"Selena Autri, beliau adalah mendiang istri Tuan, sekaligus Ibu Anda, Nona" Celutuk Deon di samping Bella. Ia berinisiatif karena melihat Bella memandangi foto berukuran besar itu dengan lamat. Bella tidak begitu terkejut karena pahatan wajah di figura besar itu sedikit mirip dengannya.

"Siapa wanita tadi?" Tanya Bella tanpa menanggapi celutukan Deon.

Deon berdehem, "Dia saudara Tuan, Nona" Ucapnya.

"Saudara?" Tanya Bella menatap Deon dengan seksama. Setahunya menurut novel wanita itu tidak terikat hubungan dengan siapapun di sini.

Deon terkesiap, Dia menggaruk belakang lehernya yang terasa gatal, "maksud saya saudara tiri, Nona"

Alis Bella semakin tertaut, namun tak ayal sudut bibirnya bergetar menahan senyum sinis.

"Tunjukkan kamarku!" Perintahnya, entah mengapa jiwa otoriter sebagai Astrid melekat dengan jiwa Bella.

Bagai komet yang melintasi ruang hampa, tampaknya bebas menembus gelap, tapi setiap putarannya dikendalikan oleh tarikan tak kasat mata. Jalurnya seolah acak, namun sesungguhnya setiap bintang yang dilalui sudah lama menghitung waktunya.

Meski sejenak tampak hilang di antara cahaya galaksi, tak satu pun lintasannya luput dari mata yang selalu mengintai di kedalaman malam. Setiap kilau yang tampak hanyalah bagian dari orbit yang tak bisa dihindari, kembali berputar menuju pusat yang tak pernah berhenti menarik.

Kalimat itu adalah sapaan terakhir yang Astrid baca ketika Mirabella Osawa dalam novel tersebut meregang nyawa.

Hanyalah rentetan kata yang seakan tidak bermakna, namun begitu cukup bagi Astrid untuk dibuat bingung.

Namun sekarang, Bella mulai mengerti bait kalimat itu. Lagi, senyum sinis itu muncul menjadi iringan langkah kakinya mengikuti Deon.

Tuan tanpa pion seperti rumah tanpa pondasi, yang kapan pun bisa roboh diterjang badai.

Mereka tiba di depan lift penghubung antar lantai bangunan megah itu.
"Mari Nona."

Bella mengikuti dalam diam, lift bergerak menuju lantai 3.

Dahinya menyerngit ketika lift terbuka menampakkan lantai bangunan yang seakan kosong dan dingin.

"Ah, lantai 3 ini adalah ruangan khusus untuk Tuan dan sekarang bersama dengan Anda, Nona" Ucap Deon setelah mendapati raut wajah Bella yang terlihat bingung.

'Ruang khusus untuknya?'

Alis Bella tertaut seakan otak kecilnya sedang memikirkan perkara yang besar. Ah, Dia ingat, bahkan sejak menginjakkan kaki di rumah ini, Dia sama sekali tidak melihat bagaimana rupa dari sang pemeran utama wanita dalam novel; Eriel lebih tepatnya.

'Ya hanya dalam novel'

"Kemana Tuanmu itu?" Alih-alih menanyakan keberadaan Eriel yang cukup membuatnya penasaran, Bella lebih memilih untuk mengulik sang tuan rumah yang memiliki kendali penuh atas kemewahan ini.

Deon menggigit bibirnya, sibuk menyusun kata-kata dalam benaknya agar tidak membuat Nona nya bersedih atau merasa tidak diinginkan.

"Anu—Tuan sedang sibuk akhir-akhir ini Nona, terlebih akan ada peluncuran produk baru di perusahaan." Ucapnya tidak berbohong mengenai produk, hanya saja perkara sibuk, sepertinya Tuannya itu selalu sibuk bahkan bisa dihitung hanya beberapa kali Dia menginap di rumah.

Bella tertarik mendengarnya, jiwa pebisnis Astrid seperti terpanggil begitu saja mendengar produk baru.

Bella sedikit tahu mengenai keluarga yang saat ini ditempatinya; Emeral family, berada dalam piramida salah satu penyokong atau penyumbang ekonomi global di bidang hiburan.

Namun kembali lagi Bella berfikir, sepertinya terlalu dini untuk ikut mencampuri urusan bisnis di keluarga ini, Bella akan lebih dulu fokus pada langkah sukses pertamanya dalam perebutan posisi 'berprestasi' pada ujian memasuki sekolah menengah atas, sekaligus bertarung dengan para pemain novel.

   ,:’:,…,:’:,
  ,:’ ・ω・ ‘:, 
  ;:     :;
  ゛’ー—‐’”

TBC.

Hai-hai, terima kasih telah membaca. Maaf atas segala ketypoan yang mengganggu hehehe.

Aku senang bangat kalian komen dengan kata-kata penyemangat yang betul-betul berpengaruh untuk aku bisa menuangkan kembali imajinasi di cerita ini. Kuharap jangan bosan untuk itu yaa hahaha.

Oh yaa maaf belum munculin sosok Ariel, mungkin di part selanjutnya (peace).

See ya next chapter.

Please vote.



A GENIUS & PSYCHOPATH GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang