Bab 6 - Revisi

581 34 5
                                    

Berkeliling jalanan kota seolah tak ada tujuan, itulah yang sekarang Sultan lakukan dengan memacu laju motornya sekalipun untaian gerimis menerpa wajah mereka. Setelah mengajaknya pacaran pria itu kembali diam di atas motornya, bahkan niat awalnya yang ingin ditemani makan malah berganti dengan hanya mampir membeli makan untuk dibungkusnya.

Pria itu juga menepati janjinya, menemani Shaima mampir di sebuah masjid saat adzan maghrib berkumandang.

Shaima pun tak lagi protes dengan semua yang dialakukan Sultan, yang menjadi pikirannya sekarang adalah kenapa pria itu bisa mengajaknya pacaran secara tiba-tiba tanpa memberi sinyal sebelumnya.

Tiba di depan kost Shaima, Sultan dengan cepat melepas helm Shaima dari kepala gadis itu, ada senyum yang muncul dari garis bibir Shaima melihat Sultan pertama kalinya terlihat lembut padanya bahkan sebagai manusia inilah kali pertama Sultan bersikap seperti manusia lainnya.

"Terima kasih kak...." Ucapnya tulus yang hanya dibalas deheman pria kaku itu. Lihatlah bahkan saat sudah jadi pacarnya masih saja modelnya kayak kanebo kering, tidak ada manisnya sama sekali.

"Mau makan disini atau langsung pulang?" Tawar Shaima melirik bungkusan ayam yang dibeli pria itu tadi di jalan.

"Menurutmu?" Shaima tersenyum kesal dengan jawaban itu tapi tetap mengambil bungkusan itu dari tangan Sultan.

Dia sepertinya harus terbiasa dengan jawaban ketus Sultan yang tak pernah sesuai ekspektasinya. Menunggu pria itu jadi ramah dan luwes sama kayak menunggu seorang atheis percaya Tuhan jadi rasanya tak ada gunanya terus mengkomplain sikapnya.

Sultan kemudian mengikuti langkah Shaima masuk ke dalam kost gadis itu.

"Eeekkkkheeemmmm...." Vania yang sedang berada di ruang depan kosan untuk mengerjakan beberapa tugas berdehem untuk menggoda Shaima yang baru masuk dari pintu depan yang diikuti Sultan. Shaima tahu dan faham maksud Vania yang terlihat menaik turunkan alisnya pada Shaima.

'Dia harus menyiapkan jawaban untuk Vania nanti'

"Yono lagi ngapain disini?" Tanya Shaima saat melihat Yono keluar dari kamar Vania, padahal Shaima sudah tahu bahwa akhir-akhir ini Yono memang lebih sering mengintil Vania saat Shaima sibuk mengurusi kegiatan di luar kuliah.

"Dia nemenin aku kerja tugas soalnya temen sekosanku sedang sibuk asik sama someone spessssiiiall" jawab Vania menyindir sementara Yono hanya tersenyum mesem-mesem sambil mengerlingkan satu matanya.

"Btw Sha, namaku bukan Yono yah tapi Yasmine apalagi kalau sedang ada pria ganteng!!!"Protesnya pada Shaima yang selalu saja memanggilnya Yono padahal dia mengklaim dirinya Yasmine.

"Ya udah nanti aku ikut bantu ngerjain yah"

"Tugas kita udah selesai kok Sha..."

"Terus ngapain si banci ini masih di sini?"

"Lagi nungguin orang yang mau pacaran..."

"Uupppsst maaf keceplosan" Shaima memutar bola mata malas, Shaima tahu setelah ini dia akan mendapatkan banyak sesi wawancara dari dua temannya itu.

Dia pasti akan diintrogasi hingga ke akar-akarnya. Vania malah terlihat sangat bersemangat melihat ke arahnya, pancaran matanya seudah sangat menjelaskan bahwa betapa penasarannya sahabatnya itu.

"Kak mau makan disini atau di dalam aja?" Tanya Shaima menoleh pada Sultan, karena jika meladeni dua orang itu maka akan panjang perkaranya.

"Di dalam aja"

"Iya....iya di dalam aja sayang biar nggak ada yang ganggu" ledek Yono dan Vania seolah mengulangi jawaban Sultan pada Shaima, dengan cepat Shaima melemparkan sendal yang ada pada lantai kepada dua temannya yang sudah terkekeh geli sebelum berjalan masuk ke dalam kamarnya, Sultan jangan ditanya reaksinya seperti apa. Dia tetap sama terlihat datar dan kaku.

STORGE PRAGMA LOVE AS IMAN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang