Bab 12. Berpisah

127 34 2
                                    

Hari-hari terlewati, kepergian dua anggota keluarga Riga telah berlalu selama 2 bulan. Selama itu juga Rila tak pernah lagi mendatangi kediaman sang kawan, dia merasa sudah tak memiliki alasan. Kendati demikian, komunikasi antara dirinya dan Riga tetap terjaga, terutama pada Rayen. Terkadang dia menemui pemuda itu ke kampusnya, Rayen mendatangi kediaman kakek Rila, atau mereka bertemu di luar sekedar bercakap-cakap.

Dan pada Riga, tak banyak alasan yang membuat mereka sering-sering bertemu. Mereka bertemu jika Riga datang ke minimarket tempat di mana Rila bekerja, maka mereka akan bercakap-cakap santai sekedar bertanya kabar dan kesibukan.

"Om mungkin akan pindah"

Ucapan Riga sukses mengejutkan Rila.

"Kemana om?"

"Masih di Lampung, hanya om akan ke kabupaten Pesawaran. Jauh hari sebelum bundanya Rayen meninggalkan kita semua, om memang ingin membuka perkebunan juga di sana"

"Lalu Rayen bagaimana?"

"Rayen akan menyusul setelah kuliahnya selesai. Untuk saat ini dia tinggal bersama neneknya"

"Lalu rumah om?"

"Di jual. Setelah dari sini om akan bertemu dengan pemilik baru rumah itu"

Bukan hanya Riga yang merasa berat hati melepas rumah yang menyimpan banyak kenangan itu, tapi juga Rila. Kurang lebih selama 8 tahun dia aktif keluar masuk rumah tersebut.

"Saya doakan semoga om sukses dan makin jaya"

"Aamiin, terima kasih. Om juga berdoa semoga kamu pun sukses, sehat selalu, dan segera mendapatkan jodoh"

Rila tertawa cukup keras mendapatkan doa tersebut. Dia mengamini karena itu hal yang baik.

"Kalau kamu bertemu dengan seseorang yang pas, jangan lupa kabari om. Om juga ingin menilai pilihan mu. Om nggak rela jika orang itu nggak baik untuk mu"

Rila mengangguk ki. "Sebenarnya saya belum ada niatan untuk menikah om"

"Lho, kenapa? Usiamu sudah pas lho untuk menikah"

Rila hanya tersenyum.

"Selama kamu berteman dengan Karen, om baru sekali melihat kamu pacaran. Setelah putus kenapa nggak cari lagi?"

"Saya cuma mau fokus kerja saja om"

"Nggak ada salahnya memiliki kekasih, kerjaan mu nggak akan terganggu. Kamu juga ada yang memerhatikan"

Lagi Rila hanya tersenyum.

"Andai Rayen lebih dewasa dari mu, om jodohkan kalian"

Mata Rila membulat lalu tertawa.

"Sebenarnya nggak apa-apa juga sih, seperti om dan bundanya Rayen, dia empat tahun lebih tua dari om" lanjut Riga

"Om ada-ada saja"

"Atau bagaimana jika dengan om saja?" timpalnya

Mata Rila terbelalak, apa Riga akan membuat permintaan terakhir Karen segera terwujud? Atau itu hanya sekedar candaan saja.

"Rila,. Rila,. Om bercanda" seraya Riga mengacak-acak rambut puncak kepala Rila. Wanita itu membuang nafas lega dengan pelan. Dia masih membutuhkan waktu untuk memikirkan permintaan terakhir sang kawan.

"Ish om, ternyata bercanda" sahut Rila memasang bibir cemberut. Dan saat itu Riga mengartikan lain.

"Kalau om serius, kamu mau?"

Lagi mata Rila terbelalak. Apa ini candaan lainnya dari Riga? Apa sebenarnya ingin pria ini berbicara hal sensitif seperti itu dan di balut dengan candaan. Jika boleh jujur, dia tak memiliki ketertarikan pada Riga selayaknya seorang wanita pada seorang pria. Tapi terkadang dia berandai-andai memiliki seorang pendamping kelak seperti Riga. Seseorang yang setia dan penuh kasih dan cinta pada satu wanita saja selama pernikahannya dengan mendiang istrinya.

Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang