Bab 2 - Revisi

461 28 2
                                    

Jangan Khawatir nama tokohnya boleh ganti tapi visualisasinya tetap sama.
Karakter dan watak tokohnya juga tetap sama.
🙏🙏🙏

************************

Mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata di tengah hiruk pikuk ibukota. Shaima sengaja berangkat sangat pagi untuk menghindari macet menuju kampusnya sekalipun jaraknya tidak begitu jauh tapi rasanya pasti akan terasa cukup lama mengingat jalanan tak pernah sepi pengendara. Bahkan tak jarang diantara mereka ada yang harus melanggar lalu lintas demi mengejar waktu.

Dia ingin sampai lebih cepat karena ada beberapa tugas yang belum dia rampungkan dan akan dikumpulkan hari ini.

Shaima pun berniat menyampaikan pada Hana dan komunitas seni bahwa dia tak bisa ikut bergabung dengan mereka, Shaima sudah menyiapkan alasan untuk menolak setelah beberapa hari menghindar.

Dia sudah memikirkan hal ini...

Dalam perjalanan, tiba-tiba si motor kuning yang dikendarainya berhenti. Entah karena mogok atau mungkin kehabisan bensin.

Dengan cepat dia menepikan motor di dekat trotoar untuk mengeceknya. Tangannya memeriksa bensinnya tapi ternyata masih banyak. Shaima beberapa kali berusaha membunyikan mesin motornya.

Tapi nihil, motornya tak kunjung bunyi.

"Kamu kenapa lagi sih bro, tumben ngambek pagi-pagi...ayo dong jangan mogok dulu, aku ada tugas yang mepet nih" keluhnya sambil berjongkok di samping motornya, sesekali dia meniup dan mengusap motornya seolah ingin membujuk sang motor agar jangan rusak dulu.

Merasa tak ada gunanya mengobrol dengan motor layaknya orang gila, Shaima berdiri dan celingak celinguk mencari bala bantuan yang mungkin bisa menolongnya disaat genting seperti ini.

'tapi siapa yang akan menolongnya?'

'tak seorangpun yang berniat berhenti untuk sekedar menanyainya'

Shaima kemudian memutuskan mendorong motornya seorang diri. Sekuat tenaga menggiring motornya, dengan harapan di depan sana mungkin ada bengkel.

Berjalan dengan napas pengap dan keringat mengucur karena mengerahkan seluruh tenaganya menggeret si kuda matic miliknya tersebut.

Gerakan kakinya semakin lama terasa semakin berat sebelum akhirnya dia bisa menemukan sebuah bengkel motor yang lumayan besar.

Senyumnya mengembang. Dia bergegas menuju bengkel tersebut.

"Garage Cafe..."

"Ada yang bisa dibantu?" Seseorang yang keluar dari bangunan itu menyapanya ramah saat meihatnya berdiri di depan, dari tampilannya mungkin dia pemiliknya.

"Iya...kak, ini motor saya tiba-tiba mogok"

"Oalah...ayok masuk dulu biar tak bawain motornya, nanti kita cek di dalam dulu yah" Shaima berterima kasih sambil mengikuti pria yang sudah menggantikannya mendorong motor itu masuk ke dalam bengkel.

"kamu boleh duduk atau pesan minum dulu sembari nunggu"

"Makasih kak..." Shaima mengikutinya lalu duduk di sebuah bangku yang disiapkan. Matanya meneliti tempat itu, lumayan keren untuk ukuran bengkel. Tempat itu lebih cocok disebut kafé dibanding sebuah bengkel. Jika dilihat dari desain dan tempatnya, bengkel ini pasti lebih banyak dikunjungi anak-anak muda yang hobi nongkrong.

Kafé dan Otomotif menjadi satu.

"Ah...ini kayaknya ada yang perlu diganti tapi tunggu bentar yah, tunggu orang yang mau ngecek lebih lanjut" lalu Shaima ditinggalkan oleh pria berbadan agak bongsor itu menuju sebuah mobil.

STORGE PRAGMA LOVE AS IMAN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang