Bab 9. Koma

99 23 2
                                    

Pagi-pagi sekali Rila bangun membuat sarapan beberapa porsi untuk di bawa ke rumah sakit. Setelah menghubungi rekan kerjanya, dia meminta tukar shift, dia bertukar shift 2. Rila mengemas masakan buatannya kedalam rantang, lalu membersihkan diri bersiap untuk ke rumah sakit.

Waktu baru memasuki pukul 07:30 pagi saat Rila memarkirkan kendaraannya di pelataran parkiran rumah sakit.

Tanpa mengetuk, dia membuka pintu, mendapati Riga telah bangun, sedangkan Rayen masih tertidur di sofa.

"Pagi," sapa Rila di balas ucapan yang sama oleh Riga.

"Kamu bawa sarapan?" tanya Riga

"Iya om"

Rila meletakkan rantang yang di bawanya ke atas meja lalu memutar badan dan tanpa sengaja menabrak Riga yang berdiri di belakangnya. Sempat dirinya terpental hingga pijakan kakinya gamang, tapi secepatnya Riga menahan, menghindarkan kaki wanita itu terbentur meja.

Rila menatap Riga cukup terkejut tak menyangka pria ini mengikutinya. Riga segera melepas tangannya, takut Rila menganggap nya kurang ajar. Biar bagaimanapun, meski dia telah menganggapnya seperti anak sendiri, tapi mereka tetap dua orang berbeda jenis. Terlebih lagi mereka tak ada hubungan darah, bisa saja menimbulkan kesalahpahaman jika di lihat orang lain.

"Makasih" ujar Rila

"Iya,. Om sudah lapar sebenarnya, makannya om mengikuti mu ke meja. Selama di tahan di kantor polisi, kamu membuat om makan dengan baik. Makanan yang kamu bawa selalu membuat om selera untuk makan" papar Riga bersungguh-sungguh.

"Kalau begitu duduk om"

Riga melandaskan pantatnya duduk di sofa, dan saat itu Rayen terbangun, memutar wajahnya kearah meja seraya mengendus-endus, lalu dia segera bangun mendapati makanan telah terhidang di hadapannya.

"Apa kah ini mimpi?" candanya mengundang tawa

"Cuci muka dulu, kumur-kumur" titah Riga. Rayen menurut melakukan. Tak lamanya dia kembali, segeranya meraih makanan yang telah Rila siapkan. Ke-tiganya pun menikmati sarapan bersama seperti tadi malam.

Keadaan hening, hanya di isi ecapan dan sendok bertemu permukaan piring. Lalu Rayen pamit untuk pulang membersihkan diri sebelum Riga pun melakukan hal yang sama.

"Kamu shift apa hari ini?" tanya Riga

"Dua"

"Seharusnya kamu istirahat yang cukup, kan kamu akan begadang"

"Sudah biasa. Lagipula saya nggak begadang-begadang amat. Kalau ada kesempatan pas toko lagi sunyi, saya bisa istirahat di gudang"

"Iya yah, apa lagi gudang mini market biasanya memang bersih, tidak seperti gudang di rumah-rumah"

Mereka bercakap-cakap seputar pekerjaan ke-duanya.

Sebagai seseorang yang masih muda, wejangan dari Riga di dengar dengan baik oleh Rila dan akan menerapkan nya pada kesehariannya ketika bekerja. Terlebih lagi Rila berkeinginan suatu saat memiliki usaha sendiri, sehingga banyak mengajukan pertanyaan, dan hal itu membuat ke-duanya selalu memiliki pembahasan untuk menghidupkan percakapan.

Tak ada yang salah dari pembahasan mereka. Rila bertanya bak pada pamannya. Begitupun Riga memberi nasehat pada Rila bak keponakannya sendiri.

Cring...!!!

Dering telepon masuk ke ponsel Rila menyela percakapan. Rila mendapati panggilan dari Rayen.

"Assalamualaikum, Ray"

"Waalaikumsalam, kak aku lambat mungkin ke rumah sakit. Aku lagi di bengkel"

"Oh iya"

Hanya menyampaikan hal tersebut, Rayen menutup panggilan.

Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang