06 • Menahan Diri

642 83 15
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Di harap untuk bijak membaca bab kali ini, ya guys!
.
.
.

Plak!

Tatapan marah yang begitu terlihat membuat lelaki yang bernama Mukti tersenyum miring.

"Kenapa sayang?" Katanya yang ingin mendekat.

Satu tamparan kembali melayang dengan keras. "DIAM!" Teriakan itu membuat Mukti terkekeh.

"Aku menyuruhmu untuk menjebak si jalang itu dengan pria tua! Lalu apa katamu tadi? Kamu melihat perawakan cowok itu masih muda?!" Amarah begitu menguasai hingga terlihat urat pada leher jenjang gadis itu.

"Luna sayang..." Mukti meraih Luna ke dalam pelukannya untuk menenangkan gadis itu. "Bukankah itu sama saja? Dia sudah rusak," bisik Mukti.

Satu gigitan pelan Mukti lakukan pada daun telinga Luna. "Tidak peduli dia muda atau tua. Lagi pula yang ke sana tidak ada yang setampan diriku. Apa yang kamu takutkan, hm?" Tatapan mereka bertemu dengan jarak yang begitu dekat.

Luna berusaha menetralkan detak jantung yang berpacu cepat karena amarah yang begitu tinggi. Ia masih kesal karena apa yang ia lihat pagi tadi, dan Mukti menambah kekesalan itu.

"Aku akan melakukan apa pun untukmu, kekasihku," bisik Mukti lagi.

Mendengar itu membuat sudut bibir Luna sedikit terangkat, dengan berani ia meraih Mukti ke dalam ciuman yang begitu dalam.

Mukti yang merasakan benda kenyal yang begitu candu membuatnya menekan tengkuk Luna, ciuman panas yang menggairahkan bagi mereka berdua. Lilitan lidah yang berdansa hingga menyelusuri setiap rongga mulut mereka.

"Sentuh aku, Mukti..." ucap Luna ketika ciuman mereka terlepas dengan diikuti desahan yang membuat gairah Mukti semakin naik.

"As you wish," balas Mukti setengah berbisik.

Dengan gerakan yang begitu berani, Mukti mengecup setiap bagian leher Luna dengan meninggalkan jejak sebagai tanda kepemilikan. Tangannya yang begitu lihai meraih pengait bra milik gadisnya dengan satu tangan yang mulai meremas benda kenyal dan sintal.

"Dasar jalang kecil, beraninya membuat milikku mengeras," erang Mukti ketika tangan Luna yang begitu nakal meraih kejantanannya.

Malam yang begitu panas untuk mereka lakukan setelah amarah yang sempat datang menguasai.

❁❁❁❁❁

Di tengah malam yang sunyi dan hening, Hilda merasakan tenggorokannya begitu kering. Ia menyibak selimut yang menutupi dirinya, dengan mata yang masih mengantuk ia beranjak untuk bangun.

Hilda yang ingin melewati sofa di mana Danu sedang terbaring di sana, menghentikan langkahnya. Dalam diam Hilda mengamati Danu yang terlihat tak nyaman dalam tidurnya.

Ia mengubah haluannya dan dengan mencari selimut yang ada di lemari.

Tubuh Danu diselimuti oleh Hilda, menurutnya hal itu adalah bentuk terima kasih karena telah mengatakan bahwa Hilda adalah tanggung jawab pria itu.

"Terima kasih, Kak," bisik Hilda.

Ketika dirinya ingin menjauh, sebuah tangan mencekal dirinya hingga membuatnya jatuh tepat di atas Danu.

Mata yang membulat sempurna itu mampu Danu lihat, terlihat menggemaskan dan Danu menyukai itu.

"Belum tidur?" Tanya Danu dengan suara serak khas bangun tidur.

BAD GOOD FATHER [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang