Pt. 10 : Sang Aktor dan Sang Musisi

47 7 26
                                    



"Jangan nikahin Mashiho, gue gapapa kok nikah kontrak sama lo! Jangan sama Mashiho ya?" pinta Haruto dengan raut sedih yang tak bisa dia sembunyikan lagi, tatapannya sarat akan permohonan yang kuat pada gadis di hadapannya ini.

"Tiba-tiba banget?" heran Fheby menatap Haruto tidak mengerti, ia lalu menengok sekilas ke nakasnya demi melihat jam weker yang menunjukkan waktu yang nyaris tengah malam. Fheby mengusap dahi Haruto yang sedikit panas, "gue buatin teh madu dulu ya, kayaknya mabuk lo parah deh. Panas soalnya..." tukas Fheby bersiap bangkit namun Haruto menariknya hingga mereka terbaring bersama diatas kasur itu.

"Mending kita tidur aja By, besok harus kerja!" sahut Haruto membuat Fheby mengerutkan kening menatap wajah pria di depannya yang memilih memejamkan mata.

"To, bisa nggak sih lo kalau mabuk gak usah ke rumah gue! Meskipun lo sahabat gue tapi bukan sesuatu yang tepat kita tidur di satu ranjang yang sama!" tukas Fheby dengan nada yang sarat akan rasa lelah dan kesal, ia pun membalikkan tubuh membelakangi Haruto, namun gadis itu tiba-tiba terhenyak saat tangan besar Haruto merengkuhnya dan memeluk erat pinggangnya.

"Kenapa lo nggak usir gue aja?" tanya Haruto dengan nafas yang berat di leher Fheby membuat gadis itu bergidik sesaat.

"Percumah, gue usir juga lo malah aneh-aneh ke gue! Mana badan lo gede banget, sepuluh kali lipat dari gue, ya gue kalah lah! Daripada lo aneh-aneh ya gue biarin aja lo mau ngapain selama lo nggak aneh-aneh!" gerutu Fheby membuat Haruto terkekeh. "Lagian setiap lo dateng ke gue kaya gini, mabuk kaya gini, besoknya lo selalu lupa apa yang udah lo kaluin ke gue... trus gue mau protes? Marah-marah ke elo? Ga ada gunanya! Lo selalu ngulangi hal yang sama!"

"Sssttt... udah By, tidur aja lah yuk!" tukas Haruto semakin erat memeluk Fheby.

"Kenapa sih gue ga bisa dorong ini bocah keluar?" gerutu Fheby tanpa bisa menolak cara Haruto memeluknya, meskipun selama ini hanya terjadi ketika Haruto mabuk tapi sahabatnya itu selalu lebih manis sikapnya setiap mabuk, mungkin hal itu yang selalu membuat Fheby tidak bisa menolak perlakuan manis Haruto.

"Itu karena lo sayang sama gue," tukas Haruto dengan sengaja mengecup puncak kepala Fheby membuat gadis itu sontak menunduk menjauhkan kepalanya dari jangkauan Haruto, menjadikan pria itu terkekeh pelan.

"Gak usah cium-cium gue!" bentak Fheby saat mendengar kekehan Haruto, lalu tak lama setelah itu Haruto menarik kepala Fheby yang menjauh untuk semakin dekat dengan dadanya dengan sayang pria itu mengusapkan jempol tangannya di pipi Fheby dan keduanya terdiam cukup lama hingga sama-sama terlelap.

** *

Bias sinar yang menyilaukan membuat Haruto harus bangun dari tidurnya, ia menoleh ke sisi kirinya melihat Fheby sudah tidak ada di sana. Pria itu menghela nafas panjang sambil menatap jam weker yang sudah menujukkan pukul tujuh pagi, ia yakin tadi jam enam weker itu pasti sudah berbunyi tapi dirinya tidak bangun. "Kalau gini malah makin meyakinkan kalau gue habis mabuk beneran," pikirnya lalu mengacak-acak rambut sebahunya itu.

"gue harus akting gimana ya biar Fheby beneran yakin gue semalem mabuk? kayaknya dia bakalan nendang gue jauh-jauh kalau tau semalem gue gak mabuk, gimana ya? " pikir Haruto bingung harus bersikap bagaimana, pasalnya ini pertama kalinya Haruto menyusup ke rumah Fheby dalam keadaan sadar, biasanya ia tidak ingat apapun bahkan meskipun Fheby yang dengan kesal memukul kepalanya, dia selalu butuh waktu berhari-hari untuk ingat kejadian penyusupan rumah Fheby atas dirinya sendiri, meski begitu Haruto selalu bersikap tidak mengingat apapun karena Fheby hanya akan membahas tentang dirinya yang menyebalkan menyusup dalam kondisi mabuk pagi harinya setelah kejadian.

SAY Yess!!! [HARUTO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang