24

96 12 0
                                    

Ballroom hotel yang dihias mewah dan elegan itu ramai oleh para tamu undangan. Hari ini pesta pernikahan putra bungsu dari Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto diadakan.

Mereka telah mengucapkan janji pernikahan dan sekarang telah resmi jadi pasangan suami istri. Sekarang mereka tengah menyalami para tamu yang hadir di resepsi pernikahan keduanya.

Sasuke dan Sakura tampak seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng membuat para tamu yang hadir jadi iri dengan pesona keduanya.

Dari kejauhan, Naruto yang duduk di kursi roda datang bersama Karin. Sasuke mendengus melihat temannya yang satu itu, ternyata masih hidup setelah hampir meregang nyawa.

"Bos teme." sapa Naruto dengan mata berkaca-kaca, di hari bahagia temannya ia malah duduk di kursi roda.

Naruto bersyukur selamat dari maut, yah meski saat ini peto harus menderita karena masih bengkak dan memar sesudah dipukul Karin dengan tongkat bisbol. Ia bahkan tak sanggup berdiri dan hanya bisa duduk di kursi roda untuk satu Minggu ke depan.

"Hn, kau masih hidup ternyata." ujar Sasuke cuek.

Bibirnya mencebik, apa manusia ayam ini tak ada rasa simpati untuknya? "Kau tak kasihan padaku. Liat nih, atit!" ujar Naruto menyedihkan sembari menunjuk selangkangannya.

Mengangkat sudut bibirnya, Sasuke menatap Karin yang berdiri di belakang kursi roda Naruto. "Kau kurang keras memukulnya." kata Sasuke diakhiri seringaian.

Karin mengangguk. "Lain kali, aku akan tidak hanya memukulnya tapi juga memotongnya jadi tiga bagian." jawab Karin membuat jantung Naruto berhenti berdetak.

Kenapa Mimmi Karin makin kejam ya? Padahal kemaren itu kan cuma mimpi, kenapa peto dipukul sesadis itu pakai tongkat bisbol lagi, kalau pake tangan sih gak masalah. Ini? Dipukul pake benda keras, untung saja nyawa Naruto masih tertolong.

Dan yang lebih penting, untung saja peto tidak mengalami cedera serius. Yah, meski efek pukulan seperti memar dan bengkak masih ia dapatkan.

Mengabaikan Naruto, Karin mendekati Sakura lalu memeluknya. "Teman ku yang satu ini malah menikah duluan dariku dan Ino." ujar Karin. 

Melepaskan pelukannya. Senyum tulus tersungging di bibir Karin. "Aku doakan semoga kau dan Sasuke bahagia selalu." 

"Terimakasih! Karin juga cepatlah menyusul." balas Sakura dengan senyum manis. 

"Aku rasa kami berdua tidak bisa menikah dalam waktu cepat." sahut sebuah suara, Karin dan Sakura menoleh pada asal suara.

Tampak Ino berjalan menghampiri mereka sembari bergandengan dengan Sai. Setelah jarak mereka dekat, Ino melepaskan gandengan Sai lalu memeluk Sakura.

"Selamat menempuh hidup baru, Sakura." ujarnya tersenyum tulus.

Sakura mengangguk senang mendapat ucapan selamat dari kedua temannya. "Kenapa Ino bilang tidak bisa menikah dalam waktu dekat?" tanya Sakura menuntut jawaban.

Terkekeh, Ino menaikkan alisnya. "Butik kami sedang laris sekarang dan itu menyita waktu ku dan Karin. Untuk saat ini kami ingin fokus dengan karir dulu, menikah urusan belakangan." jelas Ino, Karin mengangguk setuju.

Desain pakaian dari butik mereka memang tengah digandrungi banyak kalangan saat ini. Karin pun juga lebih memilih fokus pada usahanya, soal menikah tidak usah buru-buru.

Toh, tanpa menikah pun mereka tetap bisa celap-celup. Ehem, bukan berarti mereka tak mau terikat pernikahan ya! Mau kok berumah tangga, cuma belum waktunya saja.

"Kami ke sana dulu. Pengen mencoba hidangan lezat itu." tunjuk Karin pada hidangan yang tersedia di meja makan.

Setelah kedua pasangan itu pergi, Sasuke yang hendak merangkul pinggang Sakura terhenti saat seorang pria dewasa terlebih dulu memeluk istrinya.

Kare wa nekodesuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang