32. Kesabaran

262 50 3
                                    

Hari demi hari kian berlalu. Mungkin semesta mendukung hubungannya, tapi tidak seperti ini.

***

“This time we'll make a partner so make sure you remember your partner for the task. We'll presentation on next week ya guys.”

“Miss! Partnernya bebas?”

“Of course... No.” Terdengar keluhan-keluhan dari para siswa di kelas itu.

“No yelling guys, c'mon. Siapa sekrenya? Come here please and rewrite these at the whiteboard.”

Sekretaris maju ke depan kelas dan menulis kembali data dari ponsel yang sudah dibuat oleh miss di papan tulis. Saat yang lain sedang membuat keributan, tanpa sengaja sang sekre menjatuhkan penghapus papan tulisnya.

Seketika keadaan kelas langsung hening begitu mendengar suara yang mengalihkan rutinitas mereka. Zee baru memasuki kelas setelah izin pergi ke toilet lima menit yang lalu. Ia segera membantu sekretaris itu untuk mengambil penghapusnya.

“Lo nggak apa-apa, Del? Kaki lo tadi kena, ya?” Tentu saja karena kelas yang tiba-tiba hening, suara Zee terdengar begitu jelas. Zee hanya menebak karena tadi ia sempat mendengar samar-samar suara rintihan Adel.

“Iya, tapi--” Belum sempat Adel menyelesaikan apa yang hendak ia katakan, dengan tanpa izin Zee mengambil ponsel dari tangan kirinya.

“Gua bantu diktein.”

Mulai hari itu hubungan kedua gadis bernama Azizi dan Reva semakin meningkat. Bahkan melebihinya. Jadi, apakah sekarang waktu yang tepat untuk memutuskan hubungan terlarang ini?

***

“Zoy... Aku juga nggak bisa dan nggak ngerti mau kamu apa kalo kamu nggak ngasih tahu!”

Zee langsung menyahut. “REVA FIDELA!!”

Adel tertunduk. Bahunya sempat sedikit terangkat karena terkejut. Sedang Zee terus menerus menghela napasnya. Ia menyerah. Akhirnya ia meninggalkan kasur dan Adel di atasnya sendirian. Pergi menuju balkon setelah mengambil sesuatu di dalam lacinya.

Adel sudah menduganya. Itu jelas vape. “Gua bukan tipe orang yang pantas lo sukai, Del. Gua bangsat, kan? Brengsek, kan? Lo nggak suka, kan kalo gua ngomong gua-lo sama lo?” Ucap Zee terus menghadap ke arah angin hampa.

Tanpa sepengetahuan Zee, Adel sudah berdiri tepat di belakangnya.

Enough.” Ujar gadis tersebut.

“Azizi Shafa Asadel. Putus itu gampang, aku juga yakin kita masih bisa hidup normal walau gaada sosok satu sama lain. Tapi, Zee... Tanpa aku nama kamu cuma jadi Azizi Shafa As.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang