Bab 1: Komandan dari Timur

76 24 48
                                    

Bab 1: Komandan dari Timur


"Perang tidak menentukan siapa yang benar, hanya siapa yang tersisa." -- Betrand Russel.

Sejak kejatuhan Crimea-- semenanjung di Eropa Timur, di pantai utara Laut Hitam, dunia telah menyaksikan hubungan antara Rusia dan Ukraina melebur. Diakui secara internasional, Crimea adalah wilayah Ukraina yang diduduki oleh Federasi Rusia. Awalnya, Invasi di Ukraina timur dianggap misi cepat untuk membantu separatis pro-Rusia. Namun, kini itu berubah menjadi konflik berkepanjangan yang tak terlihat akhirnya.

Netra Romanov menjadi saksi dari perbatasan ini; perang yang tak kunjung usai, serta aliran darah yang terus membanjiri kedua belah pihak. Menurutnya, perang yang dimulai sebagai konflik politik kini berubah menjadi pertempuran brutal tanpa moralitas. Nyawa warga sipil tak berdosa terlibat, terperangkap di antara ledakan mortir.

Asap kelabu dari rokok Romanov perlahan hilang dan menyatu dengan udara. Dia menjatuhkan rokoknya, lalu menginjaknya. Pandangannya teralih ke langit malam yang redup pada musim dingin Februari dengan suhu rata-rata -5° Celsius. Pria berpangkat Letnan yang berdiri sambil bersandar di tembok berada samping Romanov, mengerutkan keningnya, memperhatikan sesuatu yang ada di sorot mata rekannya.

"Semuanya baik-baik saja, Tovarisch?" tanya pria itu dengan suara rendah. Walaupun pangkatnya berada di bawah Romanov, tingginya melebihi Romanov. Letnan memiliki tinggi badan 190cm, sedangkan Romanov 187cm. Hanya sedikit berbeda.

Romanov menjawab singkat, "Jangan khawatir." Dia menatap lingkungan sekitar di luar bangunan. Beberapa jam sebelumnya, mereka terlibat dalam rapat penting yang membicarakan tentang strategi dengan petinggi dan perwira senior, membahas penyerangan yang akan segera dilakukan.

Cahaya tipis dari peta digital besar yang terlihat menggantung di dinding menerangi ruangan remang-remang. Beberapa perwira tinggi Rusia duduk di sekitar meja persegi panjang, dengan seragam militer mereka yang rapi dan lencana menghiasi dada mereka.

Jenderal yang duduk di ujung meja kemudian mengangkat telunjuknya ke arah peta di tembok dari proyeksi layar, memperlihatkan kota-kota penting Ukraina ditandai dengan warna merah.

"Kyiv adalah jantungnya. Kharkiv adalah kepalanya. Kendalikan kedua kota ini dan lihatlah tubuhnya yang terjatuh." Dia mengetuk meja dengan bunyi tajam, menarik perhatian.

Salah satu atasan menjawabnya, "Tetapi Ukraina memperkuat posisinya di timur. Menembus pertahanan mereka tak akan mudah."

Mata Jenderal menyipit. "Itulah mengapa kita tidak menyerang secara frontal. Kita harus menciptakan pengalihan di sepanjang perbatasan. Hantam mereka dengan serangan artileri dan rudal maka fokus mereka akan terpecah."

Dia berhenti sejenak. "Sementara itu, Romanov akan memimpin dari utara."

Semua mata tertuju pada Romanov. Ruangan itu hening sejenak. Romanov kemudian mengangkat kepalanya, menatap Jenderal. "Apa tujuan kita, Jenderal?"

Seringai tipis muncul di bibir Jenderal. "Amankan bandara Antonov Gostomel. Itu titik strategis untuk pergerakan kita ke Kyiv. Segera perkuat posisi setelah ambil alih."

Romanov mengangguk, pandangannya beralih ke peta. Rencananya sudah jelas, namun ada sesuatu yang membebani pikirannya. Kemudian, Letnan angkat bicara. "Kita akan menghadapi perlawanan berat sebelum mencapai bandara jika mereka mendeteksi kita terlalu awal," cetusnya.

The Thin Line of Duty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang