09 • Bersama Hilda

388 62 2
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Suara desahan terdengar samar dipendengaran Bintara dan Saka. Mereka menatap jijik ke arah pintu yang tertutup rapat itu, pintu yang menjadikan jalan utama menuju ruangan dengan kedudukan yang tinggi di sekolah. Ruangan kepala sekolah.

Danu yang berada di belakang kedua temannya pun, tak luput dengan desahan yang sama terdengar. Desahan yang saling bersahutan hingga memenuhi ruangan yang sepi, Danu yakin apa yang terjadi di dalam ruangan itu tanpa harus ia lihat langsung.

Mendengar desahan demi desahan yang memasuki gendang telinganya, membuat Danu yang merasa kesal mendobrak paksa pintu kayu tersebut hanya dengan sekali tendangan.

"Kyaaa!!!"

Terlihat satu siswi dan seorang guru muda yang baru saja bekerja di sekolah Amerta selama dua bulan.

Tatapan elang Danu mengarah kepada kepala sekolah dan guru tersebut yang terlihat begitu panik sembari berusaha menutup tubuh telanjang mereka. Danu tidak peduli bagaimana siswi itu yang berusaha menutupi tubuhnya juga karena tubuh itu pun tak tertutup sehelai benang pun.

Saka dengan cepat melepas seragamnya dan langsung menutupi tubuh siswi tersebut.

"Bangsat!" Umpat Bintara.

Danu yang tanpa bicara langsung menghantamkan sebuah pukulan pada kepala sekolah tersebut. Melihat wajah pria tua itu membuat Danu semakin kesal karena bibir mungil Hilda pernah menyebutkan kata 'kepala sekolah' dengan lancar.

"Gue bayar lo supaya kerja yang bener," kata Danu dengan suara yang begitu dingin.

"M-maafkan saya..." pria tua itu yang tak lagi peduli lagi dengan tubuhnya yang tak tertutupi, langsung bersujud di depan Danu. "S-saya tidak akan melakukan—"

Bugh!—Danu benar-benar kesal, ia melirik ke arah Bintara yang menghajar guru baru secara brutal dan Saka yang berusaha menenangkan gadis yang hanya bisa menangis tanpa henti.

Danu menghela napas kasar dengan tangan yang menyugarkan rambut. "Lo gue pecat, siap-siap masuk penjara," kata Danu dengan entengnya. "Dan buat lo bedua akan gue pastiin akan lama ada di penjara. Bahkan setelah lo bedua sudah bebas, kalian nggak akan bisa kerja di mana pun."

Setelah mengatakan kata-kata yang cukup panjang, Danu pergi disusul dengan Bintara yang tangannya dilumuri oleh percikan cairan kental milik sang guru baru, serta Saka yang menuntun gadis yang dari informasi yang didapat adalah korban yang dipaksa.

Para pengawal Danu yang telah berkumpul telah mengamankan kepala sekolah dan guru baru itu. Para pria bajingan itu harus mendapat hukuman yang pantas karena telah berbuat tak senonoh di dalam sekolah.

Sebelum melangkah lebih jauh Danu menghentikan langkahnya, membuat yang mengikutinya ikut berhenti dengan tatapan bingung.

"Ken—"

"Lo..." Danu tidak peduli dengan ucapan Bintara yang terpotong, tatapan tajamnya mengarah ke arah gadis yang bergetar ketakutan. "Lo orang yang dilecehkan oleh tua bangka itu, dan lo limpahin itu ke Hilda yang mergokin lo, kan? Lo yang buat rumor itu."

Nada dingin yang Danu berikan membuat gadis itu semakin takut. Jujur saja, ia tidak bermaksud menyakiti Hilda, ia pun diliputi rasa bersalah ketika menyebarkan rumor tersebut. Dirinya yang dijanjikan akan bisa sekolah dengan baik di sekolah mahal seperti Amerta, dengan paksaan tanpa bisa melawan akhirnya menyerahkan segalanya kepada kepala sekolah hingga kejadian Hilda memergokinya dan membuatnya menjadi panik.

BAD GOOD FATHER [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang