Bab 12 : Fakta

45 2 0
                                    

"Terkadang kenyataan memang pahit, mau atau tidak kita harus menerimanya"

~WulanAriyana~

***
Hari berikutnya tentu mereka barengan memasuki kelas itu kembali, saling sapa dengan yang lain namun Reksa melihat senyum Wulan yang begitu kecut. Entah apa yang terjadi bahkan Reksa sendiri tak mengerti.

"Wulan kenapa ?" Tanya Reksa saat menghampirinya.

"Ga, gapapa ko, lagi ada pikiran aja". Jawabnya.

"Za, Wulan kenapa ?"tanya Riksa pada aza yang baru aja memasuki kelas.

"Gue baru masuk Sa, gue juga ga tau". Balasnya.

Mereka diam lalu duduk di bangku masing-masing. Baru saja duduk pandangan reksa teralihkan pada..

"HALLOWW SELAMAT PAGI SEMUANYAA !! PAGI YANG INDAH MATAHARI YANG CERAH APA KALIAN SEMANGAT HARI INI ???"

Teriakan sapaan itu berasal dari mulut Nata, satu-satunya siswa yang membuat kelas itu selalu riang.

"Nata, Lo kebiasaan teriak-teriak".

PLAKK!!

Geplak Desta pas dipunggungnya yang berada di belakang Nata.

"Apaan sih Lo ? Gue nyapa elah, biasanya juga gini". Sahutnya.

Tak bicara lagi Desta menuju bangkunya. Bel berbunyi bertanda pelajaran akan dimulai.

"Eh pelajaran sejarah, bukannya guru kita ganti ?" Galang yang bicara.

"Iya kemarin siapa katanya ? Pak siapa ?" Nata kelupaan.

"Pak Jie bukan ?" Aza menyambung.

"Nah iya Pak Jie !" Seru Nata bersemangat.

Hanya selang satu menit benar saja guru baru itu datang, Jiendra memasuki kelas mendapat sambutan hangat dari para siswa.

"Selamat pagi Pak!". Serentak mereka.

"Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Jiendra Alaska, kalian bisa manggil Jie saja biar gampang ya, saya menggantikan guru yang lama karena beliau mengajar di kelas 12 agar mereka lebih fokus belajar". Kata Jiendra.

"Bener tu pak Jie, guru yang lama galak" sahut Nata.

"Husst ga boleh kaya gitu" balas Jiendra sambil tersenyum.

"Pak!" Galang mengangkat tangannya.

"Iya ? Ada apa ?" Jiendra menjawabnya.

"Reksa, pak Jie termasuk sahabatnya Cakra ? Di foto itu sama dengan yang ini" tanya Galang pada Reksa.

Reksa mengangguk mengiyakan tanpa berkata.

"Kalian tau Cakra ?" Tanya Jiendra.

"Maaf pak, kemarin sempet tanya Reksa karena dia pake masker terus jadi kita kepo, Reksa jelasin semuanya". Sahut Desta.

"Ah baiklah, sekarang kita mulai pelajaran ya ? Reksa maskernya dibuka aja kalau mereka sudah tau, tapi kalau kalian membully dia bapak ga akan ngajar di kelas ini lagi, setuju ?". Ancam Jiendra.

"Baik pak!!" Serentak mereka.

Jiendra memulai pelajaran, menjelaskan materi secara rinci dan teliti membuat mereka dengan mudah meresapi materi itu. Namun sayang, pelajaran sejarah hanya sekali dalam seminggu di kelas IPA.

"Pak Jie!" Nata yang memanggil ditengah pelajaran itu.

"Ya ? Kenapa ?" Tanya Jiendra karena seketika suasana hening kembali bersuara.

"Maaf pak, saya mau tanya sesuatu diluar pelajaran, boleh ?" Tanya Nata

"Boleh, kalau saya tau saya jawab". Balasnya.

"Pak, Cakra meninggal karena apa ? Reksa ngasih tau kami tanpa menjelaskan hal itu". Sambung Nata.

"Seriusan mau tau ?" Tanya Jiendra

"Iya pak, saya juga pengen tau kenapa Cakra bisa meninggal padahal dia terlihat baik-baik saja". Sahut Desta.

"Begini. Cakra memang awalnya baik-baik saja, namun ketika mau pulang kerumah aslinya diketahui bahwa dia mengidap kanker hati stadium 2, dia kembali ke Indo karena ingin berkumpul dengan keluarganya dan kuliah di National campus. Disana dia bertemu teman baru yang sayangnya mengidap perikarditis akut, sampai jantung itu tak lagi berdetak Cakra mendonorkan jantungnya, kini dia hidup diatas sana bahagia dengan keluarganya". Jelas Jiendra.

"Maksudnya pak ?" Tanya Galang karena seisi kelas belum sepenuhnya mengerti.

"Ayahnya meninggal karena kecelakaan, ibunya kanker hati, kakak pertama donorin hati dan kakak kedua kecelakaan, mereka meninggal dan sekarang bahagia disana". Jiendra menunjuk ke atas.

"Pak apa temannya yang dapat jantung itu masih hidup sampai sekarang ?" Tanya Desta.

"Iya, masih, bahkan anaknya juga seumuran Reksa, cantik seperti ibunya". Jiendra sedikit melirik ke arah anak itu.

"Satu hal pesan saya, kalian jangan membenci atau bersikap terbalik pada anak itu, tetaplah berteman seperti ini, biarkan masalalu terbuang". Kata Jiendra.

"Baik pak, terima kasih". Sahut Nata.

Mereka lanjut belajar sampai bel berbunyi. Karena ganti pelajaran Jiendra keluar. Namun mendadak Wulan juga berlari keluar diikuti Aza.

"Dia kenapa ?" Bisik Riksa pada Reksa.

"Gue harus cari tau". Kata Reksa

"REKSAA!!" Teriak Riksa namun diabaikan.

Reksa keluar mengendap-endap mengikuti Aza dan Wulan. Sebuah gudang tempat berhentinya mereka. Reksa mendengar percakapan mereka dari balik pintu. Terdengar jelas Wulan menangis sambil berkata-kata. Tak kalah Aza yang menenangkannya.

"Za gue ga sanggup, kenapa dia harus berhubungan dengannya ? Hiks"

"Lan tenang lah, ini bukan kesalahanmu, dia cuma mirip bukan yang asli".

"Azaa.. hiks"

"Sshuuttt sudah, tenang dulu ya, ini pelajaran Bu Rania loh masa kita ga ada ?"

Reksa langsung pergi dari sana ketika mendengar pergerakan mereka. Bergegas Reksa masuk kelas untungnya Rania belum ada. Dengan nafas terengah dia duduk sambil minum.

"Lo kenapa Sa ! Lo dari mana ?" Tanya Riksa.

"Sshhtt pas pulang gue jelasin, bakal memburuk kalau gue bicara disini". Kata Reksa.

Riksa menurut saja ya karena cuma Riksa yang memahami Reksa. Seketika Wulan dan Aza masuk membuat Reksa berpaling memainkan ponselnya sebentar agar mereka tak menaruh kecurigaan sedikitpun.

"Pagi anak-anak". Sapa Rania begitu masuk ke kelas itu.

"Pagi Bu". Balas mereka.

"Maaf ya ibu telat, tadi suami ibu datang sebentar". Kata Rania.

"Bu, boleh tau nama suaminya ?" Tanya Nata si kepo itu.

"Raffi Desta Anggara". Jawabnya.

"Tunggu, Pak Raffi si motivator itu ?" Sahut Galang.

"Bukan cuma motivator, CEO di perusahaan 'RA Corp' juga". Desta yang menyahut.

"Haha iya, bener. Udah kan ? Kita belajar sekarang". Tutup Rania lalu mengajar selayaknya guru yang lain.

Namun sedikit melirik ke keponakannya terlihat ada sesuatu yang mengganjal. Seperti ada yang mengganggu pikirannya saat ini. Namun Rania tak mau ambil pusing akan dia selidiki sepulang sekolah nanti.

***

Publish : 30 September 2024

DUPLIKAT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang