Pharita, seorang direktur muda berbakat yang terkenal dengan sikap dinginnya, tidak pernah menginginkan pernikahan yang diatur. Namun, di usianya yang ke-26, tuntutan keluarganya memaksa dia untuk menikah demi menjaga reputasi perusahaan. Pilihan jatuh pada seorang gadis bernama Ahyeon, yang berasal dari keluarga terpandang.Ahyeon, berbeda dari Pharita, dia adalah seorang tunawicara. Kehilangan kemampuan berbicara sejak usia 10 tahun tidak membuatnya menyerah pada hidup. Dia menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi, dan tatapan matanya selalu penuh dengan semangat. Namun, semua itu tidak cukup untuk meluluhkan hati Pharita, yang menganggap pernikahan ini hanya sebagai kontrak bisnis.
Saat ini mereka tinggal di mansion mewah milik Pharita, tetapi suasana rumah selalu terasa sunyi dan hening. Pharita jarang berada di rumah, dan ketika dia ada, dia hampir tidak pernah memperhatikan keberadaan Ahyeon.
Ahyeon menjalani hari-harinya dengan rutinitas yang sama. Bangun pagi, memasak sarapan yang tidak pernah disentuh Pharita, merawat taman belakang yang luas, dan menghabiskan waktu dengan buku atau menonton televisi.
Pharita, di sisi lain, sibuk dengan pekerjaannya. Dia sering pulang larut malam, kadang membawa pekerjaan ke rumah, dan langsung masuk ke ruang kerjanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Ahyeon.
Ahyeon tidak pernah mengeluh. Dia hanya ingin mencoba menjadi istri yang baik, meski tidak ada cinta di antara mereka. Dia tahu bahwa Pharita tidak menginginkannya, tetapi dia tetap berusaha.
.
.
.
Suatu malam, Pharita pulang lebih awal dari biasanya. Dia menemukan Ahyeon duduk di taman belakang, bermain dengan seekor kucing liar yang sering datang ke rumah mereka. Cahaya bulan membuat wajah Ahyeon terlihat lebih lembut, dan Pharita untuk pertama kalinya memperhatikan sesuatu yang berbeda.
Ahyeon menoleh saat merasakan kehadiran Pharita. Dia tersenyum kecil dan mengangkat tangannya untuk memberi salam dengan bahasa isyarat:
"Selamat malam."
Pharita hanya mengangguk dingin dan berbalik masuk ke dalam rumah.
———
Ahyeon selalu mencoba menjangkau Pharita dengan caranya sendiri. Saat waktunya makan malam, dia memutuskan untuk membuatkan makan malam spesial. Dia memasak steak dengan saus jamur kesukaan Pharita dan menatanya dengan indah di atas piring.
Ketika Pharita pulang, Ahyeon menyambutnya di ruang makan. Dia menunjuk meja makan dengan senyuman kecil, berharap Pharita akan makan bersama dengannya.
Namun, Pharita hanya menatap meja dengan ekspresi dingin. "Aku sudah makan di kantor," katanya singkat, lalu berjalan ke arah tangga menuju kamarnya.
Ahyeon berdiri terpaku di tempatnya. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mulai merapikan meja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Hari-hari berlalu dengan pola yang sama. Pharita selalu sibuk dengan pekerjaannya, dan Ahyeon hanya menjadi bayangan di rumah itu.
Suatu hari, Ahyeon mencoba menanyakan sesuatu kepada Pharita dengan bahasa isyarat:
"Kamu ingin makan malam bersama malam ini?"
Pharita mengangkat pandangannya dari dokumen yang sedang dia baca. Dia menatap Ahyeon sebentar sebelum menjawab dengan nada datar, "Aku ada rapat malam ini."
Ahyeon hanya mengangguk pelan dan berbalik menuju dapur. Dia menyalakan keran air untuk mencuci piring, mencoba menutupi rasa sesak di dadanya.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot
RomansaKumpulan cerita Ahyeon dan Pharita <3 Note: cerita ini hanya fiksi semata, jangan dibawa serius.