Bab 10 : Pindah

43 4 0
                                    

"Tolong jangan bilang Lo ga butuh gue, disini ada gue jangan ngerasa bisa sendiri untuk semua hal"

~AriksaSakuntala~

***
Seperti kata Mahen dan keinginan Reksa, packing dimulai sehari sebelum keberangkatan mereka pindah ke tempat baru. Bukan pusing karena packing tapi Reksa dipusingkan oleh dua bocah yang terus merengek pasalnya tak mau ditinggal kakak kesayangan mereka itu.

"Kakak kok ninggalin kita sih ? Kakak jahat banget, udah gitu ngajak kak Riksa juga". Kiano cemberut di kursi belakang mobil yang Reksa kendarai saat ini.

"Iya ih, kak Riksa mau aja disuruh ngintilin kak Reksa" sambung Vano yang juga pura-pura marah.

"Daddy yang memintanya, kakak cuma nurut, lagipula kalian sudah kelas 3 nanti bisa nyusul kakak kesana, jangan marah gitu dong". Reksa melihat dua bocahnya melalui kaca atasnya.

"Kak Riksa juga sekolah disana kan ?" Tanya Vano

"Iya, gue juga disana sama Reksa, kenapa kalian cemberut gitu hm ?" Riksa melontarkan senyumannya.

"Ayolah kalau kalian masih cemberut gitu kakak ga jadi traktir hari ini dan besok kakak berangkat kesana, gimana ?" Sahut Reksa.

"Huh traktir doang". Kiano meledeknya.

"Kenapa ? Mau main yang lain ?" Tanya Reksa lagi.

"Aaaa males ah, pokoknya malem ini Kiano sama Vano bobo bareng kakak ! Ga mau tau pokoknya bareng !" Seru Kiano.

"Haha ya baiklah, nanti malam kita tidur bareng" balasnya.

Sisi lain Reksa sebagai kakak memang sangatlah beda dengan dirinya yang seorang introvert dimata orang lain. Riksa yang menyimak itu hanya diam saja. Bukan tak mau tapi dia lebih memilih diam, terlebih kepikiran kalimat yang diucapkan Reksa tempo hari.

"Riksa ?" Reksa memanggilnya

"Lo kenapa ?" Sambungnya.

"Gapapa, cuma nanti makin jauh sama ayah bunda". Balasnya singkat.

Reksa mengubah route membelokkan mobilnya ke arah jalan lain.

"Kak kita mau kemana ? Bukannya ke cafe kok malah balik ?" Tanya Vano.

"Nanti juga tau". Balasnya.

Tak lama perjalanan mereka, Reksa berhenti di depan toko bunga. Membeli tiga tangkai bunga mawar merah yang terbungkus rapi. Kembali ke mobilnya dan melajukannya. Riksa yang sengaja bengong itu tak tau kemana arah Reksa membawa mereka.

Sampai di suatu tempat..

"Kak ? Ngapain ?" Tanya Kiano.

"Mau ikut ? Ayo" balasnya.

Mereka turun diikuti Riksa. Sangat kenal tempat itu karena ortunya juga dimakamkan disana.

"Ini Riksa, berikan pada orang tua Lo" Reksa memberikan dua bunga mawarnya.

Menuju ke dua nisan juga tak lupa ada goresan tanda disana yang mengartikan makam sepasang kekasih yang tak lain adalah ortu Riksa.

DUPLIKAT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang