🌊BAB 21🌊

46 30 39
                                    

     ‧ ︵‿₊୨୧₊‿︵ ‧ ˚ ₊꒰ Happy Reading ꒱︶⊹︶︶୨୧︶︶⊹︶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     ‧ ︵‿₊୨୧₊‿︵ ‧ ˚ ₊
꒰ Happy Reading ꒱
︶⊹︶︶୨୧︶︶⊹︶

Ashley merasa bahwa akhirnya ia benar-benar telah terlepas dari bayang-bayang Abian, lelaki yang sempat menyakiti hatinya. Dengan pandangan menerawang, ia bergumam pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

"Kayaknya gue udah bisa nerima semuanya, deh," bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri daripada siapa pun.

Namun, suara itu ternyata terdengar oleh Lana, sahabatnya yang duduk di sebelah. Lana mengernyit penasaran, lalu menoleh.
"Nerima apaan, Ley?" tanyanya.

Ashley terkesiap kecil, tidak sadar bahwa ia berbicara keras. Ia menghela napas dan tersenyum tipis, meski ada jejak kepedihan yang tersisa.
"Ya... pokoknya, gue udah nerima kalau takdir gue ya begini," jawab Ashley, suaranya ringan tapi mengandung ketulusan.

Lana menyimak dengan seksama, sorot matanya seolah ingin memastikan kebenaran dari perkataan sahabatnya itu.
"Lo berarti udah bisa ngelepas Abian? Dari pikiran lo... dari hati lo?" tanyanya hati-hati.

Ashley terdiam sesaat, seolah sedang menggali perasaan yang selama ini bersemayam di dalam hatinya. Setelah beberapa detik, ia mengangguk pelan.
"Kayaknya udah, deh, Lan. Semenjak gue deket sama Liam... rasanya hal-hal kayak gitu tuh udah jarang banget gue rasain. Bahkan... kayaknya, udah nggak pernah," jawabnya, kali ini dengan nada yakin.

Lana tersenyum puas, merasa sahabatnya perlahan menemukan kebahagiaannya lagi.
"Tuh, kan! Gue udah bilang, lo tuh udah kebawa nyaman sama Liam," ucapnya sambil menyenggol lengan Ashley.

Ashley tertawa kecil, meski ada rona di pipinya yang membuatnya sedikit salah tingkah. "Ih, masa sih? Nggak mungkin, deh," katanya, pura-pura menolak.

Lana mendengus geli. "Yeu... lo ini ya, dibilangin masih nggak percaya aja!" cibir Lana sambil terkekeh.

Ashley ikut tertawa, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa ringan. Perasaannya tidak lagi dibayangi oleh luka lama. Mungkin, benar kata Lana. Kenyamanan bersama Liam perlahan telah membuka jalan baginya untuk memulai babak baru dalam hidupnya.

────୨ৎ────
A

shley mengetuk pintu apartemen Liam dengan perlahan, "Tok tok tok..."

Tak perlu menunggu lama, pintu terbuka dan memperlihatkan Liam yang berdiri di ambang pintu. "Kenapa, Ash?" tanyanya penasaran.

Ashley tersenyum kecil, canggung. "Eh, enggak. Gabut aja, iseng ngetuk pintu orang."

Liam mengerutkan kening, menatap Ashley dengan tatapan bingung. "Ih, enggak jelas."

Namun, ada keraguan di mata Ashley. Ia menggigit bibirnya sejenak sebelum akhirnya berbicara pelan. "Liam, kayaknya... ada yang mau gue omongin, deh."

Pacific and Love (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang