Shaima berjalan bersama Vania, Yono, Kristin, dan Feni berkeliling mengumpulkan sampah di sekitaran lokasi mereka camping. Beberapa orang lainnya ada di depan dan belakang mereka, juga melakukan hal yang sama. Feni dari tadi mengeluh sembari bergosip dengan beberapa analisa super detektifnya tentang gosip-gosip kampus yang sedang happening saat ini.
"Tahu nggak sih, kemarin aku dapat kabar kak Hendra jalan sama cewek cuma belum aku pastiin siapa sementara sih aku simpan sendiri dulu, kalau sudah jelas baru aku sebarin" Yono memutar bola mata malas mendengar ghibahan Feni yang tiada henti.
"Kenapa nggak masuk jurusan jurnalistik aja sih Fen, cara gosipmu udah kayak level ibu-ibu komplek tahu nggak!!!" Keluh Yono yang bosan dengan segala gosip yang diceritakan Feni.
"Tapi btw Shaima kamu beneran sama kak Sultan?" Kali ini Shaima ikut memutar bola mata mendengar pertanyaan Feni. Tak berniat menjawab malah menggeret tangan Vania meninggalkan mereka yang sibuk bergosip dibanding memperhatikan sekitar, Yono dan Kristin ikut mengekori Shaima pergi.
"Oke bye..."
Mendengar celotehan Feni takkan membuat kerjaan jadi selesai, meladeninya sama dengan memberinya waktu untuk mengulik semua hal yang bukan urusanmu.
"Eh...itu ada apa ribut-ribut?" Celetuk Vania yang membuat Shaima dan Yono ikut memasang kuping, dan baru akan komentar segerombolan teman mereka muncul sambil mengangkat seseorang yang terlihat tak sadarkan diri.
"Ada yang mati...." Celetuk Kristin yang langsung dibekap mulutnya oleh Yono.
"Woiiii.....bantuin woi..."
"Tim medis mana???"
Teriakan beberapa orang membuat mereka segera berlari menghampiri. Beberapa orang terlihat sudah memberikan bantuan.
"Ini kenapa?" Tanya Shaima langsung duduk mengecek kondisi seseorang yang ternyata adalah Winda.
"Terjatuh ke sungai dan tadi terbawa arus..."
"Ya Allah ..." Shaima segera mengecek kondisinya, menekan dadanya untuk mengeluarkan air yang mungkin masuk ke dalam saluran nafas, masih bernafas tapi karena cuaca yang sangat dingin setelah hujan membuat Winda menggigil kedinginan dengan bibir membiru dan badan kaku. Suhu tubuh yang turun drastis, Shaima jadi panik karena hal ini bisa memicu hipotermia dan koma hingga kematian.
"Bawa ke tenda...cepatttt!!!" Teriaknya panik, semua kemudian membopong Vania ke tenda.
"Vania....Kristin tolong bantuin buka bajunya, yang cowok tolong di luar aja"
"Kamu mau ngapain, kita bawa ke rumah sakit saja" Shaima langsung menoleh pada Sultan dengan mata memicing.
"Dan membuatnya mati kedinginan sebelum tiba di rumah sakit!!!"
"Terus kamu yakin disini dia takkan mati di tanganmu?"
"Insyaallah paling tidak ini akan lebih efektif sebagai pertolongan pertama, percayalah ..." Shaima sebenarnya malas berdebat, tapi dia harus memberikan pemahaman pada pria yang menatapnya tak yakin dengan semua ucapannya. Rumah sakit lumayan jauh, butuh jalan kaki untuk sampai juga ke jalan utama jadi kalau harus membawanya ke rumah sakit dalam cuaca dingin begini bukanlah pilihan yang tepat.
"Dengan cara apa?"
"Skin to skin" Shaima kemudian masuk ke tenda, lalu membuka bajunya hingga nyaris telanjang kemudian memeluk Winda sambil menyelimuti dirinya dengan selimut yang lumayan tebal dan berlapis. Vania dan Kristin duduk memperhatikannya dengan wajah penuh heran.
"Ngapain kalian bengong, buka baju dan lakukan hal yang sama sebelum Winda mati" Vania dan Kristin langsung membuka baju begitu mendengar teriakan Shaima sebagai perintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORGE PRAGMA LOVE AS IMAN RASA
RomanceKetika semua terjadi karena jalan yang telah ditentukan semesta. Aku... Kamu... Dan akhirnya jadi Kita... . Seperti rangkaian kata yang membentuk syair lagu yang diiringi melodi untuk membentuk nyanyian indah, seperti itulah kisah kita dimulai.