Blade of Fate

16 5 7
                                    

Selamat membaca chapter 22🌷

Selamat membaca chapter 22🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*Joey's POV*

Aku terus memandang keluar jendela, melihat malam yang perlahan semakin dalam. Angin dingin berhembus lembut, tapi rasanya menusuk jauh ke dalam hati. Istana yang biasanya dipenuhi aktivitas kini sunyi senyap. Hanya suara langkah pengawal yang terdengar samar di kejauhan, mengiringi pikiranku yang penuh kegelisahan. Yoseph sudah dibawa ke penjara bawah tanah, ditempatkan di ruang yang paling gelap dan dingin. Ini seharusnya menjadi akhir dari semua penderitaan yang kami alami selama ini, tapi entah mengapa aku tahu, jauh di dalam hati, bahwa semuanya belum selesai.

Kaia duduk di sofa di sudut ruangan, wajahnya terlihat letih, namun ada sesuatu yang lebih dari sekadar kelelahan fisik. Matanya kosong, dan aku tahu pikirannya sedang berkelana jauh. Sejak Yoseph ditangkap dan dibawa ke penjara, Kaia berubah menjadi pendiam, terperangkap dalam pikirannya sendiri. Dia selalu berusaha menyembunyikan kecemasannya dariku, tapi aku bisa merasakannya. Aku tahu dia sedang berjuang menghadapi sesuatu yang lebih besar dari sekadar rasa takut akan Yoseph.

Aku berjalan mendekatinya, duduk di sampingnya, dan menggenggam tangannya. "Kaia, ada apa? Kau memikirkan sesuatu. Ceritakan padaku," tanyaku pelan.

Kaia menoleh, ragu sejenak, lalu menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara. "Joey... mimpi itu. Wanita tua itu. Dia muncul lagi." Suaranya terdengar berat, seolah setiap kata yang keluar adalah beban tersendiri.

Aku mendengarkan dengan seksama, tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik mimpinya kali ini. "Dia bilang apa kali ini?" tanyaku, mencoba tetap tenang.

Kaia menundukkan kepalanya, menggigit bibir bawahnya seolah sedang berjuang dengan rasa takutnya sendiri. "Dia bilang... aku yang harus menghentikan semua ini. Bahwa takdir buruk ini hanya bisa dihentikan melalui Yoseph. Dan aku harus melakukannya dengan pisau—pisau yang pernah aku pakai di kehidupan sebelumnya."

Darahku berdesir mendengar itu. Pisau yang dia maksud adalah milik Felipe, pisau milik kakaknya yang dulu dia gunakan di kehidupan sebelumnya. Pisau itu punya sejarah panjang dan kelam, simbol dari masa lalu kami yang penuh kegelapan. Aku tahu seberapa berat beban yang Kaia pikul sejak wanita itu terus muncul dalam mimpinya, memberi petunjuk yang semakin menyeramkan.

"Aku takut, Joey. Aku takut jika kita tidak menghentikan ini, segalanya akan terus berulang. Tapi di sisi lain, aku juga takut pada apa yang harus aku lakukan. Bagaimana jika ini memengaruhi bayi kita?" Kaia menatapku dengan mata yang penuh ketakutan dan keraguan. Tangannya dengan lembut menyentuh perutnya yang sudah mulai membesar, seolah melindungi nyawa yang tumbuh di dalamnya.

Aku menelan ludah, rasa takut yang sama mulai menggerogoti pikiranku. Tapi aku tahu aku tidak boleh menunjukkan itu. Aku harus menjadi batu karang bagi Kaia, tempat dia bisa bersandar di tengah badai yang sedang kami hadapi. "Kaia, semua akan baik-baik saja. Aku berjanji. Aku akan selalu ada di sampingmu, kita akan menghadapinya bersama," jawabku, meski di dalam hati, aku juga tidak tahu pasti apa yang akan terjadi.

Kaia memejamkan mata sejenak, lalu mengangguk pelan. "Aku tahu, Joey. Tapi bagaimana jika ini semua tidak berjalan sesuai rencana? Bagaimana jika kita gagal?" tanyanya, suaranya terdengar rapuh.

Aku memegang bahunya, berusaha menyalurkan keyakinanku melalui sentuhan itu. "Kita tidak akan gagal. Kali ini, Yoseph tidak sekuat dulu. Dia sudah kehilangan semua kekuatan dari kerajaan kegelapan. Yang dia miliki sekarang hanyalah rasa takut dan kemampuannya untuk bersembunyi. Tapi kita akan menangkapnya. Dan saat waktunya tiba, kau akan menghentikan takdir ini, sekali dan untuk selamanya."

Kaia terdiam, tapi aku bisa merasakan bahwa dia perlahan mulai menerima kenyataan ini. Aku tahu hatinya masih bergejolak, terutama karena bayi yang dia kandung. Rasa takut itu wajar, tapi aku tidak akan membiarkan rasa takut menghentikan kami.

Kami mulai merencanakan langkah kami berikutnya dengan penuh kehati-hatian. Setiap detail kami susun dengan teliti, memastikan tidak ada celah yang bisa digunakan Yoseph untuk melarikan diri. Kaia masih terlihat tegang, tapi aku bisa merasakan tekadnya semakin kuat. Dia tahu bahwa ini bukan hanya tentang menghentikan Yoseph, tapi juga tentang memutus siklus takdir yang telah menghantui kami sejak kehidupan sebelumnya.

Saat kami membicarakan rencana itu, Kaia menceritakan lebih banyak tentang mimpinya. Wanita tua yang muncul itu adalah ibu Yoseph, dan dia telah memberi petunjuk penting. Kunci untuk memutus rantai takdir ada di Yoseph. Wanita tua itu tidak menginginkan lebih banyak darah, tetapi dia tahu bahwa untuk menghentikan kegelapan ini, harus ada penebusan. Dan penebusan itu ada di tangan Kaia—dan pisau milik Felipe.

Aku mulai memahami bahwa ini adalah momen yang telah ditunggu-tunggu oleh takdir. Semua penderitaan yang kami alami, semua pertempuran yang telah kami lewati, mengarah pada saat ini. Yoseph harus menebus semua dosanya, semua kejahatan yang telah dia lakukan, baik di masa lalu maupun saat ini.

Namun, di balik semua ini, aku tahu ada sesuatu yang lebih besar. Yoseph bukan hanya sekadar musuh. Dia adalah anak dari Raja, seseorang yang mencari kasih sayang dan pengakuan yang tidak pernah dia dapatkan. Tapi itu tidak memberi alasan baginya untuk melakukan semua kejahatan ini. Yoseph harus dihentikan, dan kali ini tidak ada pilihan lain.

"Kita akan melakukannya besok malam," kataku akhirnya setelah memastikan rencana kami sudah matang. "Kita akan menyelinap ke penjara bawah tanah, dan aku akan pastikan kau aman. Saat waktunya tiba, kau yang akan memegang pisau itu, dan kita akan mengakhiri semua ini."

Kaia menatapku, matanya penuh dengan kecemasan namun juga keyakinan. "Aku percaya padamu, Joey. Kita harus melakukannya, demi anak kita, demi masa depan kita."

Aku mengangguk, merasakan beban yang berat di pundakku. Malam ini, aku akan tidur di samping Kaia, tapi pikiranku akan terus berjaga, memikirkan tentang apa yang akan terjadi esok hari. Tapi satu hal yang pasti—aku akan tetap di sini, di samping Kaia, tidak peduli apa yang akan terjadi. Dan esok hari, Yoseph akan menerima ganjarannya.

Dengan keyakinan itu, aku memandang Kaia yang perlahan mulai terlelap, dan aku tahu bahwa esok akan menjadi hari yang menentukan bagi kami semua.

- bersambung

...

Halo semua, bertemu kembali di chapter 22! Masih ada yang nungguin cerita ini gak ya?🥲 🤍 sebelumnya aku minta maaf jarang update karena sibuk sama thesis dan kerja😭 semoga aku bisa update rutin lagi🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo semua, bertemu kembali di chapter 22! Masih ada yang nungguin cerita ini gak ya?🥲 🤍 sebelumnya aku minta maaf jarang update karena sibuk sama thesis dan kerja😭 semoga aku bisa update rutin lagi🤍

Jangan lupa beri semangat kepada author dengan memberikan vote dan komen ya hihi🥰

Ditunggu chapter selanjutnya, terima kasih sudah membaca🌷✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang