Bab 8

164 46 9
                                    

Catatan : tulisan bercetak miring untuk segala ucapan batin Itachi beserta ingatannya di masa lalu.

Happy Reading.


Jadwal Hinata hari ini adalah menghadiri pertemuan untuk pembacaan naskah dorama. Ia akan bertemu dengan Jiu pukul 11 siang nanti, dan saat ini dirinya masih berada di dalam penthouse bersama Itachi.

Hinata berdiri mematung di depan lemari es, menatap beberapa bahan masakan yang akan ia olah menjadi menu sarapan pagi. Hanya ada beberapa macam protein tanpa sayuran kecuali tomat, membuat Hinata menghela nafas pelan. Ia lupa mengisi stok kebutuhan panganan untuk minggu ini.

Hinata menggigit bibir bawahnya sambil berkacak pinggang, tadinya ia ingin membuat tuna pedas yang dibubuhi lobak, tapi lobaknya sendiri bahkan tidak ada.

"Apa aku pesan sarapan saja?" tanya Hinata pada dirinya sendiri. Hinata pun kembali menutup pintu lemari es dan berjalan menuju kamarnya untuk menemui Itachi.

Hinata mendorong pintu kamarnya secara perlahan, ia menyembulkan kepalanya mengintip keadaan kamar dan melihat Itachi yang masih berada di atas ranjang. Ia melangkah memasuki kamar dan mendekati pria itu, Hinata berdiri mematung dengan ragu sambil menatap Itachi.

Ragu untuk membangunkan pria itu, namun dirinya perlu sehingga tanpa punya pilihan lain, Hinata pun mengguncang pelan lengan pria itu.

"Uchiha-sama," ucapnya pelan, dan Itachi tidak meresponnya sama sekali.

Hinata terpaku sambil menggigit bibir bawahnya dengan cemas, "Aku akan memesan makanan, apa kamu mau sesuatu?" tanya Hinata lagi.

Pria itu sedikit terusik namun hanya bergumam pelan, malahan Itachi semakin menyamankan diri dalam balutan selimut tebal miliknya.
Hinata tidak menyerah, ia kembali berniat membangunkan pria itu namun kedua matanya terlebih dulu menangkap bulir keringat pada dahi Itachi. Raut wajah pria itu juga terlihat mengernyit seolah-olah tubuhnya sedang kurang nyaman.

Pada akhirnya Hinata memberanikan diri untuk menyentuh kening Itachi, dan seketika ia tersentak kaget mendapati dahi pria itu yang panas.
"Astaga! Kamu demam." pekik Hinata panik.

Itachi yang mendengar suara Hinata panik, ia pun membuka kedua kelopak matanya yang terasa berat.
"Kamu demam! Haruskah aku memanggil dokter?" tanya Hinata gusar.

Pria itu tersenyum kecil, "Tidak perlu, aku baik-baik saja." Jawabnya.

Hinata berdecak pelan, bagaimana bisa pria itu menyebutnya baik-baik saja sedangkan suhu badan pria itu begitu tinggi. "Tunggu sebentar, aku akan buatkan makanan lunak untukmu." ucap Hinata lalu berlari dengan panik menuju pantry.

Hinata membuat bubur yang dulu sering ia buat untuk mendiang neneknya, dan kali ini ia mengulang hal yang sama namun ditujukan untuk orang yang berbeda.

Setelah dirasa sudah siap dan rasanya enak, Hinata meletakkan mangkuk berisikan bubur itu di atas nampan. Tidak lupa ia pun menyiapkan air minum dan obat penurun panas untuk Itachi.

Hinata kembali ke kamar dan meletakkan nampan tersebut di atas nakas, setelah itu dirinya kembali membangunkan Itachi.

"Uchiha-sama, bisakah kamu bangun sebentar? Aku harus mengganti pakaianmu dengan kaos tipis." ujar Hinata. Itachi hanya bergumam pelan menanggapinya, namun secara perlahan tubuh pria itu bergerak untuk mendudukkan diri.

Kedua kelopak matanya terpejam karena kepalanya terasa begitu berat. Itachi menyandarkan punggungnya ke belakang, sedangkan Hinata kembali mendekat dan menempelkan punggung tangannya pada kening Itachi.

"Tunggu sebentar," Hinata berujar dengan terburu-buru, wanita itu pergi ke kamar mandi dan mengambil air hangat dan juga sebuah handuk kecil.

Ia menyimpan wadah berukuran besar itu di atas paha, "Permisi, aku akan membuka pakaianmu terlebih dahulu." Ujarnya meminta izin, dan Itachi hanya mengangguk perlahan sebagai tanda jika dia memberi akses Hinata untuk melakukannya.

MIROTIC (Itachi-Hinata Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang