15. Arena

1.7K 134 4
                                    

“Akhirnya lo dateng juga bro! Tumben lama. Ngasuh bocah dulu?” Sapa Sisca begitu Zee masuk ke dalam kafe.

“Ga tau lah, males gue.”

“Dihh bete, kek cewek.” Timbal Flora.

“Bacot lu. Mana tamu nya? Kalo ngajak tempur gua ladenin sini.”

“Kalem Zee, emangnya lagi red day lu?” Sisca tertawa puas nengejek Zee.

“Baru jam 7, masih sorelah. Tamunya di arena bro, lagi nonton yang balap. Jadi sebenernya kita sih yang tamu.” Jelas Flora.

“Yang lain juga udah duluan di arena?”

“Iya.”

***

VROOM VROOM

Deru motor melaju cepat di arena. Ramai penonton bersorak sorai. Yang menyediakan arena ini adalah pemilik kafe di dekat sana, mang Ara. Ia memiliki lahan yang sangat luas, maka ia memutuskan untuk membuat arena balapan liar yang disewakan.

Zee dan temannya yang lain berkumpul di kafe mang Ara sembari mengisap vape mereka.

“Kalian bikin gue pengen aja su!”

“Udahlah, Zee! Gausah sok sholeh lu berhenti ngevape!” Ucap Jessi, seorang futa yang memakai jaket kulit.

“Masalahnya bokap gua. Eh iya, katanya clue nya bokap gua? Jadi maksudnya bokap gua juga ikut geng motor?”

“Kaga anjir, kaga tau maksudnya. Tunggu aja dah, bentar lagi juga dateng kok orangnya.”

Tak perlu lama mereka menunggu, seorang wanita yang kelihatannya umur 20an itu datang dan meminta izin untuk duduk di meja yang sama.

“Hai, gue Jessica Veranda.”

Semua orang yang berkumpul di meja itu mengangguk-angguk. Lalu mereka juga mulai memperkenalkan diri.

Jessi, Olla, Zee, Flora, Amanda, Sisca. Anggota geng motor tanpa nama. Ketuanya tentu saja Amanda, seorang futa yang sering bersama Adel.

“Jessica Veranda. Jelasin alasan dan maksud lo ke sini.” Zee yang berkata seperti itu, tapi Amanda dan yang lain terkejut.

“Woy, goblok! Beliau lebih tua dan lebih jago dari kita!” Bisik Olla pada Zee.

“Ah, bacot. Who care?” Ucap Zee ketus.

Veranda hanya tertawa melihat reaksi Zee.

“Kenalin, mantan bokap lo. Bahkan... Tidur duluan daripada nyokap lo.”

Amanda, Sisca, dan yang lainnya sudah tahu bahwa Veranda adalah mantan dari ayah Zee. Tapi, mereka tidak tahu ada kalimat tambahan seperti itu.

Mereka tetap tertegun mendengar, apalagi Zee. Ia yang sangat menyayangi mamanya itu merasa dirinya terkhianati oleh ayahnya. Tapi, di sisi lain ia juga tidak percaya bahwa ayahnya sebrengsek itu.

“NGOMONG SEKALI LAGI ANJING!!” Zee berdiri dari tempat duduknya kemudian menjambak rambut belakang Veranda karena sudah kehilangan kesabaran. Terutama dengan masalah yang akhir-akhir ini melanda padanya.

Veranda merintih kesakitan, tapi tidak mau kalah, Veranda juga menjenggut rambut Zee.

“Gue tidur duluan daripada nyokap lu itu!” Ucap Veranda dengan lantang. Jessi dan Olla yang berada di kanan Zee mulai panik, mereka menahan Zee begitu ia tidak lagi menjambak rambut Veranda.

“Astaga... Anaknya Gracia juga kasar, ya? Ga salah sih, kaya bokapnya waktu main di kasur...”

“Gua tantang lo di arena sekarang juga!” Ucap Zee dengan perasaan yang menggebu-gebu.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang