008

255 36 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Karina menatap beberapa makanan diatas meja, merasa puas dengan hasil masakannya malam itu. Aroma masakan masih memenuhi dapur, memicu rasa lapar yang mulai menyergapnya. Namun, ketika dia selesai memasak, dia teringat bahwa ada tugas lain yang harus diselesaikannya—mencuci semua peralatan masak dan piring yang sudah kotor.

Dia berjalan menuju wastafel dengan harapan bisa membersihkan semuanya dengan cepat. Tapi saat dia menyalakan keran, tidak ada air yang mengalir. Karina mengerutkan kening, memeriksa keran dengan teliti. Dia menyalakan dan mematikan keran berulang kali, tapi hasilnya tetap sama. "Aduh, ini kenapa sih?" gumamnya, frustrasi. Dia memeriksa selang dan mencoba memutarnya, namun tidak ada yang tampak salah.

Mencoba berpikir jernih, hanya Winta yang bisa membantunya dirumah ini. Dia mulai mempertimbangkan untuk meminta bantuan. Namun, saat memikirkan tentang berapa kali Winta menolak untuk berbicara dengannya, keraguan mulai menghinggapi. Dia merasa ragu untuk mengetuk pintu kamarnya, tetapi akhirnya ingin mencoba juga. Karina berjalan menuju pintu kamar Winta dan mengetuknya pelan, berdoa dalam hati agar Winta mau membantu.

Tak lama, pintu terbuka dan Winta muncul dengan penampilan yang sedikit berantakan, sepertinya dia baru saja mengganti bajunya. Winta menatap Karina dengan tatapan datar. "Kenapa?" tanyanya singkat.

Karina merasa sedikit canggung, dan kata-kata tampak sulit keluar dari mulutnya. "Um, air di wastafel nggak ngalir. Aku udah coba perbaiki sendiri, tapi... tetap nggak bisa," ungkapnya.

Winta menghela napas, tanpa berkata lebih banyak, dia hanya menatap Karina sejenak sebelum menutup pintu kamarnya kembali. Karina terpaku, merasa hatinya tertegun oleh penolakan itu. Tanpa bisa berbuat banyak, dia memutuskan untuk kembali ke dapur dan melanjutkan usahanya. Dia merasa sangat kebingungan, dan kepikiran untuk menghubungi teknisi langganan keluarganya. Namun, saat dia mulai meraih teleponnya, langkah kaki berat di belakangnya membuatnya terhenti.

Winta muncul dari arah gudang, menarik kotak perkakas yang cukup besar. Dia tampak serius dan tidak berkata sepatah pun. Karina memperhatikan Winta, merasa campur aduk—di satu sisi, dia senang karena Winta mau membantu, tapi di sisi lain, ada rasa canggung yang memenuhi ruang dapur.

Winta mulai memeriksa keran dan selang di wastafel. Dia mengeluarkan beberapa alat dari kotak perkakas, seperti obeng dan kunci inggris, dan mulai bekerja dengan fokus. Karina berdiri di sampingnya, tidak berani bertanya atau mengganggu konsentrasi Winta. Dia hanya bisa mengawasi dengan penuh rasa ingin tahu.

Setelah memeriksa bagian bawah wastafel, Winta menemukan bahwa ada selang yang tampaknya tersumbat. Tanpa ragu, dia mengeluarkan kunci inggris dan mulai membuka sambungan selang dengan hati-hati. Dia mengamati sisa-sisa air dan kotoran yang terperangkap di dalamnya. Dengan cekatan, dia membersihkan sisa-sisa tersebut, menyingkirkan semua yang tidak seharusnya ada di dalam selang. Setelah membersihkan selang, Winta memasang kembali sambungan itu dengan erat. Dia mengencangkan semua bagian yang terlepas dan memastikan semuanya terpasang dengan baik.

Between Us | Winrina (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang