11 • Tidak Jadi Pergi

479 75 6
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Dalam seumur hidup Hilda, untuk pertama kalinya ia meninggalkan sekolah atas kehendaknya sendiri. Dirinya dengan perasaan yang terasa sakit, mencoba untuk mengemasi barang-barangnya.

Hilda sayang.

Panggilan nama itu terlintas begitu saja hingga mampu membuat Hilda menghentikan kegiatannya mengemasi pakaian ke dalam koper. Kalau Hilda pikirkan lagi, sepertinya apa yang ia lakukan sekarang itu salah.

Apa ia harus mendengarkan terlebih dahulu dari mulut Danu sendiri? Agar tidak ada salah paham diantara keduanya. Kak... apa aku harus percaya sama kamu? Batin Hilda terlihat pasrah hingga tak tahu ingin seperti apa.

Lama larut dalam pikiran, Hilda akhirnya memutuskan untuk menunggu Danu dan menanyakan langsung perihal apa yang ia dengar sebelumnya. Dirinya tak mau salah paham andai ucapan yang terlontar itu bukanlah untuk dirinya.

Oke, aku akan tunggu Kak Danu dulu. Hilda berucap itu dengan penuh keyakinan, dirinya tak boleh gegabah dalam mengambil suatu tindakan.

Di saat dirinya ingin keluar dari kamar, pintu kamar yang terbuka membuatnya berhenti. Apa Danu sudah datang?

Dari balik pintu seorang wanita dewasa terlihat menyembul, begitu cantik dan berwibawa. Wanita itu ternyata datang bersama satu orang pria dewasa. Apa suaminya? Batin Hilda jadi bertanya-tanya.

"Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di kamar anak saya?"

Deg!

Jadi mereka orang tua Danu? Pantas saja kalau diperhatikan lebih teliti lagi wajah kedua orang tua itu persis sekali seperti wajah Danu. Sekarang Hilda jadi tahu dari mana Danu mendapatkan wajah yang begitu sempurna, ternyata dari ketampanan dan kecantikan ibu dan ayahnya.

"Kamu tuli, ya?!"

Suara dengan nada yang terdengar begitu tidak ramah itu mampu membuat Hilda tersentak. Pandangan Hilda bertemu dengan tatapan tak suka dari wanita dewasa itu.

"H-hallo, Om... Tante..." cicit Hilda. "Saya..." Hilda harus menjawab apa? Tidak mungkin ia mengatakan kalau dirinya berada di dalam satu atap dengan Danu. Namun, kondisi Hilda yang mengemasi pakaiannya ke dalam koper pasti bisa membuat orang tua Danu berpikir yang tidak-tidak.

"Kamu gadis lintah yang mengincar anak saya karena harta, kan?" Tuduh ibu Danu dengan nada yang terdengar kasar.

"S-saya nggak begitu..."

"Lalu?" Ibu Danu mendekat beberapa langkah. "Dengar, perempuan. Saya tidak suka anak saya bersama dengan gadis yang tidak jelas asal-usulnya, pantas saja Danu berkelakuan aneh akhir-akhir ini. Ternyata kamu penyebabnya?! Kalian itu masih SMA! Anak saya harus mengejar cita-citanya yang tinggi. Kalau kamu mau jadi manusia rendah, lakukan saja sendirian, jangan ajak anak saya."

"Mah..."

"Kenapa, Pah? Mamah bener, kan? Gadis muda ini buat Danu jadi semakin buruk pergaulannya!"

"Tapi—"

"Dengar, ya! Saya akan ada di ruang tengah. Kalau sampai saya tidak melihat kamu pergi dari sini dengan segera. Awas saja! Saya tidak selembut anak saya."

Sang suami yang tadi ingin berucap saja langsung dipotong dengan cepat oleh istrinya, apa lagi Hilda yang terpaku karena mendengar ujaran kebencian yang sangat jelas di telinganya. Mereka semua tidak bisa berkutik dengan wanita dewasa yang memiliki paras cantik itu.

BAD GOOD FATHER [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang