"I'm yours and you're mine"
~AreksaBramantya~
***
Setengah jam berlalu Riksa masih berada di samping Reksa yang belum memunculkan tanda-tanda siumannya. Riksa merasa haus sementara Mahen dan Winta sudah tidur di sofa ruangan itu.Maklum lah ruang VVIP 😌
Karena genggaman itu longgar Riksa berniat meninggalkannya sebentar. Riksa keluar untuk membeli minuman dan mungkin beberapa roti, tapi sialnya Riksa belum tau tempat warungnya karena ini pertama kali dia ke rumah sakit setelah datang ke Indo.
"Riksa ?" Seseorang memanggilnya.
Riksa menoleh ke belakang meski sedikit takut namun kemudian merasa tenang bahwa yang dilihatnya adalah dokter Indra.
"D-dokter". Balasnya.
"Kamu ngapain kesini ? Dingin loh diluar begini". Kata Indra.
Cuaca saat ini memang sedang tidak menentu, kadang panas kadang dingin kadang hujan. Dan malam itu cuacanya sedang dingin, lebih dingin dari ruang operasi tadi.
"Riksa cuma mau beli minum sama roti dokter, dokter sendiri kenapa keluar ?" Tanya Riksa balik.
"Oh, sama, ayo barengan aja". Dokter Indra mengajak Riksa berjalan.
"Warungnya jauh ?" Tanya Riksa.
"Engga, cuma butuh waktu 3 menit kita sampai disana, oh ya Reksa udah bangun ?" Indra kembali bertanya.
Riksa menggeleng
"Belum".
Indra hanya tersenyum.
"Pura-pura tidur atau memang belum bangun dia ? Biasanya cuma 15 menit mereka udah bangun". Canda Indra.
"Riksa juga ga tau dokter". Balas Riksa.
Mereka berjalan sambil bercanda agar tak ada kecanggungan sedikitpun.
Kembali ke ruangan semula. Reksa mengerjapkan mata berusaha membukanya. Berat, rasanya masih berat namun sebisa mungkin Reksa membuka kedua matanya. Reksa tak lagi memakai alat bantu pernafasan mungkin menurut dokter sudah tak membutuhkannya setelah operasi. Berhasil itu Reksa mengedarkan pandangannya ke berbagai arah.
"Mommy.. daddy.." lirihnya.
Reksa melihat ortunya yang sudah tidur nyenyak, tapi seperti ada yang kurang. Reksa mendadak loading, mungkin efek karena benturan kepalanya. Reksa berusaha berpikir apa yang kurang menurut dirinya sendiri. Ruangan yang sepertinya kosong membuat Reksa bosan, padahal baru saja siuman beberapa detik lalu.
Reksa melihat ke meja dekat brankarnya di sebelah kanan. Ponsel. Ponsel Reksa tergeletak disana. Karena jarak brankar dan meja agak jauh Reksa harus berusaha keras untuk mengambilnya, terlebih tangan dan kaki kirinya tak berfungsi karena luka dalam.
"Akhh... Ssttt". Rintihnya ketika kembali merasakan sakit karena pergeseran tubuhnya.
Beruntung usahanya tak sia-sia, tangan kanan sukses mengambil ponselnya. Dilihatnya jam dan daya baterai ponselnya.
"Baguslah, masih aman". Kata Reksa ketika presentase masih 45%.
"Riksa ?" Reksa sadar kalau ternyata Riksa yang tak ada di ruangan itu.
"Ternyata kurang Riksa". Kekehnya sambil tersenyum.
Sekilas Reksa juga memainkan ponselnya. Mengetik entah apa.
Selesainya Reksa masih melihat disekitarnya karena haus, namun sedikitpun tak ada air disana. Entah lupa atau gimana segelaspun tak ada yang menyediakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUPLIKAT [✓]
Storie breviAreksa. Umurnya 12 tahun ketika tahu tentang dirinya. Sampai dimana umurnya 16 tahun.. Bertemu orang yang menurut mereka flashback namun kenyataan berkata lain. gimana ceritanya ? baca aja.