Taeyong terbangun begitu merasakan ada seseorang yang menarik-narik selimutnya, berusaha naik ke atas ranjang. Dengan mata masih sedikit mengantuk, ia melihat Beomgyu yang sedang mencoba naik ke atas tempat tidur sambil memeluk erat boneka beruang cokelat kesayangannya.
Pemuda manis itu lantas menatap Jaehyun yang sudah berada di alam mimpi, maka dari itu ia berusaha duduk perlahan tanpa membangunkan suaminya, Taeyong duduk perlahan, lalu dengan gemas menarik Beomgyu ke dalam pelukannya. "Beomie kebangun ya?" bisiknya lembut, mengusap rambut lembut anak balita itu.
Beomgyu mengangguk pelan, matanya yang sedikit sembab karena baru bangun tidur menatap Taeyong dengan manja.
"Bobo lagi ya sama Bubu?" Taeyong menawarkan, suaranya penuh kasih sayang sambil mencium pelan kening Beomgyu.
Namun, Beomgyu malah menggeleng, "Ndak mooo, Beomie mo bobok sini ajah," jawabnya sambil memeluk erat boneka beruangnya. Matanya menatap ranjang dengan posisi yang sudah sempit karena Taeyong dan Jaehyun.
Taeyong tersenyum tipis mendengar jawaban itu. "Beomie gak mau bobo di ranjang Beomie sendiri?" tanyanya lagi, masih dengan lembut.
"Ndak! Beomie mo bobo sini sama Ayah, sama Bubu!" Beomgyu menggumam keras kepala, lalu mulai menempelkan dirinya lebih dekat ke tubuh Taeyong, seolah tak mau diturunkan dari pangkuan.
Taeyong menahan tawa kecil, berusaha agar Jaehyun tidak terbangun. "Ya udah, tapi pelan-pelan ya. Jangan bikin Ayah bangun," bisiknya seraya perlahan membaringkan Beomgyu di sebelahnya.
Begitu Beomgyu sudah berbaring nyaman di antara dirinya dan Jaehyun, Taeyong menarik selimut menutupi tubuh kecil Beomgyu dan menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut. "Bobo lagi ya, Beomie?"
Beomgyu yang sudah merasa nyaman segera memejamkan matanya, menggenggam boneka beruangnya erat sambil meringkuk manja di antara kedua orang tuanya. Suasana kamar kembali hening, hanya terdengar napas lembut dari Beomgyu yang perlahan-lahan kembali terlelap dalam tidur.
Taeyong menatap anak balitanya itu dengan penuh kasih, lalu menyandarkan dirinya kembali ke bantal, tanpa melepaskan pelukan kecil yang kini melingkari tubuhnya.
.
Begitu Taeyong membuka pintu kamar Mark dan Jeno, ia langsung disambut suasana kamar yang gelap gulita. Ia pun melangkah mendekati jendela dan menarik tirai, membiarkan cahaya matahari pagi membanjiri ruangan, menerangi setiap sudut.
"Abang, adek, kok belum siap-siap buat sekolah?" tanyanya lembut sambil duduk di sisi ranjang Jeno. Dengan senyum kecil, Taeyong mengusap pipi Jeno yang tertidur nyenyak, membuat anak kecil itu menerjap pelan sebelum akhirnya membalikkan badan, membelakangi Taeyong.
"Adek masih ngantuk, Bubu... bentar lagi ya," gumam Jeno dengan suara serak khas orang yang baru bangun. Dia menarik selimut lebih erat, seolah berlindung dari kenyataan pagi yang menyapa, belum lagi ini hari senin.
Taeyong menggeleng pelan, sambil terkekeh kecil. "Ya ampun, anak Bubu kok manja banget sih," ucapnya, lalu beranjak ke ranjang Mark. Dengan gerakan lembut yang sama, ia mengusap pipi si sulung. "Abang, bangun yuk? Ini udah senin lho, waktunya abang sekolah."
Mark hanya menggeliat sedikit sebelum bergumam, "Sebentar lagi, Bubu. Abang masih ngantuk..." Jawabannya hampir sama dengan Jeno, tapi wajahnya terlihat lebih mengantuk, seolah tidur adalah urusan hidup dan mati.
Taeyong tak bisa menahan tawa kecilnya. "Bubu ini udah kayak alarm yang gagal ya. Hayo, siapa yang mau digendong ke kamar mandi?" godanya.
Mark dan Jeno langsung membungkus diri mereka dengan selimut lebih erat, seolah-olah berlindung dari ancaman itu.
"Nggak! Jangan gendong abang!" Mark akhirnya berseru, matanya setengah terbuka dengan ekspresi antara geli dan kaget. "Abang bisa bangun sendiri kok, serius!"
Taeyong tertawa lagi. "Hahaha, jadi bisa bangun dong sekarang?"
Mark menguap panjang, mengangkat tangan menyerah. "Iya iya, abang bangun... tapi abis ini abang mau tidur lagi."
"Nggak bisa, habis sekolah baru boleh tidur lagi." Taeyong berdiri sambil menggeleng pelan, melihat dua anaknya yang masih malas-malasan itu.
Jeno mengintip dari balik selimut, suaranya lirih namun menggoda, "Kalau adek digendong beneran boleh nggak, Bubu?"
"Ya ampun, dasar manja!" Taeyong tersenyum gemas melihat Jeno yang minta digendong. Ia pun mengulurkan tangan, dan Jeno langsung merentangkan tangan kecilnya, siap untuk digendong. Dengan mudah, Taeyong mengangkat tubuh mungil itu ke dalam pelukannya, langkahnya mantap menuju kamar mandi.
"Bubu kan sayang adek, boleh digendong terus ya?" Jeno merengek manja sambil mengusap matanya yang masih setengah tertutup.
Memang di setiap tiga adiknya yang lain belum bangun atau sedang tidak berada di sekitar mereka. Jeno akan selalu memanggil dirinya adek. Dan baik Taeyong ataupun Jaehyun tidak masalah dengan panggilan itu karena dulu panggilan itu memang sempat disematkan untuk Jeno.
Dan mereka juga tidak masalah akan hal itu, karena mereka tahu, Jeno belum terlalu terbiasa dengan panggilan 'Kakak' yang disematkan untuknya semenjak si kembar hadir di dalam kehidupan mereka.
"Boleh, tapi abis ini mandi ya," jawab Taeyong lembut, meskipun dalam hati ia merasa geli dengan tingkah anaknya.
Sementara itu, Mark yang berjalan di belakang mereka dengan mata setengah terbuka, terus menguap sepanjang jalan. Sesekali ia hampir tersandung kakinya sendiri, membuat Taeyong menoleh ke belakang.
"Abang nggak ngantuk lagi kan? Jangan sampai jatuh lho," tegur Taeyong dengan nada bercanda, namun penuh perhatian.
Mark menguap lagi, lalu menjawab dengan suara lemah, "Ngantuk, Bubu... tapi abang bisa kok."
Taeyong hanya menggeleng pelan, tersenyum penuh kasih sayang. Begitu mereka tiba di kamar mandi, ia menurunkan Jeno dan menepuk pelan bahu Mark. "Nah, sekarang mandi ya. Kalau nggak cepet-cepet, nanti telat ke sekolah."
Jeno meringis kecil, sambil melepas tangannya dari leher Taeyong. "Iya, Bubu... adek mandi deh."
Taeyong tersenyum lagi, puas melihat kedua anaknya mulai mau beraktivitas. Ia lalu melangkah keluar dari kamar mandi, membiarkan Mark dan Jeno mandi dengan pengawasan secukupnya. Setelah memastikan mereka berdua benar-benar mandi, Taeyong keluar kamar untuk mempersiapkan sarapan.
Namun baru beberapa langkah keluar dari kamar, terdengar suara kecil dari dalam. "Bubu, Bubu, handuk adek mana?"
Taeyong tertawa kecil, kembali masuk ke dalam kamar sambil menggeleng. "Aduh, gimana sih, anak Bubu kok ceroboh gitu? Ini handuknya..." Ia mengambil handuk dari gantungan dan menyerahkannya kepada Jeno.
"Nah, pake handuknya ya. Jangan lupa sikat gigi juga!" ujar Taeyong mengingatkan sebelum akhirnya benar-benar keluar dari kamar mandi.
Tak lama kemudian, suara pintu kamar mandi terdengar lagi.
"Bubu!" Kali ini Mark yang memanggil. "Sikat gigi abang mana?"
Taeyong kembali tertawa. Sepertinya pagi ini bakal lebih lama dari yang ia duga.
.
Baru buka mata, jreng!
Senin menyambut, nangis banget😭😭
Tapi aing tetap ga masuk sekolah, yeay. Sebenarnya masuk sih tapi malas banget udah gitu temen aku juga ga masuk, yakali bikin roti sendiri mending gausah datang:).
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Memories.
Teen FictionTentang keluarga yang memiliki berbagai momen yang menyenangkan untuk dikenang bersama.