Bab 7. Terbongkar

157 26 4
                                    

Rayen dan Rila berboncengan, tapi terlebih dahulu Rila menitipkan motor miliknya di kediaman temannya yang tak jauh dari sekitar. Lalu melanjutkan perjalanan mencari lokasi Bima.

Di perjalanan Rayen berpapasan dengan dua temannya yang lain yang juga turut membantu.

Tak butuh waktu lama mereka tiba pada sebuah bengkel yang cukup besar milik Bima, kondisi keadaan mendukung, bengkel tersebut tengah sepi.

Rayen dan Rila begitupun yang lainnya meninggalkan motor mereka dan mendekat ke bengkel di hadapan. Begitu semuanya di dalam, Rayen menutup bengkel.

"Hei! Siapa kalian!?" pekik seorang pria bersama salah seorang karyawannya, yang tak lain Bima.

Rila maupun yang lainnya tak menjawab, tapi para pria masing-masing mengambil alat perbekalan seperti kunci-kunci berukuran besar, shockbreaker, palang setir, velg, gear belakang dan mengayun-ayunkan sebuah rantai.

"Apa yang kalian inginkan? Saya akan melaporkan kalian ke polisi" ancam Bima ketakutan, dan lagi salah seorangnya mengulangi kebohongan yang sama untuk menekan nyali Bima yang sudah sangat ketakutan di kelilingi 6 pemuda yang menatapnya penuh kemarahan, mengintimidasinya.

Lalu salah seorangnya menghapus rekaman cctv hari ini, tepatnya saat mereka datang, lalu mematikan seluruh cctv agar tak meninggalkan jejak.

"Katakan di mana Novita?" tanya Rayen, menekan ucapannya.

"Sa-saya nggak tahu"

Rayen bertindak impulsif menghancurkan beberapa barang-barang yang ada di sana, marah pertanyaannya tak di jawab.

"Di mana Novita!?" tanyanya sekali lagi

Tak mendapatkan apa yang dia inginkan, Rayen meminta yang lainnya ikut menghancurkan tempat itu.

"Jangan-jangan, saya akan katakan" sergah Bima memohon.

"Tulis" Rayen memberi selembar kertas beserta pulpen, lalu dia berjongkok di hadapan Bima yang ketakutan, sembari mengarahkan ponselnya merekam Bima. "Apa tujuan kalian mengenalkan Novita pada Ayah ku?"

Pandangan Bima bergerak gelisah, dan saat itu salah seorang teman Rayen yang jengah, menguras semua isi laci, menumpuk puluhan lembar uang dan beberapa berkas penting di hadapan Bima, lalu menyiramnya dengan bensin yang dia temukan, dan memantik korek api.

"Jangan-jangan" mohon Bima mengiba

"Kalau begitu katakan"

Bima meneguk ludahnya susah payah, kemudian dia membuka suara.

"Novita menyukai ayah mu, makanya dia selalu mendekatinya. Tapi ayahmu nggak perduli, dia nggak menghiraukan Novita"

Dahi Rayen mengerut, kekesalannya pada ayahnya perlahan pupus.

"Lalu"

Bima membasahi kerongkongan dengan ludahnya.

"Karena kesal Novita menjebak ayahmu di kamar hotel waktu itu" lanjut Bima

"Katakan semuanya!"

Rila menoleh menatap Rayen. Ini pertama kalinya dia mendapati kemarahan sebesar itu di wajah Rayen. Dia menyentuh pundak lelaki yang telah dia anggap adik itu, memberi usapan untuk menenangkan.

"Memang benar aku, Irfan dan Lubis yang memperkenalkan Novita pada ayahmu. Dan semenjak saat itu Novita tertarik pada ayahmu dan ingin memiliki nya. Aku di minta membantunya untuk mendapatkan ayahmu" tambahnya

"Kenapa kau tega melakukan itu pada teman mu?" geram Rayen, rahangnya mengetat menekan ucapannya.

"Novita mengancam ku"

Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang