001

358 36 11
                                    

|Jangan lupa vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Jangan lupa vote

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Waktu terus berjalan, dan pernikahan antara Winta dan Karina semakin dekat. Meskipun keluarga mereka sibuk dengan berbagai persiapan, Winta dan Karina tetap tidak menunjukkan ketertarikan satu sama lain. Pertemuan mereka yang kaku dan canggung beberapa waktu lalu masih membekas di benak masing-masing. Kini, mereka diharuskan bertemu lagi untuk memilih cincin pernikahan-----salah satu elemen penting yang masih belum diselesaikan.

Sore itu, Winta tiba lebih dulu di sebuah toko perhiasan terkenal di pusat kota. Toko ini adalah pilihan keluarganya, tempat mereka membeli perhiasan sejak lama. Ia berdiri di luar, menatap etalase toko yang memamerkan beragam perhiasan berkilauan. Dalam hati, Winta merasa betapa melelahkan semua ini. Pikirannya melayang sesekali ke arah Asya, yang belakangan ini sering mempertanyakan tentang masa depan hubungan mereka setelah pernikahan dengan Karina terlaksana.

Tak lama kemudian, Karina tiba. Ia mengenakan blus tosca sederhana dan celana panjang hitam, tampil santai. Mereka saling bertukar pandang singkat, tanpa basa-basi yang berlebihan. Suasana di antara mereka terasa dingin, menciptakan jarak yang hampir tampak fisik.

"Kamu udah lama nunggu?" tanya Karina, tanpa ada nada antusias.

"Baru aja sampai," jawab Winta singkat. "Kita langsung masuk aja?"

Karina hanya mengangguk, tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Mereka melangkah masuk ke dalam toko, di mana seorang pegawai yang sudah dihubungi sebelumnya menyambut mereka dengan senyum ramah. "Selamat sore Nyonya Winta! Ada yang bisa saya bantu untuk memilih cincin pernikahan?" sapanya dengan antusias.

Winta menatap deretan cincin yang dipajang di balik kaca etalase, namun tidak menunjukkan banyak minat. Ia juga tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil seperti cincin. Yang penting, semuanya berjalan sesuai harapan orang tua mereka.

"Ada cincin yang lebih sederhan, nggak?" tanya Karina pada pegawai toko itu, berharap mendapatkan pilihan yang sesuai dengan keinginannya.

Pegawai toko itu mengangguk cepat dan mengambil beberapa cincin dengan desain minimalis. "Oh ya, kita punya banyak pilihan cincin dengan desain yang klasik dan elegan." katanya sambil memperlihatkan beberapa pilihan yang menggoda.

Winta menatap cincin-cincin itu. Baginya, semua cincin tampak sama. Tidak ada yang istimewa. "Yang ini kayaknya bagus," kata Winta, asal menunjuk satu cincin yang terlihat sederhana.

Karina melihat cincin yang ditunjuk Winta, memegangnya sejenak. "Iya, ini cukup bagus. Aku setuju," jawabnya tanpa banyak berpikir. Keputusan itu diambil tanpa diskusi yang berarti. Tidak ada yang perlu diperdebatkan di antara mereka, karena pada dasarnya, pernikahan ini sudah diatur oleh keluarga, dan mereka hanya menjalankan peran mereka masing-masing.

"Kalau gitu, kita ambil yang ini aja, Mbak," kata Winta kepada pegawai toko, yang segera mencatat pesanan mereka dan menyiapkan rincian pengukuran serta waktu pengambilan.

Between Us | Winrina (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang