"Bubu?"
Anak balita berusia tiga tahun itu mengerjap perlahan, merasakan kehangatan yang menghilang dari pelukannya sebelum ia tertidur. Dengan pelan, ia membalikkan tubuhnya ke kanan dan melihat kembarannya masih tertidur pulas.
Setelah mengerjapkan mata sekali lagi, Jung Beomgyu memutuskan untuk bangkit dari tidur siangnya. Ia melirik pintu yang terbuka lebar sebelum perlahan turun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar untuk mencari sang Ibu.
Beomgyu menatap sekeliling rumah, namun tidak menemukan keberadaan Taeyong. Matanya mulai berkaca-kaca dan niatnya untuk menangis hampir muncul ketika mendengar suara dari dapur. Dengan cepat, Beomgyu berlari memanggil nama sang Ibu. "Bubu!"
Beomgyu menghela napas lega saat menemukan Taeyong sedang mencuci piring. Pemuda cantik itu tampak sangat fokus pada pekerjaannya, hingga tersentak saat menyadari Beomgyu sudah memeluk kakinya. "Bubu.."
"Iya, sayang. Beomie sudah bangun, ya?" Taeyong tersenyum dan mengangkat Beomgyu ke dalam dekapan hangatnya, membiarkan anaknya memperbaiki perasaannya setelah tidur siang.
Tangannya tidak berhenti mengusap punggung kecil Beomgyu, yang kini bersandar nyaman di dadanya sambil memegang kancing teratas Taeyong. "Bubu..." Ia memanggil lirih.
Dengan kehangatan yang kembali terasa, Beomgyu hampir saja terlelap lagi. Namun, begitu mendengar suara yang begitu dikenalnya, ia tergesa-gesa meminta diturunkan dari gendongan Taeyong. Lalu berlari menuju sumber suara untuk memastikan siapa pemilik suara tersebut.
"Ayah!" Beomgyu berseru dengan penuh keceriaan saat melihat Ayahnya, Jaehyun, yang langsung memeluk dan menciumnya di pipi. Hatinya semakin berbunga-bunga saat disambut penuh kehangatan setelah bangun dari tidur.
"Iya, sayang," jawab Jaehyun, menurunkan Beomgyu dan beralih memangku anak manis itu. Matanya berkilau saat melihat Taeyong keluar dari dapur dengan membawa botol susu formula dan memberikannya kepada Beomgyu, yang menyambutnya dengan senyum gembira.
"Maacih, Bubu!" Suara menggemaskan yang keluar dari mulut Beomgyu membuat Jaehyun tak tahan untuk menciumi seluruh wajahnya, membuat anak balita itu tertawa geli.
"Ayah, Ayah baru dari luar lho," Taeyong menegur Jaehyun memberi tahu bila pemuda berlesung pipit baru saja pulang dan belum membersihkan diri, bukan karena melarang, tetapi karena ia khawatir Jaehyun membawa kuman dari luar dan langsung menyentuh Beomgyu atau anak-anak mereka yang lain.
"Iya, Bubu. Ayah minta maaf."
Jaehyun segera menurunkan Beomgyu dan bergegas ke kamar untuk mandi, selagi dua anaknya yang lain masih berada di taman bermain bersama teman-teman mereka.
Namun, baru saja Jaehyun hendak masuk ke dalam kamar mandi, suara tangisan bayi mengurungkan niatnya. Ia memilih untuk mendekati box bayi yang diletakkan tidak jauh dari tempat tidurnya bersama Taeyong.
Saat Jaehyun melihat lebih jelas, ia menemukan anak bungsunya terbangun dan mencari perhatian orang-orang di sekitarnya. Dengan segera, Jaehyun mengulurkan tangan, menggendong Sion—putra bungsunya dengan lembut.
"Sayang, sayangnya Ayah udah bangun ya?" Jaehyun menimang-nimang Sion yang masih terisak, mencoba menenangkannya. Ia berjalan kembali ke ruang tengah, di mana Taeyong sudah menyiapkan susu baru untuk Sungchan; kembaran Beomgyu yang baru juga bangun dan sedang menyapih si kembar.
Melihat Jaehyun membawa Sion, Taeyong tersenyum. "Sion bangun juga ya?" tanyanya sambil melanjutkan menyuapi si kembar.
Jaehyun mengangguk. "Iya, mungkin adek udah lapar juga kali ya? Mau dibikinkan susu ya dek, ya? Ayah bikinkan susu?" Tanyanya pada bayinya yang hanya mengerjap menatap Jaehyun yang tersenyum ke arahnya.
Namun, sebelum Jaehyun sempat melangkah, Taeyong sudah menyodorkan botol susu lain yang telah disiapkan sebelumnya. "Enggak usah, Yah. Bubu juga udah bikinin buat adek kok! Nih."
“Terima kasih, sayang,” Jaehyun berucap lembut, menerima botol susu dan mulai menyuapi Sion. Ia menatap ke-tiga anaknya yang lain meskipun dua anaknya yang lain masih belum pulang, merasa betapa hidupnya kini dipenuhi kebahagiaan yang tak tergantikan, meski juga dibalut oleh tanggung jawab besar sebagai seorang ayah.
Setelah Sion tenang, Jaehyun duduk di sebelah Taeyong, menikmati momen bersama keluarga kecil mereka. Sesaat keheningan yang damai menyelimuti rumah mereka, seolah waktu berhenti untuk merayakan momen kebersamaan ini.
Saat Jaehyun dan Taeyong menikmati momen kebersamaan itu, terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Ternyata Mark dan Jeno sudah selesai bermain dan kembali ke dalam rumah. Wajah mereka berseri-seri dengan keringat yang masih mengalir di pelipis, menandakan betapa serunya permainan mereka tadi.
"Bubu! Ayah! Lihat, tadi Abang menang lho!" ujar Jeno antusias sambil menunjukkan tangan kecilnya yang kotor oleh tanah. Mark tersenyum malu-malu sambil mengangguk; anak sulung keluarga Jung itu sepertinya sedang tersipu karena begitu disanjung.
"Benar, Bubu," kata Mark, suaranya sedikit serak setelah bermain seharian di luar. "Abang menang lomba lari sama Kakak Jeno."
Taeyong tertawa kecil, menatap kedua putranya dengan penuh kasih sayang. "Wah, hebat banget Abang sama Kakak! Tapi, ayo cepat cuci tangan dulu sebelum makan buahnya, ya?" ujarnya, dengan lembut menyeka keringat di dahi Jeno.
"Makasih, Bubu," jawab Jeno sambil menggenggam tangan Mark, menariknya untuk segera mencuci tangan di wastafel terdekat.
Jaehyun menatap Taeyong dengan senyum hangat. "Capek enggak, sayang?" bisiknya pelan, memastikan keempat anaknya tidak mendengar.
Taeyong menggeleng, lalu mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Jaehyun. "Enggak, selama kita bareng-bareng begini, Bubu enggak akan pernah merasa capek."
Jaehyun merasakan kehangatan yang mengalir dari genggaman tangan Taeyong, seolah itu adalah kekuatan yang selalu membuatnya merasa bahagia dan bersyukur atas keluarga kecil mereka.
.
Halo!
Bubu menerima request dari kalian dengan syarat memberikan tema dan alur yang jelas ya dan selaras dengan family Jung!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Memories.
Teen FictionTentang keluarga yang memiliki berbagai momen yang menyenangkan untuk dikenang bersama.