Bab 9

232 50 18
                                    

Bab 9

“Kau mau kopi tidak?” Yugao bertanya pada pria di sampingnya, namun pria yang ditanya hanya diam sambil menatap lurus ke luar jendela mobil yang mereka tumpangi. Membuat Wanita itu ikut menoleh dan menatap ke titik yang sama dengan Itachi.

Pria itu tengah memperhatikan seorang gadis dengan seragam sekolah menengah atasnya, di mana si gadis tersebut tengah menuntun seorang wanita lanjut usia di sepanjang emperan toko.

“Kau mengenal mereka?” tanya Yugao lagi, kali ini Itachi menoleh pada wanita itu dan menggeleng pelan.
“Tidak,” Jawabnya singkat.

“Lalu kenapa kau menatapnya seperti itu?” Yugao kembali bertanya dengan rasa penasarannya yang tinggi. Jarang sekali dirinya melihat Itachi memperhatikan manusia yang tidak dikenalnya lebih dari satu menit.
Itachi hanya terdiam, ia menatap lurus pada gadis itu dari kejauhan, “Dia sangat baik hati.”

“Huh?”

Itachi terbangun dari mimpinya, pria itu menyipitkan kedua mata saat menangkap sinar lampu yang menyorot ke arah wajahnya. Pandangan matanya berkeliling memperhatikan ruangan dengan warna cerah yang khas dan bau obat-obatan yang menyengat di penciumannya.

Tidak salah lagi, dirinya memang tengah berada di rumah sakit.
Ia menghela nafas kasar karena lagi-lagi dirinya bermimpi tentang masa lalunya yang berisikan awal pertemuan dirinya dengan Hinata. Bukan pertemuan, atau lebih tepatnya ia melihat Hinata untuk pertama kalinya.

"Oh, kau sudah bangun?" Yugao berujar setelah kembali dari kamar mandi. Wanita cantik dan anggun itu bergerak dan mendekati Itachi yang terbaring lemah di atas ranjang.

Itachi memejamkan kedua kelopak matanya beberapa saat guna mengingat kembali kejadian sebelum dirinya berakhir di Rumah sakit. Pada saat itu dirinya pergi meninggalkan penthouse milik Hinata dalam keadaan hati yang kacau. Dan karena dirinya tidak kuat menyetir mobil, Itachi pun menelepon Yugao dan meminta tolong pada wanita itu untuk menjemput dirinya.

Dan pada saat ia menunggu kedatangan Yugao, Itachi benar-benar tidak kuat untuk menahan diri karena rasa sakit pada kepalanya hingga lambat laun ia pun terjatuh dan kehilangan kesadaran.

"Kenapa kau membawaku kemari?" tanya Itachi dingin dan datar. Yugao merotasikan kedua bola matanya, ia menatap pria itu dengan sebal.

"Kau pingsan, Bodoh! Makanya aku membawamu kesini." Balas wanita itu ketus.

Itachi terdiam, ia kembali terfokus pada pikirannya dan memilih mengabaikan Yugao. "Satu lagi, di mana kekasihmu itu?" Tanya Yugao dan lagi-lagi Itachi tidak meresponnya. "Disaat kau sakit dia bahkan tidak ada di sampingmu."

"Dia sedang bekerja. Lagi pula dia bukan kekasihku, dia tidak ada kewajiban untuk merawatku." Jelas Itachi berusaha menjawab dengan setenang mungkin meski jantungnya kembali berdenyut nyeri.

Yugao berdecak pelan, "Sungguh membuatku muak!" Ketusnya.

"Kau banyak bicara," sahut Itachi terdengar menyebalkan di telinga wanita itu.

"Bisa kau ambilkan ponselku? Aku mau menghubungi Hinata." Pinta Itachi membuat Yugao terperangah, wanita itu langsung menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan pemikiran pria itu.

Dengan kedua kaki yang dihentak kuat, Yugao berjalan mendekati nakas dan mengambil ponsel milik Itachi.

"Terima kasih." Ucap Itachi singkat setelah menerima ponselnya yang diberikan Yugao.

Wanita itu kembali ke sofa dan duduk di sana dengan bertumpang kaki. Ia menatap tajam pada Itachi yang tengah sibuk dengan Ponselnya.

"Kau bilang dia bukan kekasihmu, tapi kau tetap memberinya kabar seolah-olah dia akan mengkhawatirkan dirimu jika kau tidak mengabari dirinya." Yugao kembali berbicara, wanita itu memang kesal dengan Itachi dan otak bebalnya.

MIROTIC (Itachi-Hinata Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang