"Jangan jadi pendendam hanya karena satu hal, Tuhan telah menulis alurnya".
~JiendraAlaska~
***
Benar saja sampai di rumah Reksa mengumpulkan keluarganya, tak terkecuali dengan Jie dan Asya. Awalnya mereka bingung karena Reksa mendadak memanggil mereka."Dad, yah, kalian sangat tahu Dion ?" Tanya Reksa tiba-tiba.
"Iya tahu, kenapa ?" Balas Mahen.
"Anaknya namanya siapa ?" Tanya Reksa lagi.
Riksa hanya menyimak karena otaknya masih loading.
"Kau mau apa Reksa ?" Tanya Jiendra dengan mata menelisik.
"Ayah Reksa cuma tanya kenapa tegang gitu ?" Balasnya.
"Di komentar kemarin namanya Wulan, dan anaknya Daniel namanya Aza. Emang kenapa ?" Tanya Mahen.
"Jadi bener ?" Reksa mengalihkan pandangannya kini menatap Riksa.
"Apa ?" Riksa yang bertanya.
"Wulan adalah anak dari Dion, yang mendapat jantung Cakra". Jawabnya.
"Hah ? Lo serius ?" Riksa masih ragu.
"Reksa bener, Wulan adalah anak dari Dion sementara adiknya yang bernama Rania menjadi guru dan wali kelas Reksa". Jelas Jiendra.
"Ayah tahu itu ? Kenapa ga kasih tahu Reksa ?" Reksa sedikit kecewa.
"Lalu apa yang mau kau lakukan ? Dendam ? Jangan Reksa, mereka berhak bahagia". Sahut Jiendra.
"Lalu Reksa ? Bahkan Reksa sampai pindah sekolah karena dibully, dan alasan utamanya hanya karena mirip Cakra ! Ayah pikir Reksa bahagia sampai disini ? Engga ! Untung ada Riksa bayangkan kalau ga ada !". Reksa sedikit meninggikan suara.
"Reksa jangan gitu" pinta Riksa.
"Kenapa ? Bahkan Gara yang ga punya hubungan apapun rela mukul Lo cuma karena Lo mbantah dia kalau gue ga maju". Sambung Reksa.
"Gue sakit Sa, gue yang sakit disini". Reksa menepuk dadanya pelan.
"Mereka dengan bahagianya bercanda tawa, gue yang duplikatnya keluar rumah pun harus pake masker mereka ga pernah rasain itu!" Lanjutnya.
"Gue capek Sa, gue pengen dikenal dengan nama Reksa bukan Cakra". Mendadak suaranya pelan.
"Reksa ?" Panggilan Riksa tak digubris.
Reksa menunduk sedikit oleng.
"REKSAA!!" Riksa menahan tubuh Reksa yang hampir jatuh itu.
Reksa pingsan dan Mahen gercep mengangkat dan menidurkan putranya di sofa.
"Jie jangan bilang apapun lagi, aku tahu gimana sakit hatinya Reksa, menurutku wajar kalau dia marah Jie, dia masih remaja". Arasya menepuk punggung Jiendra untuk menenangkannya.
"Maaf Asya, aku ga mau dia ngambil langkah yang salah". Balasnya.
"Kita didik sama-sama Jie, selama ini didikan kita berhasil, ayo kita awasi dia lagi". Ajak Mahen.
"Maaf". Singkatnya.
Sementara di rumah lain..
"Lan tenanglah". Aza yang berkata karena Wulan masih meneteskan airmata selama perjalanan pulang. Ia khawatir dan takut Reksa akan membencinya meski bukan dirinya yang terlibat.
"Ada apa Za ?" Tanya Rania yang juga datang kesana mengikuti mereka.
"Itu tan,, tentang Reksa". Jawabnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DUPLIKAT [✓]
KurzgeschichtenAreksa. Umurnya 12 tahun ketika tahu tentang dirinya. Sampai dimana umurnya 16 tahun.. Bertemu orang yang menurut mereka flashback namun kenyataan berkata lain. gimana ceritanya ? baca aja.