Esok paginya, sinar matahari musim dingin yang pucat menembus kaca jendela besar di kamar Lyivenna, menerangi wajahnya yang sedang bersiap-siap untuk keberangkatan. Hati Lyivenna terasa campur aduk —antara lega karena akhirnya diizinkan untuk pergi ke Kerajaan Vertnalta, namun juga terasa kosong karena perjalanan ini akan ia tempuh tanpa ditemani oleh dayang-dayang yang biasanya setia mendampinginya. Ayahandanya, Grand Duke Labestia, telah memberinya izin dengan syarat bahwa ia harus menjaga kehormatan dirinya dan Kerajaan.
Di depan Mansion, kuda putih yang akan membawanya ke Vertnalta sudah disiapkan, tampak kuat. Udara pagi yang dingin menyelimuti, tetapi Lyivenna merasa bahwa dinginnya tidak sebanding dengan apa yang dirasakannya saat ini dalam hati. Ini adalah perjalanan pertamanya menuju Vertnalta, dan entah mengapa, ada perasaan berani yang bersemi di dalam dirinya, meski ia harus menanggungnya seorang diri.
Sang Grand Duke, berdiri di ambang pintu mansion, menatap putrinya dari jauh. "Ingat apa yang telah aku katakan, Lyivenna. Jaga kehormatanmu, dan jangan lupakan tujuanmu," Suaranya terdengar tegas namun ada sedikit kehangatan yang tersirat.
Lyivenna menaiki kudanya dengan lincah, menghadap Ayahandanya dan menundukkan kepalanya dengan hormat. "Aku akan menjaga kehormatan keluarga kita, Ayahanda. Terima kasih telah mempercayakan ini kepadaku."
Grand Duke mengangguk singkat, tak ingin terlalu menunjukkan emosinya. "Pergilah, dan kembali dengan selamat."
Tanpa berkata lebih, Lyivenna menarik tali kendali kudanya, lalu kuda putih itu mulai bergerak perlahan menjauh dari mansion Labestia. Langkah-langkah kudanya di atas salju terdengar hening, hanya disertai oleh desir angin yang menggigilkan kulit. Ia menatap ke depan, dengan punggung tegak dan kepala terangkat. Perjalanan ke Vertnalta akan sangat panjang, tapi ia yakin bahwa ini adalah bagian dari jalan menuju kesempurnaan yang selama ini dikejarnya.
Saat perjalanan dimulai, bayangan mansion perlahan menghilang di kejauhan, digantikan oleh hamparan hutan bersalju. Lyivenna merasa sendirian, tetapi di dalam kesendiriannya, ada perasaan kebebasan yang tumbuh. Mungkin untuk pertama kalinya, ia merasa dirinya benar-benar hidup —bebas dari pengawasan ketat, bebas dari ekspektasi yang mencekik.
Setelah beberapa jam perjalanan, cakrawala mulai menampakkan bayangan pegunungan Vertnalta di kejauhan. Udaranya terasa lebih segar, dan Lyivenna merasakan semangat baru dalam langkah-langkah kudanya yang semakin cepat.
Tak lama kemudian, di depan gerbang besar Kerajaan Vertnalta, Hersy dan beberapa pengawal sudah menunggunya. Tatapan Hersy menyiratkan kebahagiaan yang tulus saat melihat Lyivenna tiba dengan selamat. Dia mendekati Lyivenna dan membantunya turun dari kuda putih yang seperti visual warna salju.
"Lyivenna," Hersy menyapanya dengan senyum lebar. "Kamu benar-benar datang sendiri? Itu hebat."
Lyivenna tersenyum tipis, merasa bangga namun tetap menjaga sikapnya yang tenang. "Aku sudah berjanji, bukan? Aku akan sering datang ke Vertnalta."
Hersy tersenyum hangat. "Kita akan berlatih bersama, seperti yang kau inginkan. Dan tentu saja, kamu selalu diterima di sini."
Lyivenna merasa sejenak kehangatan menyelimuti dirinya, seolah perjalanan ini bukan hanya tentang kesempurnaan, tetapi juga tentang menemukan tempat di mana dia benar-benar bisa merasa hidup. Dan di Vertnalta, bersama Hersy, mungkin dia akan menemukan lebih dari itu.
...
Setelah tiba di Vertnalta dan disambut dengan hangat, Lyivenna dan Hersy tak membuang banyak waktu. Setelah mereka beristirahat sejenak di mansion keluarga Hersy, Hersy segera mengajaknya berkeliling, menunjukkan berbagai sudut dan keindahan tanah Vertnalta yang dipenuhi dengan hamparan salju putih dan pepohonan tinggi yang menjulang seolah memeluk langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterflies of Labestia: The Heir's Final Light
FantasíaLyivenna Veronica de Labestia, dikenal sebagai 'Kupu-kupu terakhir' Kerajaan Labestia, menjadi simbol harapan dan cahaya bagi masa depan Kerajaan. Sejak kecil, ia menanggung beban tanggung jawab dan ekspektasi besar, terpaksa tumbuh dewasa lebih cep...