Sweet Memories.

231 18 1
                                    

Jaehyun meringis ketika pisau yang dia gunakan untuk memotong semangka justru berakhir mengiris jari telunjuknya. Darah segera mengalir dari luka itu, dan sebelum Jaehyun sempat bereaksi lebih jauh, Taeyong yang memperhatikan langsung sigap menarik tangan Jaehyun, memasukkan jari yang terluka ke dalam mulutnya.

Sambil menghisap jari itu untuk menghentikan darah, Taeyong menatap Jaehyun dengan wajah serius. Setelah merasa darah tak lagi mengalir, ia melepaskan jari Jaehyun perlahan dan meniupnya lembut. "Lain kali lebih hati-hati, Ayah," ujarnya, masih fokus memperhatikan luka kecil itu, seolah memastikan semuanya baik-baik saja.

Jaehyun tersenyum kecil, menatap Taeyong dengan penuh rasa terima kasih. "Iya, Bubu. Tadi aku gak sengaja."

Namun, momen itu tidak luput dari perhatian Sungchan yang baru saja masuk ke dapur. Ia melihat adegan manis tersebut dan tanpa berpikir dua kali, ia berlari keluar dapur dengan cepat sambil berteriak, "Abang, Kak Jeno, Beomie! Liat deh, Ayah sama Bubu!"

Tak lama kemudian, seluruh rumah dipenuhi oleh suara langkah kaki kecil yang mendekat. Mark, Jeno, Beomgyu, dan Sion segera muncul di ambang pintu dapur, penasaran dengan teriakan Sungchan.

"Ada apa sih, Syongie?" tanya Mark, napasnya sedikit tersengal.

Sungchan menunjuk ke arah Jaehyun dan Taeyong yang masih berdiri dekat meja dapur. "Tuh! Ayah tadi kena pisau, terus Bubu nolongin dia dengan nyedot jarinya!" Sungchan menjelaskan dengan mata berbinar, seolah baru saja menyaksikan sesuatu yang luar biasa.

"Serius?" Jeno langsung menghampiri, memeriksa tangan Jaehyun dengan rasa penasaran. "Ayah, baik-baik aja?"

Jaehyun tertawa kecil, menepuk kepala Jeno. "Baik-baik aja, kok. Ini cuma luka kecil."

Sion, yang melihat dari kejauhan, langsung berlari mendekat dan memeluk kaki Taeyong. "Bubu, Ayah sakit?" tanyanya dengan nada khawatir, memandangi tangan Jaehyun.

Taeyong tersenyum lembut, mengusap rambut Sion. "Gak, dedek. Ayah udah baik-baik aja. Luka kecil ini udah sembuh."

Beomgyu, yang berdiri di belakang Mark, hanya bisa tertawa kecil. "Ayah ceroboh, sih."

"Tuh kan, Ayah makanya lebih hati-hati," tambah Mark dengan nada setengah bercanda, membuat suasana dapur terasa lebih hangat.

Jaehyun tersenyum mendengar celotehan anak-anaknya. "Iya, iya. Ayah bakal lebih hati-hati lain kali."

Melihat wajah-wajah penasaran dan khawatir anak-anaknya, Jaehyun tidak bisa menahan senyum. Ia merasa beruntung memiliki keluarga yang begitu peduli padanya. Sambil mengusap jari yang tadi terluka, Jaehyun menatap mereka satu per satu.

"Serius, kalian gak perlu khawatir. Ini cuma luka kecil," ulang Jaehyun sambil mengacungkan jari yang tadi dihisap oleh Taeyong, menunjukkan bahwa darah sudah berhenti.

"Eh, tapi Ayah, kalau kena pisau lagi gimana?" tanya Jeno yang masih merasa sedikit khawatir, sementara Mark mengangguk setuju di sampingnya.

Taeyong yang berdiri di dekat mereka tertawa pelan. "Ayah memang suka teledor kalau di dapur, ya?" ujarnya, menatap Jaehyun dengan mata penuh kehangatan.

Jaehyun mengangkat bahunya, mencoba memasang wajah tak bersalah. "Bukan teledor, mungkin aku kurang beruntung saja hari ini," jawabnya dengan nada bercanda, meski ia tahu dalam hati bahwa memang tadi dia kurang fokus.

Sungchan, yang berdiri di belakang Beomgyu, tiba-tiba berseru, "Gak boleh! Ayah harus hati-hati. Kalau enggak, nanti jari Ayah dipotong kayak di film!"

Sontak, seluruh ruangan tertawa mendengar komentar polos Sungchan. Bahkan Sion, yang awalnya tampak serius, ikut terkikik dan memeluk kaki Taeyong lebih erat.

"Kamu nonton film horor lagi ya, Syongie?" tanya Taeyong sambil menahan tawa.

Sungchan menggeleng keras. "Enggak! Itu film kartun!" jelasnya dengan wajah serius, yang justru membuat tawa semakin meledak di dapur.

Mark, yang biasanya lebih tenang, kali ini ikut larut dalam canda. "Hati-hati ya, Ayah. Nanti Syongie mimpi buruk karena Ayah," godanya, membuat Jaehyun tertawa semakin keras.

Jaehyun kemudian menepuk kepala Mark, menunjukkan rasa bangganya kepada putra sulungnya yang selalu bisa mengendalikan suasana. "Makasih udah ingetin, Abang. Ayah bakal lebih hati-hati lagi ke depannya."

Beomgyu yang sejak tadi berdiri paling belakang, akhirnya melangkah maju. Dengan wajah polos dan sedikit lesu, ia berkata, "Ayah, aku juga mau nyedot jari Ayah kalau Ayah luka lagi."

Tawa kembali pecah di dapur. Kali ini bahkan Taeyong sampai harus menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan suara tawanya yang semakin kencang. "Beomie, kamu gak perlu ikut nyedot jari Ayah, cukup Bubu aja," katanya sambil mencoba menahan tawanya.

Beomgyu memajukan bibirnya, jelas sekali ia merasa sedikit kecewa. "Tapi Bubu selalu duluan. Aku gak pernah kebagian," protesnya sambil melirik Taeyong dengan wajah serius.

Jaehyun tertawa sambil meraih Beomgyu dan menggendongnya, membuat anak itu tersenyum lebar. "Tenang, Beomie. Nanti kalau Ayah luka lagi, kamu yang pertama tahu. Gimana?"

Wajah Beomgyu langsung berseri-seri. "Beneran, Ayah?"

Jaehyun mengangguk. "Beneran. Tapi jangan sampai Ayah luka lagi ya. Biar gak ada yang perlu nyedot jari Ayah," tambahnya dengan nada penuh canda.

Sungchan yang mendengarnya langsung berseru, "Ayah gak boleh luka lagi! Nanti kita semua bingung kayak tadi!"

Taeyong mengangguk setuju, lalu berkata, "Benar kata Syongie. Ayah harus lebih hati-hati biar gak ada lagi acara hisap-hisap jari di dapur."

Sion, yang sejak tadi mendengarkan dengan serius, akhirnya bicara lagi. "Kalau Ayah gak hati-hati, nanti Bubu sedih," katanya pelan, matanya mengarah ke Taeyong.

Semua orang di dapur mendadak hening, mendengar kalimat polos yang begitu tulus dari si bungsu. Jaehyun langsung mengusap lembut kepala Sion, kemudian meraih Taeyong ke dalam pelukannya. "Iya, dedek bener. Ayah gak mau bikin Bubu sedih."

Taeyong tersenyum hangat, merasakan pelukan Jaehyun dan menatap anak-anak mereka yang kini juga tampak lebih tenang. "Makanya, mulai sekarang Ayah lebih hati-hati ya," ucap Taeyong lembut, mengusap jari Jaehyun sekali lagi untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

Suasana dapur kembali terasa hangat setelah percakapan serius itu. Anak-anak mulai kembali berkumpul di sekitar meja dapur, tertawa dan bercanda lagi. Jaehyun kembali mengambil pisau, kali ini dengan lebih berhati-hati. Ia kembali memotong semangka yang tadi tertunda.

Beomgyu dan Sungchan membantu Taeyong menyiapkan piring, sementara Mark dan Jeno sibuk mempersiapkan gelas dan susu. Sion duduk di kursi, mengawasi semuanya dengan mata berbinar-binar, merasa senang melihat keluarganya bekerja sama.

Setelah beberapa menit, semua sudah siap di atas meja. Potongan semangka yang segar, piring-piring kecil dengan buah-buahan, dan segelas susu untuk setiap anak. Mereka duduk bersama-sama di meja makan, menikmati sarapan yang sederhana tapi penuh kehangatan.

"Semangka ini enak banget, Ayah," puji Jeno sambil memakan potongan buahnya.

Jaehyun tersenyum puas. "Syukurlah. Semoga besok aku gak kena pisau lagi," candanya, yang disambut dengan tawa oleh seluruh anggota keluarga.

"Kalau sampai kena lagi, aku yang hisap jarinya, Ayah," ujar Beomgyu cepat, masih teringat janjinya tadi.

Taeyong menghela napas sambil tertawa. "Beomie ini memang ada-ada saja."

Dan pagi itu berlalu dengan penuh keceriaan, tawa, dan canda. Meski dimulai dengan sedikit kekhawatiran, semuanya berakhir dengan rasa hangat di hati, seperti pagi-pagi lain yang selalu mereka lewati bersama.

Bagi Jaehyun, luka kecil di jarinya mungkin hanya insiden sepele, tapi itu adalah momen yang mengingatkannya betapa pentingnya cinta dan perhatian keluarganya. Mereka selalu ada untuknya—dan ia akan selalu ada untuk mereka, apapun yang terjadi.

.

Maaf ya, mungkin minggu depan bakalan jarang update karena udah PKL jadi bakalan jarang main handphone apalagi aku posisinya ini tinggal di dalam juga jadi pasti bakalan harus hati-hati biar enggak di pulangkan:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Memories.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang