07 • Ingin Terus Menempel

726 89 14
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Luna menatap dari kejauhan bagaimana senyuman Hilda mengembang hanya karena angin yang menerpa wajahnya. Sendiri tapi tidak terlihat sepi, alam seolah mencintainya lebih dari apa pun.

Kepalan tangan Luna terlihat hingga buku-buku jarinya memutih karena amarah yang memuncak, ia menggertakkan rahangnya berusaha meredam amarah tersebut walau sangatlah sulit.

Luna ingin sekali menarik rambut Hilda dan membuang gadis itu ke dalam jurang paling dalam. Namun, ingatan di mana ia diperingati oleh Danu membuat hatinya terluka dan merasakan sesak di dadanya.

"Kyaaa!!!"

Jambakan rambut terlepas dengan kasar, Luna menitikkan air mata karena merasakan sakit yang luar biasa. Arah pandangnya tertuju pada Danu yang duduk dengan angkuh bersamaan dengan tatapan elang yang begitu tajam mengarah kepadanya.

"K-kak Danu..." cicit Luna yang terlihat ketakutan.

"Lo bukan cuma lukain kepala Hilda..." Danu beranjak dari posisinya, ia berjongkok di depan Luna dengan senyuman miringnya. "Lo bahkan mukul punggung cewek gue?"

"C-cewek?" Telinga Luna masih berfungsi dengan baik, ia tidak salah dengar bukan? Danu tadi mengatakan Hilda adalah ceweknya?

"Kenapa? Lo pikir gue nggak punya cewek?"

Mendengar hal itu membuat nyali Luna kembali, amarahnya memuncak dengan kilatan tajam tertuju kepada Danu. "Nggak boleh..." ucapnya penuh penekanan. "Kak Danu nggak boleh sama jalang itu," lanjutnya.

"Luna... hanya karena bokap lo yang punya kedudukan lebih tinggi dari staff lain di perusahaan bokap gue, lo jadi ngelunjak," tegas Danu dengan tatapan datar miliknya.

Danu memberikan kode melalui lirikan mata kepada dua murid perempuan suruhannya, dengan sigap kedua gadis itu langsung paham. Salah satunya mencengkram kuat rambut Luna, sedangkan yang lainnya menahan kedua tangan Luna dari belakang.

"Sekali lagi lo sentuh milik gue—" Danu menggantungkan kalimatnya sebelum kembali berucap. "Gue nggak akan segan ngancurin hidup lo, bahkan keluarga lo," bisik Danu dengan senyuman yang mengerikan.

Setelah puas melakukan itu, Danu pergi bersamaan dengan dua gadis yang melepas cengkraman mereka dengan kasar.

Napas Luna berderu dengan hebat yang diselimuti oleh amarah yang begitu besar. Buku-buku jemarinya terlihat karena kepalan tangan yang begitu kuat ketika membayangkan Hilda dibela oleh lelaki yang ia cintai.

Danu cuma punya gue! Nggak akan ada yang bisa rebut Danu dari gue, apa lagi jalang kayak lo. Luna bergumam dengan tatapan marah yang masih tertuju ke arah Hilda.

❁❁❁❁❁

Seharian di sekolah tidak terjadi sesuatu yang aneh membuat Hilda menjadi bertanya-tanya. Hari ini kayaknya adem banget, deh. Atau cuma perasaan aku aja, ya?

Hilda tidak mendapatkan perilaku yang tidak baik atau ucapan kasar dari para murid seperti sebelumnya, hanya ada tatapan sinis yang tetap mereka layangkan. Hilda bukanlah orang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan di sekolah yang bergengsi seperti SMA Amerta, jadi tidak mungkin kalau orang-orang di sekitarnya memiliki rasa takut atau segan terhadap dirinya.

Jemarinya yang bebas kini tertaut dengan jemari besar yang mengerat, sontak hal itu membuat Hilda terperanjat kaget. Ia mendapat Danu yang berjalan di sampingnya dengan tatapan elang seperti biasa.

BAD GOOD FATHER [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang