Sweet Memories.

119 16 0
                                    

Suasana sore itu terasa semakin dingin dengan rintik hujan yang terus turun tanpa henti. Langit yang kelabu menambah kesan syahdu di dalam rumah keluarga Jung, namun sayangnya, di salah satu sudut ruang tamu, ada yang tak seceria biasanya. Taeyong, sang Bubu yang biasanya penuh energi semangat yang membara, kini duduk di sofa dengan wajah cemberut, memeluk bantal sambil memalingkan wajah dari Jaehyun. Jelas sekali bahwa ada sesuatu yang membuatnya ngambek—seperti ini.

Jaehyun, yang baru saja kembali dari dapur, mengamati Taeyong dari kejauhan. Sebelum pulang dari supermarket tadi, semuanya baik-baik saja, tapi begitu sampai di rumah, tiba-tiba Taeyong berubah sikap. Jaehyun sudah terbiasa dengan kepribadian sensitif suaminya, tetapi kali ini ia benar-benar bingung, sebab sejak pulang Taeyong tidak berbicara sepatah kata pun, hanya duduk diam dengan ekspresi cemberut.

“Bubu, kenapa sayang?” tanya Jaehyun sambil mendekati Taeyong dengan hati-hati. Ia duduk di sebelah Taeyong, tangannya terulur untuk menyentuh bahu suaminya, namun Taeyong hanya menatap sinis sebelum memalingkan wajahnya lebih jauh.

Jaehyun merenung sejenak, mencoba mengingat-ingat apa yang mungkin salah. Lalu tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Bubu, ini gara-gara aku nggak beli ubi ungu, ya?"

Taeyong tak menjawab, tapi jelas terlihat dari cara dia mendengus kecil bahwa Jaehyun telah menebak dengan tepat. Jaehyun berusaha menahan tawa, meski dalam hatinya dia merasa bersalah karena melupakan permintaan Taeyong yang satu itu.

"Aduh, Bubu, maaf ya," Jaehyun mencoba merayu, "Tadi Ayah benar-benar lupa. Supermarket juga nggak ada ubi ungu, jadi aku nggak bisa beli."

Namun, Taeyong masih bergeming, bibirnya maju, dan matanya memicing dengan tatapan yang dingin. Jaehyun tahu, situasi seperti ini tidak akan selesai dengan mudah. Sebagai suami yang baik, dia harus mencari cara untuk memperbaiki suasana hati Taeyong.

Setelah berpikir sejenak, ide pun muncul di kepala Jaehyun. Di ruang sebelah, anak-anak mereka tengah asyik bermain dan menggambar. Mereka adalah solusi sempurna untuk menghadapi situasi seperti ini.

Jaehyun mendekat ke ruang bermain, mengintip ke dalam sambil memanggil anak-anaknya dengan suara pelan. "Mark, Jeno, Beomie, Syongie, Sion… sini dulu, bantu Ayah, ya."

Anak-anak mereka yang sedang tenggelam dalam permainan langsung menoleh ke arah Jaehyun. Mark, yang paling besar, menutup buku gambarnya dan mendekati ayahnya dengan rasa penasaran. "Ada apa, Yah?"

Jaehyun berlutut agar lebih sejajar dengan anak-anaknya, dan dengan suara setengah berbisik, ia menjelaskan, "Bubu lagi ngambek gara-gara Ayah nggak beli ubi ungu. Kalian bisa bantu Ayah buat bujuk Bubu biar nggak ngambek lagi?"

Mata anak-anak itu berbinar-binar mendengar misi penting ini, terutama Jeno dan Beomgyu yang selalu senang jika diberi tugas spesial. "Oke! Kita bakal bikin Bubu senyum lagi!" seru Jeno penuh semangat.

Mark, sebagai yang paling tua dari adik-adiknya, mengangguk dan langsung memimpin adik-adiknya ke ruang tamu. "Ayo, kita bikin Bubu senyum lagi," katanya dengan penuh keyakinan.

Taeyong masih duduk diam di sofa, memeluk bantalnya dengan erat. Tapi kali ini, ia mendengar langkah-langkah kecil yang mendekat. Tanpa menoleh, dia tahu bahwa anak-anaknya sedang berusaha menghampirinya. Namun, ia tetap berusaha menjaga wajah cemberutnya.

Mark mendekati Taeyong terlebih dahulu, duduk di sampingnya dengan senyum lembut di wajah. "Bubu... kenapa sedih?" tanya Mark sambil menyentuh lengan Taeyong dengan lembut. "Bubu tahu kan, kalau Bubu sedih, kita juga ikut sedih."

Taeyong melirik Mark sekilas, tapi masih belum menjawab. Sementara itu, Beomgyu dan Sungchan sudah siap dengan rencana mereka. Mereka mulai menari-nari di depan Taeyong, memutar tubuh mereka sambil menyanyikan lagu yang mereka buat sendiri. Meskipun suaranya fals dan nadanya tidak beraturan, semangat mereka sangat tulus.

"Bubu jangan ngambek~ Nanti kita beli ubi ungu~ Bubu senyum lagi~ supaya kita semua happy!" Mereka bernyanyi sambil berputar-putar di depan Taeyong, membuat Mark dan Jeno hampir tertawa melihat tingkah adik-adiknya.

Di sela-sela nyanyian itu, Jeno ikut menambahkan. "Iya, Bubu, nanti Ayah pasti beliin ubi ungu. Jangan sedih lagi yaa... Jeno kangen lihat Bubu senyum," ucapnya penuh harap, sambil memeluk Taeyong dari samping.

Sion, yang paling kecil, tidak mau ketinggalan. Ia merangkak naik ke pangkuan Taeyong dan menyodorkan sepotong biskuit sambil berkata dengan suara cadelnya, "Bubu, mau bikut? Enak, lho..."

Mendengar suara polos Sion dan melihat usaha dari anak-anaknya yang lain, pertahanan Taeyong akhirnya mulai runtuh. Ia tak bisa menahan senyum kecil yang mulai terlukis di bibirnya. "Aduh, kalian ini… kenapa lucu banget sih?" ujar Taeyong sambil mengusap kepala Sion yang duduk manis di pangkuannya.

Melihat senyum pertama Taeyong muncul, Mark tersenyum lebar. "Yeay! Bubu udah senyum! Berarti Bubu nggak ngambek lagi, kan?"

Taeyong akhirnya tertawa kecil, mengangguk sambil memeluk anak-anaknya. "Iya, Bubu nggak ngambek lagi. Makasih, ya, semuanya. Bubu sayang kalian."

Dari balik dapur, Jaehyun mengintip dengan lega. Senyum puas terlukis di wajahnya. "Mission accomplished," gumamnya pelan. Dia berjalan keluar dari dapur, mendekati Taeyong dan anak-anaknya dengan tangan terulur.

"Ayah janji, habis ini kita cari ubi ungu buat Bubu, ya?" Jaehyun berkata dengan nada penuh pengertian. "Kali ini Ayah nggak akan lupa, dan Ayah bakal cari sampai ketemu."

Taeyong hanya menggeleng sambil tersenyum. "Iya, tapi kali ini beneran, ya. Kalau nggak, Bubu bakal ngambek lagi."

"Deal," jawab Jaehyun sambil tertawa kecil.

Setelah itu, suasana di rumah Jung kembali ceria. Taeyong, Jaehyun, dan anak-anak mereka berkumpul di ruang tamu, menghabiskan sore sambil bermain dan tertawa bersama. Hujan yang turun di luar terasa seakan menjadi latar belakang sempurna untuk kebersamaan mereka. Meskipun hanya karena sepotong ubi ungu, anak-anak dan Jaehyun berhasil mengembalikan senyum di wajah Taeyong, dan itu yang paling penting bagi keluarga kecil mereka.

Waktu berlalu, dan mereka semua larut dalam kebersamaan. Mark dan Jeno mulai menggambar lagi, sementara Beomgyu dan Sungchan sibuk berimajinasi dengan mainan mereka, menciptakan dunia-dunia kecil dari balok warna-warni. Sion, yang sejak tadi duduk di pangkuan Taeyong, kini mulai menguap, tampak kelelahan setelah mencoba ikut bermain.

Taeyong memandang wajah-wajah polos anak-anaknya dan merasa hatinya hangat. Setiap kali dia melihat mereka, semua kekesalan atau kesedihan yang sempat menghantui pikirannya langsung sirna. "Bubu sayang banget sama kalian," bisiknya lembut, sambil mengecup kening Sion yang mulai terlelap.

Jaehyun, yang duduk di samping Taeyong, ikut merasakan kehangatan itu. Ia merangkul suaminya dengan penuh kasih sayang, memastikan bahwa Taeyong tahu dia selalu ada untuknya, tidak peduli sesederhana apa pun masalah yang dihadapi. "Aku juga sayang sama kamu, Bubu. Selalu," ucap Jaehyun sambil mengelus lembut rambut Taeyong.

Taeyong hanya tersenyum lembut, rasa kesal yang tadi sempat menumpuk sudah sepenuhnya hilang. Bersama keluarganya, dia merasa lebih dari cukup—mereka adalah rumah, tempat di mana dia bisa menjadi dirinya sendiri, dengan segala kerapuhan dan kekuatannya.

Malam itu, setelah anak-anak tertidur di kamar masing-masing, Jaehyun dan Taeyong duduk berdua di sofa. Di luar, hujan masih turun dengan ritme yang menenangkan. Taeyong bersandar di bahu Jaehyun, menikmati momen-momen tenang di antara mereka. “Ternyata, kamu tahu caranya bikin aku berhenti ngambek,” ucap Taeyong dengan senyum kecil.

Jaehyun menunduk dan mencium puncak kepala Taeyong. “Karena aku kenal kamu luar dalam, Bubu,” jawabnya lembut. "Dan aku selalu akan ingat untuk beli ubi ungu mulai sekarang."

Mereka tertawa bersama, hangatnya kebersamaan menyelimuti mereka hingga tak terasa malam semakin larut. Suara hujan yang mereda seakan menjadi penutup sempurna bagi hari yang penuh warna itu, mengingatkan mereka bahwa tak peduli seberapa besar atau kecil masalah yang dihadapi, cinta dan kebersamaan selalu menjadi jawabannya.

.

Sebenarnya lagi nggak mood banget buat publish cerita ini karena benar-benar hari ini tuh aku sedih banget:(

BULU MATAKU COPOT GARA-GARA MASCARA😭😭 pen nangis terus.

Sweet Memories.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang