Bab 4 - Revisi

607 36 2
                                    

Shaima mengucek matanya saat handphonenya berbunyi dari tadi, matanya yang terasa berat untuk membuka terpaksa harus melek untuk mengecek hapenya.

"Siapa sih gangguuu...pagi-pagi gini" kesalnya sambil menguap, tangannya meraba meja kecil di samping kasurnya.

Ini baru jam 08.02....

082356xxxxxx....

12 missed call

Nomor baru yang tak dikenalnya, saat akan mengecek kembali, sebuah pesan masuk.

From : 082356xxxxxx

Aku di depan.

Shaima mengerutkan kening heran, tapi akhirnya bangun dari kasur kecilnya dan mengecek lewat jendela kecil, dia mengintip dan matanya mencoba mengenali sosok yang sedang bersandar di tembok depan pagar kostnya.

"Kak Sultan!!!"

Tak mungkin dia salah mengenali, buru-buru Shaima menguncir rambutnya dan menarik mukena untuk dipakainya. Berjalan dengan mata masih pekat karena semalam dia harus begadang mengerjakan revisi sekaligus merampungkan beberapa perintilan kegiatan komunitas dan membuat daftar keperluan obat untuk kegiatan camping Mapala.

"Ngapain dia kemari?" Tanyanya dalam hati.

Membuka kunci pagar kostnya, Shaima menghampiri pria yang langsung berdiri mendengar pagar terbuka seolah sudah tahu bahwa itu Shaima.

"Ada apa kak?" Tanyanya langsung, matanya yang pekat tak bisa membuatnya untuk sekedar berbasa-basi.

"Buruan mandi, 10 menit dari sekarang" Shaima mengernyitkan keningnya bingung, kenapa sekarang pria itu mengatur dirinya.

"Lokasi kemarin harus segera deal, pengelolanya mendesak kalau nggak bakal didrop ke orang lain" mata Shaima langsung membuka sempurna mendengar info itu, matanya yang menahan kantuk kini kembali segar.

Jika benar pihak pengelola lokasi itu membatalkan kerja sama mereka maka Shaima harus memutar otak merubah seluruh proposal kegiatannya dan mencari lokasi baru yang belum tentu akan dapat lagi, bisa pecah kepalanya nanti apalagi kegiatan tinggal sebulan lagi.

Batal mendapatkan lokasi itu maka batal pula acaranya. Dengan cepat dia buru-buru masuk ke dalam kostnya dan diikuti Sultan yang juga ikut masuk walau tak dipersilahkan. Sultan sampai menahan senyum melihat kepanikan Shaima.

Tapi belum juga lima menit Sultan duduk di kursi depan kamar Shaima, gadis itu sudah muncul dari dalam kamar menenteng tasnya sambil mengunci kamar kosnya.

Hanya mengenakan kaos oversize dan celana jeans serta hijab instan.

"Udah, ayo berangkat!" Katanya dengan nafas ngos-ngosan di hadapan Sultan. Mata pria itu mengamatinya dari ujung kaki hingga kepala sehingga Shaima ikut melihat dirinya untuk memeriksa apakah ada yang salah dengan tampilannya sampai harus dideteksi dengan tatapan seperti itu.

"Kenapa?"

"Kamu nggak mandi???" Shaima menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau mandi nanti lama, nanti aku ditinggal lagi kan..." Belum usai Shaima bicara Sultan sudah lebih dulu pergi begitu saja seolah semua ucapan Shaima tidak penting untuk dia dengarkan.

"Tuh kan ditinggal beneran, dia yang nanya dia yang pergi gitu aja...dasar manekin!!!" Shaima berlari kecil mengikuti langkah Sultan yang cepat.

"Kak Motornya mana?" Tanyanya tapi tak ditanggapi kembali seperti angin lalu. Sultan menuju sebuah mobil hitam yang diparkir tak jauh dari kost Shaima dan memberi kode agar gadis itu mengikutinya masuk ke dalam mobil.

STORGE PRAGMA LOVE AS IMAN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang