Bab 3 - Revisi

320 26 4
                                    


Keramaian di setiap pusat perbelanjaaan tak akan pernah ada usainya. Setiap hari hingga setiap menit silih bergantian orang-orang berdatangan, entah itu untuk berbelanja atau hanya sekedar jalan-jalan dan menikmati kuliner kesukaan mereka.

Tak sedikit diantara mereka akan bertemu dengan beberapa orang yang dikenal atau malah mendapat kenalan baru untuk menambah koneksi pertemanan. Seperti yang dilakukan dua orang perempuan muda yang saling bergandengan tangan.

Rutinitas jalan dan jajan adalah hal wajib yang selalu mereka lakukan. Shaima juga sekaligus ingin membeli beberapa buku yang dia butuhkan.

Shaima dan Vania berjalan bersisian di mall menuju food court untuk makan terlebih dahulu sambil menunggu Yono. Teman pria bertulang lunaknya itu datang lebih lambat karena sedang dinas di rumah sakit menyelesaikan praktiknya yang kemarin belum selesai.

Vania sudah heboh menceritakan film twiligh yang baru saja selesai dinontonnya kepada Shaima. Padahal mereka nonton bersama jadi sebenarnya tak perlu untuk dia ceritakan setiap adegan yang pasti Shaima juga tahu, tapi Shaima tetap menedengarkannya sambil manggut-manggut.

"Jacob tuh lebih cakep tau dari pada Edward tapi si Bella malah kesemsem sama si itu vampir pucat" Vania menepuk bahu Shaima yang hanya senyum-senyum tidak jelas sambil memilih-milih menu makanan.

"Iya nggak?"

"Iya!!!" Jawab Shaima sekenanya. Baginya menu makanan di tangannya lebih menarik untuk disimak.

"Sama kayak kamu, kak Anton ngejar-ngejar eh....malah jadian sama si Dimas"

"Yah....pake dibahas udah putus juga kali!!" Perkara membandingkan dua pria itu selalu menjadi topik sarkas yang selalu dibahas Vania padanya.

"Iya putus, tapi orangnya masih sering nyariin kamu sampai kost. Sudah dibilangin kamu gak ada tapi tetap maksa nungguin, kan jadi ganggu" omelnya karena beberapa hari belakangan Dimas masih selalu mencari Shaima hingga ke kosan mereka. Pria itu sudah mengganggu ketenangannya karena hanya Vania dan Yono yang jadi teman dekatnya.

"Iya maaph!!"

"Cari cowok gih biar hidup kita tenang" Shaima tertawa mendengar celotehan Vania yang tiada henti.

"Atau jadian ama Yono aja deh!!"

"Eh...ngapain bawa-bawa nama eke" Si empunya nama tiba-tiba muncul dengan gaya khasnya yang melambai, duduk di sebelah Shaima yang menggeser badannya untuk memberi pria berjiwa wanita itu ruang untuk duduk.

"Eh...Cong gimana tugasnya udah selesai??"

"Belumlah, makanya aku nyusul kalian biar bisa nyontek sama kalian" Shaima menjitak kepala Yono pelan dengan gemas.

"Jadi kamu temenan dan mau ketemu kita cuma karena tugas-tugas itu?"

"Iyalah.... Ngapain aku temenan sama manusia modelan kalian apalagi yang nggak guna kek wanita biadab satu ini" Tunjuknya pada Vania yang baru saja akan mencomot makanannya.

"Eh....kura-kura lembek tanpa tempurung aku diam yah dari tadi, kenapa malah aku juga kena. Aku sunat juga pentunganmu yang nggak guna itu biar tahu rasa yah"

"Mau dong disunat jadiin vagina yah!!!" Celetukan Yono yang tak pernah masuk akal selalu mrnjadi alasan terjadinya perdebatan diantara mereka seperti biasa.

Dan Shaima hanya akan selalu jadi penonton dan tim hore diantara mereka berdua. Bukankah lebih menyenangkan menonton adegan kekerasan secara langsung ketimbang ikut nimbrung dan malah berakhir jadi korban mereka.

Dia lebih memilih diam dan tersenyum menikmati perdebatan itu.

"Eh...tugas askep maternal kalian udah pada selesai belum?" Vania menggeleng sambil mengunyah makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya.

STORGE PRAGMA LOVE AS IMAN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang