Note :
Labestia memiliki reputasi sebagai Kerajaan dengan musim dingin yang tak pernah berakhir —dingin yang begitu menusuk hingga merasuk ke tulang, seolah-olah kehangatan tak pernah benar-benar ada di tanahnya. Setiap ulang tahun Lyivenna selalu diwarnai dengan musim dingin, seakan-akan alam pun mengabadikan kenyataan bahwa hari kelahirannya selalu diselimuti oleh keheningan yang beku.
Tidak hanya Labestia yang merasakan musim dingin ini; tiga Kerajaan di sekitarnya termasuk Kekaisaran, juga mendapatkan bagian dari angin es yang menusuk. Namun, ada sesuatu yang berbeda tentang Labestia. Musim dinginnya bercampur dengan musim abadi, membuat wilayahnya terasa seperti lautan salju yang tak kunjung mencair. Meskipun matahari sering terlihat bersinar di atas, cahayanya tak pernah cukup untuk memberikan kehangatan yang nyata.
Saat Lyivenna melakukan perjalanan menuju perbatasan Labestia, rasa dingin semakin terasa menguasai seluruh tubuhnya. Ia selalu merasa bahwa setiap nafas yang diambil di tanah kelahirannya adalah nafas yang penuh es, seolah udara yang masuk ke paru-parunya mengandung kristal-kristal es kecil. Meski sudah terbiasa dengan iklim Labestia, rasa dingin itu tetap mengingatkan dirinya bahwa tak ada tempat lain yang serupa. Dingin ini adalah simbol dari beban yang selalu ia pikul— tugas, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai penerus Labestia.
Begitu Lyivenna melintasi perbatasan, rasa dingin yang begitu menusuk mulai perlahan memudar. Meski masih terasa dingin di kulit, perbedaannya nyata. Angin tidak lagi tajam seperti pisau, dan salju yang menyelimuti tanah tidak lagi setebal dan padat di wilayah Labestia. Di luar perbatasan, musim dingin terasa lebih ramah, lebih bisa ditoleransi oleh mereka yang tak terbiasa dengan musim dingin abadi.
Namun, Labestia selalu berbeda —dinginnya tidak hanya datang dari alam, tetapi juga dari sejarah panjang dan tanggung jawab besar yang dibebankan pada pundak para pemimpinnya. Dan bagi Lyivenna, perjalanan dari Labestia ke wilayah lain bukan hanya perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan menuju kehangatan yang selama ini tak pernah benar-benar ia rasakan.
...
Langit sudah mulai gelap ketika Lyivenna berdiri di halaman utama mansion Vertnalta, angin musim dingin yang semakin menusuk kulit membuat jubah tebalnya bergetar. Ia mengusap lengan bajunya, menatap jauh ke arah gerbang besar yang membawa dirinya ke dunia luar. Waktunya untuk kembali ke Labestia, tetapi sesuatu mengganjal dalam hatinya. Musim dingin kali ini terasa lebih dingin daripada biasanya, dan perjalanannya hanya dengan seekor kuda jelas bukan keputusan yang bijak.
Saat ia hendak melangkah menuju kudanya yang sudah menunggu, tiba-tiba Marquess Ji muncul dari dalam mansion, berjalan cepat menghampirinya. "Putri Lyivenna," Suaranya dalam dan tegas, namun penuh perhatian, "Aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk pulang. Waktu sudah malam, dan cuaca semakin dingin. Tetaplah di sini untuk malam ini. Keselamatan Anda adalah prioritas kami."
Lyivenna berhenti, menatap sang Marquess sejenak, mempertimbangkan ucapannya. "Tapi, aku sudah berjanji pada Ayahanda bahwa aku akan kembali malam ini..." Suaranya sedikit ragu, mencoba tetap pada keputusannya. Namun, di dalam hatinya, ia tahu perjalanan pulang di malam musim dingin tanpa pengawalan bukanlah ide yang baik.
Sebelum Lyivenna bisa melanjutkan ucapannya, Hersy muncul dari belakang, tatapan wajahnya penuh kekhawatiran. "Lyivenna, Ayah benar. Malam ini akan sangat dingin, dan kamu hanya datang dengan kuda. Jalan kembali ke Labestia akan semakin sulit dengan salju yang turun. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja." Katanya dengan nada cemas yang tulus.
Lyivenna menatap Hersy, melihat bagaimana kekhawatirannya jelas terpancar dari raut wajahnya. Dia memahami bahwa sahabatnya itu tidak hanya khawatir tentang keselamatannya, tetapi juga merasa bertanggung jawab sebagai tuan rumah. "Aku tahu kamu kuat," Lanjut Hersy, "Tapi ini bukan soal kemampuan bertahan. Ini soal risiko yang tidak perlu diambil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterflies of Labestia: The Heir's Final Light
FantasíaLyivenna Veronica de Labestia, dikenal sebagai 'Kupu-kupu terakhir' Kerajaan Labestia, menjadi simbol harapan dan cahaya bagi masa depan Kerajaan. Sejak kecil, ia menanggung beban tanggung jawab dan ekspektasi besar, terpaksa tumbuh dewasa lebih cep...