Secepatnya Naruto segera mengalihkan pandangannya dari sosok ghaib itu, mata birunya menatap prihatin pada Sasuke yang selalu disamperin makhluk mirip salah satu hantu terkenal di Jepang.
"Bagaimana kalau kita nongkrong dulu di kafe sampai Sadako itu lelah sendiri lalu pergi." saran Naruto yang kepengen bersantai sembari menikmati cappucino.
Pukulan pelan terasa pada bahunya. "Apa kau lupa, dua puluh menit lagi kita ada pertemuan dengan pihak Sabaku Group." bisik Sai pelan tak lupa senyuman menghiasai wajahnya.
Naruto menepuk jidatnya pelan. "Hehe, baru ingat. Untung saja aku sudah menyiapkan proposal yang akan dibahas untuk rapat kali ini." ucapnya lega.
Tak lama kemudian wajahnya berubah sumringah. Naruto menjentikkan jarinya saat sebuah ide terlintas di kepalanya.
"Bos kau tidak perlu berhadapan dengan hantu legenda itu, langsung saja ke ruang rapat." ujarnya.
"Ada sesuatu yang harus bos ambil di ruangannya." bukan Sasuke yang menjawab melainkan Sai.
Kepala berhelaikan kuning itu menggeleng. "Sai, Sai! Otak mu makin hari malah tambah bodoh?" ejek Naruto.
Senyum palsu yang selalu terpampang di wajah Sai lenyap digantikan raut datar. "Aku lebih pintar darimu, rubah!" tekannya tak suka.
"Begini! Masalah sesuatu yang ingin bos ambil di ruangan direktur, serahkan saja pada kami." Naruto berucap yakin.
Baru kali ini Sasuke merasa bangga pada anak buahnya yang satu ini. Untuk mengapresiasinya, ia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.
Detik berikutnya, lembaran uang tersebut menampar pipi Naruto kiri dan kanan, ia berharap dengan tamparan itu bisa sedikit menambah kadar ganteng babunya yang satu ini.
Marah? Ya gak dong. Kalau ditampar sama uang mah Naruto rela lahir batin.
Mata biru lautnya menatap memuja lembaran uang yang kini sudah berpindah tangan padanya. Takut dirampok Sai, ia lekas menyimpannya dalam saku jasnya.
"Bos! Serahkan saja Sadako satu itu padaku, anda duduk nyaman saja menunggu pihak Sabaku Group di ruang meeting." Naruto berpose hormat. Moga-moga dapat tambahan uang lagi, bos yang satu ini suka disanjung loh!
Sai berdecih. Bermuka dua banget si rubah, gak bisa dibiarin. Masa cuma Naruto yang dapat hadiah uang sementara ia tidak?
Menggeser makhluk rubah itu dari hadapan Sasuke, Sai kemudian tersenyum bersahaja. "Jangan melihat Sadako itu terlalu lama, mata bos bisa iritasi nanti." pria berkulit pucat itu dengan gerakan pelan membalikkan tubuh Sasuke hingga jadi membelakangi makhluk mengerikan tersebut.
Kemudian ia pun berpindah ke depan Sasuke dengan senyum lebar terpatri di bibirnya. Tau apa yang diinginkan anak buahnya, tak menunggu lama beberapa lembar uang kemudian memukul mulut Sai yang sejak tadi tak henti mengumbar senyum palsu.
Sakit hati? Tidak, Sai justru kegirangan. Ini uang loh, kalau tangan Sasuke yang menyakiti bibir seksinya sudah pasti ia murka. Tapi kalau kertas berharga ini yang menampar bibirnya, Sai bahagia dunia akhirat.
"Setelah mengatasi dia, kalian cepat susul aku!" titah Sasuke kemudian melangkah meninggalkan Sai dan Naruto menuju ruang meeting.
Sepeninggal Sasuke, Naruto dan Sai berpandangan sejenak kemudian mengeluarkan masker dan sarung tangan yang selalu mereka bawa untuk jaga-jaga disaat seperti sekarang ini.
Setelah memakai perlengkapan keamanan, mereka mengangguk bersamaan lalu melangkah menuju sosok menyeramkan yang sejak tadi jadi penunggu ruangan bos mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kare wa nekodesu
Fanfiction|| CERITA DEWASA || Setelah menelan sperma Sasuke, kucing peliharaannya secara tak terduga berubah menjadi manusia. Bagaimana kisahnya? Penasaran? Yuk, simak ceritanya!! © MASASHI KISHIMOTO SASUKE X SAKURA