"Ternyata memang benar dari awal dianggap orang lain, bukan diri sendiri."
***
Buru-buru Ray kembali ke tempatnya tadi setelah menerima telepon dari mamanya, bukan lebih tepatnya bi Ira asisten rumah tangga papanya yang kebetulan datang ke rumah mamanya hanya sekadar berkunjung sembari membawakan mamanya makanan.
Anggi yang duduk menanti tentu dibuat mengernyit dengan raut wajah Ray terlihat khawatir. "Kenapa?"
"Nyokap pingsan," jawab Ray sejenak menatap Anggi. "Gue anter pulang."
Spontan Anggi menggeleng. "Nggak usah. Lo mending pulang aja. Gue bisa sendiri. Lagian pasti lama kalau lo anter gue dulu."
Tentu saja Ray tidak bisa membiarkan Anggi sendiri. Ia yang dari awal mengajak Anggi untuk diantar pulang, lalu tiba-tiba meninggalkan gadis itu sendirian? Namun, ucapan Anggi benar. Jika ia mengantar gadis itu ia takutkan kondisi mamanya di rumah. Dari informasi yang bi Ira berikan mamanya itu ditemukan jatuh pingsan di dapur tentu hal itu memacu jantungnya berdetak kencang, takut mamanya kenapa-napa.
"Mau ikut pulang? Maksudnya setelah ke rumah nyokap gue langsung antar lo pulang," ralatnya yang memang adalah solusi yang terbaik.
Dan Anggi mengangguk mengiyakan saja. Karena jika menolak pasti akan terjadi perdebatan sedikit. Ia tahu Ray ini tipe cowok yang bertanggung jawab. Untung saja mereka belum memesan bakso jadinya mereka tidak perlu untuk cancel.
"Aden!" pekik bi Ira yang tergopoh-gopoh mendekati Ray yang baru saja memasuki rumah.
"Gimana kondisi mama, Bi? Mama baik-baik aja, 'kan?" Belum sempat bi Ira menjawab Ray sudah duluan berlari memasuki kamar mamanya yang memang tidak jauh—lantai satu. "Ma!"
Dengan masih raut wajah khawatirnya Ray langsung berjongkok di samping ranjang Anis yang terlihat terbaring dengan raut wajah pucatnya.
"Eh, anak mama udah pulang." Bahkan dalam kondisi sakit pun Anis masih sempat-sempatnya tersenyum menatap putra semata wayangnya dengan teduh.
"Ayo, Ma kita ke rumah sakit!" ajak Ray yang langsung ditolak oleh Anis.
"Mama baik-baik aja, Ray. Palingan cuman butuh istirahat aja."
"Nggak, Ma. Mama harus tetap ke rumah sakit," balas Ray yang bahkan bersiap menggendong Anis jika saja Anis tidak memegang kedua tangannya.
"Mama beneran nggak papa, Ray. Cuman kecapean aja. Jangan khawatir, hem?" Dengan penuh kelembutan Anis mengusap rahang Ray membuat Ray tentu saja melunak meski rasa khawatir masih mendominasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RayGi (Sequel ANGGIE)✓
Romance🌹Sequel ANGGIE🌹 "Aku mencintaimu, hari ini, esok, dan selamanya." *** Semenjak kepergian Aggi. Ray semakin dingin tak tersentuh bahkan irit bicara. Sudah banyak sekali cewek-cewek di kampusnya yang menembaknya, ia tolak dengan mulut pedasnya itu...