‧ ︵‿₊୨୧₊‿︵ ‧ ˚ ₊
꒰ Happy Reading ꒱
︶⊹︶︶୨୧︶︶⊹︶Sadewa: Siapa min anak fh tuh? Kan anak fh banyak
Sadewa: Itu yang di tweet siapa?
Sadewa: Kamu liat kejadiannya gak?
Matheo: Oh iya guys tadi aku tuh kan liat ada yang lagi debat
Arsenio: Iya siapa
Matheo: Adik kamu sama si Visha terus calon istri kamuMatheo: Tapi aku gatau ya masalah awalnya apaan
Arsenio: Kan kemarin Icel ngechat aku buat nanyain Ashley ngampus kapan aja
Ethan: Gak bahaya ta"The real perang dunia ketiga" ucap Liam setelah membaca pesan dari teman-temannya itu.
────୨ৎ────
Ashley merebahkan dirinya di kasur sembari menggigit camilan favoritnya, matanya terpaku pada layar ponsel yang menampilkan aplikasi X "Wih, udah rame aja nih base," gumamnya sambil memandang unggahan dari akun base kampusnya. Setelah camilannya habis, rasa bosan mulai merayapi dirinya. Tanpa berpikir panjang, Ashley beranjak dari tempat tidur dan melangkah menuju balkon apartemennya, berharap pemandangan malam bisa sedikit mengusir jenuh.
Dari balkon, matanya tak sengaja tertuju pada balkon unit sebelah, unit milik Liam, tetangga yang beberapa kali berpapasan dengannya. Sebuah ide iseng melintas di benaknya. "Kenapa enggak coba masuk ke unitnya aja?" pikirnya, senyum kecil mengembang di wajahnya. Ashley mendekat ke pagar pembatas antara balkonnya dan balkon Liam, melirik ke kanan-kiri memastikan tak ada yang melihat, lalu dengan cekatan melompati pagar tersebut.
Setelah berhasil melewati pembatas, ia berdiri di depan pintu balkon unit Liam. "Sepi banget. Apa dia lagi nggak di rumah?" bisiknya pelan sambil mengintip ke dalam. "Kayak nggak berpenghuni gitu, ih. Coba buka pintunya ah, siapa tau ada keajaiban."
Ashley mengulurkan tangan ke gagang pintu, berharap pintu itu tidak terkunci. Saat berhasil membukanya dan melangkah masuk, tiba-tiba sebuah sosok muncul dari kegelapan, mengenakan masker wajah. Ashley tersentak dan langsung terjatuh ke belakang. "Bangsat! Hantu!" teriaknya ketakutan.
Tawa pelan terdengar di ruangan gelap itu. Sosok yang ternyata adalah Liam mendekat, masih dengan masker wajah yang menutupi sebagian besar wajahnya. "Hahaha, ngapain lo ngintip-ngintip unit gue?"
Ashley yang masih terkejut berusaha menenangkan diri. "Anjing lo! Gue gabut makanya gue ngintip!" jawabnya kesal.
"Lo sakit nggak?" tanya Liam sambil menahan tawa.
"Banyak," jawab Ashley sarkastis sambil merapikan diri.
"Yaudah, masuk sini dulu," ajak Liam santai. Ashley pun mengikuti Liam masuk ke dalam, menatap sekeliling yang masih gelap.
"Lo sengaja matiin lampunya apa gimana?" tanya Ashley sambil mencoba menyesuaikan mata dengan kegelapan.
"Nggak. Gue belum bayar listrik," jawab Liam santai.
"Miskin lo, bayar listrik aja nggak mampu," cibir Ashley, lalu duduk di sofa.
Liam hanya mengangkat bahu. Ia kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya dan melepas masker. Di dalam kamar mandi, tanpa sepengetahuan Ashley, Liam dengan cepat membeli token listrik lewat ponselnya. Setelahnya, ia kembali menghampiri Ashley yang sudah duduk di ruang tamu.
"Nih, miskin," ujar Liam sambil menyalakan lampu, membuat ruangan itu mendadak terang.
Ashley menatap Liam dengan kesal, namun tak bisa menahan tawa kecil. "Lo nggak mau kasih gue room tour gitu? Bosen gue kalau cuma duduk doang."
"Room tour sendiri aja. Manja banget," jawab Liam cuek sambil menyalakan TV dan membuka Netflix.
Merasa tertantang, Ashley pun berdiri dan mulai menjelajahi apartemen Liam sendirian. Saat masuk ke kamarnya, ia terkejut melihat kamar pria itu begitu rapi dan bersih. "Gila, cowok kok kamarnya bisa serapi ini?" gumamnya dalam hati.
*Anggap aja itu malam hari.
Matanya kemudian tertuju pada sebuah rokok elektrik yang tergeletak di atas nakas. Dengan rasa penasaran, Ashley meraih benda itu dan bergumam, "Nyoba dikit nggak apa-apa kali ya. Gue penasaran selera liquid cowok tuh gimana."
Ashley pun mencoba rokok elektrik itu dan seketika merasa puas dengan rasanya. "Enak juga," gumamnya.
Saat sedang asyik menghisap rokok itu, tiba-tiba Liam muncul di depan pintu kamar. Dengan cepat, ia merebut rokok itu dari tangan Ashley. "Jangan nyentuh atau nyobain barang gue, bisa nggak?" ucap Liam dengan nada tegas.
Ashley terdiam sejenak, merasa bersalah. "S-sorry, gue cuma penasaran."
Liam menatapnya sejenak lalu tersenyum kecil. "Nggak apa-apa sih, emang enak kan rasanya?" tanyanya, lebih santai kali ini. "Itu juga rasa favorit gue."
Ashley menghela napas lega. "Kirain lo marah," ucapnya.
"Nggak, gue nggak marah... asal lo yang pake sih," jawab Liam sambil menutup mulutnya cepat-cepat, sadar bahwa ia keceplosan.
Ashley menatap Liam dengan alis terangkat, bingung dengan ucapannya. "Eh, apa tadi?"
Liam buru-buru mengalihkan pembicaraan. "Ah, lupain kata-kata gue tadi. Intinya gue nggak marah, btw lo ngevape Ley? Baru tau gue" ucapnya sambil berusaha tampak biasa saja.
Ashley menatapnya dengan ekspresi penasaran, tapi memilih tak terlalu mempermasalahkannya. "Oke, lagian gue nggak anggap serius juga sih perkataan lo tadi. Soal lo nanya gue ngevape apa enggak, gue ngevape kok aslinya cuma jarang aja."
"Jangan keseringan Ley gabaik nanti lo gabisa punya anak" ucap pria itu singkat.
"Ah oke?" Ashley menjawab dengan rasa bingung kenapa pria itu tiba-tiba saja melarangnya.
Namun, di balik keheningan malam itu, ada sesuatu yang aneh mulai terasa antara mereka.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacific and Love (SEGERA TERBIT)
RomansaDIBACA YA‼️ ⚠️ Cerita ini 100% fiksi, but ada beberapa bagian yang emang real terjadi. ⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar ⚠️ 15+ ⚠️ Cerita ini mengandung beberapa bagian yang dibuat seperti au dan ada juga dialognya😚🫰🏻 ⚠️ Banyak bahasa sund...