Zayliee duduk meringkuk di atas tempat tidur mewahnya, memeluk lutut dengan tubuh yang bergetar halus, seolah seluruh beban dunia menindih bahunya. Tirai sutra yang menjuntai di sekeliling ranjang tampak seperti penjara yang menghimpit jiwanya, sementara air mata terus mengalir tanpa henti, membasahi pipinya yang pucat. Sesekali, ia tersedak oleh isakan yang tak tertahan, mencengkeram kain halus di sekitarnya, seolah mencari pegangan dalam pusaran perasaannya yang kalut. Bagaimana mungkin takdir mempermainkannya sejauh ini?
Zayliee beberapa saat lalu sempat yakin bahwa ia telah memutus rantai nasib kelam yang tergambar di masa depannya, namun kini ia sadar, justru tangannya sendirilah yang mengikat simpul-simpul takdir itu lebih erat. Ketidakpastian mulai merayapi setiap pikirannya. Apakah yang ia yakini sebagai kebenaran hanyalah ilusi? Atau justru kebohongan yang selama ini ia takuti telah mengakar dalam hidupnya?
"Tidak... ini tidak boleh terjadi," bisiknya dengan suara serak, nyaris pecah. Tangannya yang gemetar mengusap air mata yang semakin deras dengan kasar, seakan berharap bisa menghapus kesedihan itu sekaligus. Tapi rasa takut tetap bergeming, menancap kuat di relung hatinya. Ia harus menemukan jalan lain, cara baru untuk melepaskan diri dari jaring-jaring takdir yang terus membelitnya.
Meskipun kejadian ini telah melenceng jauh dari alur yang ia ketahui, Zayliee tidak bisa menipu dirinya sendiri. Tidak ada jaminan bahwa akhir cerita ini akan berbeda. Rasa takut yang membayangi terlalu besar untuk diabaikan. Ia tak boleh mengambil risiko sekecil apa pun dengan tetap berada di dekat Yuwaraja.
Mungkinkah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya adalah dengan menikahi pemuda lain secepat mungkin? Wajahnya memucat, dadanya sesak. Meski ide itu tiba-tiba melintas di benaknya, Zayliee tahu, keputusan itu bukanlah pilihan yang mudah. Tapi ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Takdirnya, bagaimanapun caranya, harus diubah—meski jalan yang harus ditempuh terasa gelap dan penuh duri.
~o0o~
Hari demi hari berlalu bagai angin yang berdesir tanpa henti, namun Zayliee tetap teguh menolak setiap permintaan pertemuan dari Jagsha. Penolakan yang berulang-ulang itu seolah mengukir jarak yang semakin dalam di antara mereka, mendorong sang Yuwaraja melampiaskan perasaannya dalam tugas-tugas kerajaan yang menumpuk. Setiap hari, ia menyibukkan diri dengan urusan kerajaan, mengalihkan pikirannya dari kegelisahan yang terus menggulung batinnya.
"Kamu juga butuh istirahat, Nduk," ucap lembut seorang wanita paruh baya, menyentuh bahu Jagsha dengan kelembutan yang hanya dimiliki seorang ibu. Dengan penuh kasih sayang, ia menuntun putranya untuk meninggalkan meja kerjanya dan beranjak menuju tempat tidur megah yang ada di sudut ruangan.
Wanita itu, yang tak lain adalah Gusti Kanjeng Ratu, duduk di tepi ranjang dengan anggun, menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang yang berhiaskan ukiran indah. Dengan isyarat yang lembut, ia memanggil putranya untuk berbaring di pangkuannya. Jagsha patuh, kepalanya bersandar di paha ibunya yang terasa nyaman, seolah menumpahkan seluruh beban di sana.
"Kamu tidak boleh menyiksa dirimu seperti ini, Nak. Dia pasti akan sedih jika tahu," ucap Gusti Kanjeng Ratu seraya mengusap lembut rambut putranya, menyentuh puncak kepalanya dengan kasih sayang seorang ibu yang tak pernah luntur.
Kabar tentang hubungan rumit antara Yuwaraja dan putri Rakryan Tumenggung kini telah mengalir ke seluruh sudut kerajaan, menggantikan berita-berita sebelumnya. Tak ada yang tahu pasti siapa yang menyebarkan rumor itu, namun bisik-bisik itu kini menjadi perbincangan hangat di setiap sudut istana.
"Sungguh, Ibunda? Apakah dia benar-benar akan sedih?" tanya Jagsha dengan suara yang mulai melemah, matanya terasa berat, perlahan tertutup oleh kantuk yang tak bisa dihindari.
"Ia hanya membutuhkan waktu," jawab sang ibu, suaranya seperti alunan lembut angin malam.
"Namun kamu harus menerima hasil dari tindakanmu, Nduk," lanjutnya penuh kebijaksanaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggung Kraton: Mahkota Untuk Sang Selir
Historical FictionKetika dunia panggung dan layar menjadi bagian dari hidupnya, Zayliee Avyanna tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Aktris papan atas yang terkenal dengan kemapuan aktinya yang tak pernah gagal, tiba-tiba menemukan dirinya terban...