15| Setipis Benang

1.5K 246 895
                                    

Lagi gak mood ngasih challenge

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi gak mood ngasih challenge. Sedikit info aja, fase before marriage ini masih agak slow burn. Masuk ke part 20an baru kita gas pol kawal mereka pegat

***

Cangkir teh panas di tangan kanan Hardi mengepulkan asap putih halus. Lelaki itu berdiri tenang. Pandangannya tertuju ke halaman di balik dua pintu kaca besar yang memisahkan ruangan kerja dari taman.

Satu menit telah belalu. Di mana kini Adnan masih setia menunggu apa lagi yang ingin Hardi sampaikan usai menjelaskan sedikit transisi yang akan Adnan emban.

Dari setiap penjelasan, sudah jelas tujuan Hardi menjaga rumah sakit melampaui sekadar uang. Ia telah mencapai titik di mana kekayaan finansial bukan lagi tujuan utama, melainkan warisan, status, kekuasaan, dan kesinambungan bisnis yang lebih penting. Bagi Hardi, rumah sakit ini bukan hanya sebuah bisnis, melainkan simbol kekuasaan, reputasi keluarga, dan prestasi yang harus dijaga agar tetap berada dalam genggamannya.

"Setelah prosesi pernikahan kamu beres, saya lanjut urus dokumen, rencana transisi, dan lain sebagainya," ungkap Hardi tanpa membelokkan tatap kepada lawan bicara. "Mungkin makan waktu sebulan-dua bulan."

1 sampai 2 bulan. Tidak terlalu lama. Dalam kurun waktu itu artinya Adnan bisa melepaskan diri dari pernikahan.

"Perlu kamu tahu, suksesi yang kamu emban nanti bukan sekedar seremonial," singgungnya. "Seperti yang pernah saya sampaikan dulu, begitu saya serahkan kunci ke kamu, artinya kamu harus siap dengan investor, alliances, dan seluruh jajaran staf rumah sakit. Bukan hanya seluruh pasienmu. You need to understand how deep that goes."

Lengang. Adnan masih diam, membiarkan Hardi menyesap tehnya lebih dulu sebelum melanjutkan, "Beres pernikahanmu dua minggu lagi baru kita susun rencana komunikasi internal, lalu lanjut RPUS. Saya sudah delegasi tugas manajerial sama tim yang kompeten supaya ke depannya kamu tetap bisa fokus sama praktik medis kamu."

Adnan menautkan jemari di depan tubuh. Ia masih berdiri tegak tanpa sepatah kata keluar. Pikirannya terpental beberapa langkah ke belakang. Menilik ulang bagaimana Hardi mengelola rumah sakit hingga akhirnya simbol kekuasaan itu akan jatuh ke tangannya sebentar lagi.

Persetan dengan pernikahan. Peduli apa Adnan dengan wanita yang sebentar lagi akan dipinangnya. Persetan juga soal kontrak mereka. Adnan hanya mau menggenggam apa yang selama ini Hardi rawat bagaimanapun caranya.

"Ada juga beberapa investor besar yang perlu kamu tau." Hardi meneruskan. "Tapi menurut saya satu ini paling besar, Pak Soedarmo dari MedTech Solutions," terang Hardi. "Sudah pasti lah kamu kenal dia. Dia pasienmu. Sudah ada sama saya sejak awal, puluhan tahun. Mati-matian saya jaga kepercayaan Pak Soedarmo."

Separuh atensi Adnan tersita pada burung-burung gereja yang hinggap di ranting pohon cemara dan kembali melesap pergi.

"Saya mau kamu tau lebih banyak dulu tentang ini. Tanpa dia, rumah sakit mungkin nggak akan sebesar sekarang. His 30% stake has given him a lot of say," tuturnya pelan. "Selain itu kamu juga perlu hati-hati. He's a businessman first. Loyalty is secondary to him. Selama rumah sakit menguntungkan, saya yakin dia nggak akan ke mana-mana. Tapi begitu dia lihat sesuatu yang lebih menguntungkan dari tempat lain, don't be surprised if he pulls out."

KontradiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang