12 • Ucapan yang Penuh Ketegasan

490 74 16
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Hujan deras terus menerpa bumi hingga membuat Danu dan Hilda memilih tempat penginapan sementara untuk mereka beristirahat.

"Hilda..."

Panggilan yang terdengar sopan di telinga memasuki pendengaran Hilda, dirinya yang baru selesai mandi itu melangkah menghampiri Danu yang duduk di pinggiran ranjang.

"Iya Kak?"

Tidak ada jawaban setelahnya, Danu menarik lengan Hilda agar gadisnya duduk di sampingnya. Kedua tangannya terulur mengambil alih handuk kecil yang Hilda gunakan untuo mengeringkan rambut.

Tanpa ada suara diantara keduanya, Hilda menikmati sentuhan yang Danu lakukan pada rambutnya. "Ada ngerasa pusing, nggak?" Tanya Danu kemudian.

Mendengar pertanyaan itu membuat Hilda menggeleng pelan.

"Kalau nggak enak badan harus bilang, aku nggak mau kamu sakit."

Satu hal yang Hilda baru saja sadar. Sejak kapan seorang Danu menggunakan aku-kamu kepadanya? Lelaki ini salah minum obat atau bagaimana? Namun, Hilda sepertinya menyukai Danu berucap seperti itu dari pada harus menggunakan gue-lo seperti biasa.

"K-kak Danu gimana? Kepalanya sakit, nggak?" Tanya Hilda kemudian.

Danu menggeleng. "Aku nggak apa-apa."

Hilda menatap lekat tatapan mata yang terlihat kosong dan tidak bersemangat itu, tidak ada tatapan elang yang begitu tajam seperti biasa Hilda lihat. Tanpa bertanya kondisi Danu, dengan gerakan pelan Hilda mendekat kemudian meraih lelakinya itu ke dalam sebuah pelukan.

Gerakan pelan, Hilda menepuk pelan punggung Danu. "Iya... Kak Danu baik-baik aja," kata Hilda dengan sangat lembut.

Suasana hati Danu memang belum sepenuhnya membaik, dirinya yang merasa lega karena bertemu Hilda nyatanya tidak membuat ingatannya tentang apa yang terjadi di apartemennya bisa menghilang begitu saja.

"Janji jangan pernah tinggalin aku," ucap Danu dengan sangat pelan, pelukan itu ia balas begitu erat.

Hening, tidak ada jawaban dari Hilda yang Danu dapatkan. Hal itu sontak membuat pelukan tadi dilepas oleh Danu dengan tatapan penuh tanyanya yang melayang ke arah Hilda. "Kenapa nggak jawab?" Tanya Danu kemudian. "Kamu bakal ninggalin aku, ya?" Tanya Danu lagi, wajahnya terlihat lebih sendu dari sebelumnya.

Melihat bagaimana raut wajah Danu yang begitu langka dijumpai membuat Hilda mengulum senyumnya. Dirinya tak tahu ke depannya akan seperti apa, dirinya pun sadar akan posisinya yang jauh di bawah seorang Danu Adithama. Namun, hatinya mengatakan dirinya harus bersama Danu bagaimana pun keadaan yang terjadi.

"Mau kok." Hilda mengangkat jari kelingkingnya. "Janji."

Jari mungil yang terlihat begitu indah di mana Danu membuat senyuman tipis terbentuk di wajahnya. Danu menautkan jari kelingking Hilda dengan miliknya kemudian memberikan kecupan lembut tautan kelingking yang merupakan simbol ikatan janji mereka. "Aku pegang janji kamu. Kalau kamu berani menghilang, akan aku cari ke mana pun kamu pergi meski ke ujung dunia sekali pun," jelas Danu panjang lebar.

Tatapan yang begitu lekat tertaut cukup lama sampai di mana Danu mendekatkan wajahnya untuk memberikan sebuah kecupan lembut pada bibir Hilda. Kecupan tulus yang begitu hangat hingga mampu menghilangkan udara yang terasa menyejukkan diantara mereka.

❁❁❁❁❁

Malam yang begitu sepi dan terasa dingin dilalui sepasang kekasih dengan pelukan hangat satu sama lain hingga tak terasa matahari datang untuk kembali menyinari bumi.

BAD GOOD FATHER [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang