Anyonggggg P kangen gak Lo semua?! Maaf ya gak update, berapa hari ya? Gue ldks coyy, tepar benget ini. Pas kegiatan masuk UKS 2 kali anjir, pertama kali masuk UKS setelah bertahun-tahun sekolah, saking apanya coba?
.
.
.-SELAMAT MEMBACA-
Hari-hari berjalan begitu menyenangkan bagi Arlino dan Jelon, terhitung sudah hampir satu bulan mereka bersama. Sikap asli Jelon yang semakin hari semakin kelihatan, membuat Arlino semakin nyaman berada disamping kakak kembarannya.Kasih sayang berlimpah dia dapatkan juga dari Almira dan Jarga, kasih sayang yang mereka berikan tak kalah hebat dari almarhum orangtua angkatnya. Namun, bedanya kali ini dia didik lebih mandiri atas hidupnya, tak ketergantungan pada siapapun tapi tetap diberikan porsi kasih sayang yang lebih dari cukup.
Kehidupannya yang sekarang membuatnya, lebih mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Hidup bukan hanya tentang dipahami saja, terkadang dia juga harus memahami tanpa memikirkan egonya sendiri.
Berterima kasih kepada Jarga yang membuat Arlino tak bersikap egois, dan lebih mementingkan urusan orang lain yang lebih penting.
Sekarang Arlino sedang bermain bersama Jelon dan gangnya, kenapa gak sama gang lamanya? Karena dulu gangnya dipimpin oleh Yogi dan dia juga bergabung berkat Yogi, semua orang disana menerimanya juga berkat bujuk rayu Yogi.
Namun, setelah mereka tau Yogi dipenjara berkat pembakaran rumah Arlino dan menewaskan lima orang. Mereka dengan serempak membela Yogi dan memutuskan untuk mengeluarkan Arlino, miris hanya satu kata yang bisa menggambarkan mereka semua.
"Ar, bisa basket gak Lo?" Tanya Hesa ditengah lapangan basket yang mereka semua sewa, sementara Arlino sedang duduk anteng dipinggir lapangan sambil memakan gorengan.
"Bisa, kenapa?" Ujarnya dari pinggir.
"Sini join tim gue, si Fero cape katanya." Arlino mengangguk pelan, dan meletakkan pelastik gorengannya kesamping.
Tim Hesa ada Rayhan dan Arlino, Tim Jelon ada Riki dan Denis. Jadi Jelon sekarang musuhnya! Ingat itu. Arlino berdiri dengan gagah di tengah Hesa dan Rayhan, disaat yang bersama juga Jelon mengejeknya sambil mengacungkan jari tengah.
Gak bisa begini, harga dirinya di ejek sama si anak babi! "Awas Lo Jelon!" Permainan dimulai, Arlino dengan lihai memainkan bola basketnya. Mengumpan, menembak, dan mencetak poin. Namun, tak bisa dipungkiri tim Jelon isinya full atlet basket.
Sekuat apapun tim Hesa mereka akan kalah sama tim basket nasional! Jangan macam macam sama Jelondra, jangan panggil aku anak kecil paman.
"Yee, bocah! Kalah kan Lo." Jelon semakin gencar membully Arlino, tapi ini bully bercanda. Soalnya seru liat muka Arlino kesel, lucu, haha.
"Bacot, Lo cuma beruntung ya!" Sarkasnya sambil berjalan keluar dari lapangan, kesel mau ngadu ke Almira aja.
"Lah ngambek...." Lirihnya pelan, emang dasar anak kecil tuh ya anak kecil. Mau sikapnya berubah 180° juga kalo dasarnya anak bayi ya bayi aja.
Jelon dan yang lain menyusul Arlino yang sedang minum air, dan bersiap menghabiskan gorengannya lagi. Gak selesai-selesai dari tadi makan. "Minta dong Ar, makan sendiri mulu." Ujar Fero yang sedari tadi udang ngiler liat ini anak makan.
"Ya ambil aja sih, ini juga dibeliin sama Reyhan." Semua menatap Rayhan heran, gak mungkin ini si Reyhan yang beli. Orang sepelit Rayhan mau traktir Arlino?
"Apa?" Tanya Rayhan yang mendapat tatapan penuh tanya dari teman-temannya.
"Ray? Lo kesambet ya? Ini bukan Lo plis!" Ujar Denis, sambil mengguncang bahu Rayhan.
"Ck! Terpaksa bangsat, dari pada tantrum di tengah jalan!" Mereka kembali dibuat melongo, pantes aja. Ternyata bocah tantrum yang maksa.
"Ganti duit gue Jelon." Ujarnya menatap Jelon penuh permusuhan, kenapa juga tadi Arlino gak bonceng kelon aja coba?! Ngapain sama dia?! Babi emang si Jelon.
"Elah, paling goceng. Goceng doang minta balikin, pelit lu nanti kuburannya sempit mampus Lo." Ujar Jelon santai sambil mencomot satu gorengan bakwan.
"Goceng mata Lo pilek!? Lo gak liat itu ada enem kantong kresek?! 30Rb bos! 30rb." Jelon terbatuk mendengar ucapan Rayhan, buset banyak amat jir. Mana sisa satu kresek doang lagi.
"Ar? Banyak amat? Nanti Lo batuk ege!" Jelon mengambil gorengan tempe yang tinggal setengah ditangan Arlino, tentu hal itu membuat Arlino sedikit marah. Orang lagi enak makan anj-- astagfirullah.
"Balikin babi, tinggal dikit lagi itu." Jelon menggeleng tegas, udah lima kresek abis coy. Apa enggak sekarat batuk itu anak?!
"Batuk Arlino!"
"Gak asik Lo, gue bilangin papah mampus." Ancamnya.
"Bilangin aja, nanti Lo yang kena marah." Arlino merotasi matanya malas, apasih masa Arlino gak boleh makan? Gak berperikemanusiaan banget mereka.
"Nih, lima puluh. Sama bayar yang kemaren es krim ni bocah." Ngomong ngomong Arlino emang suka morotin Rayhan, soalnya muka Rayhan ini muka tajir.
"Woi anjing, si Arlino kemaren es krim tiga itu tiga puluh. Coklatnya satu jadi 40, Ini masih kurang dua puluh rebu ya!" Untung Rayhan baik hati dan tidak sombong Rajib menabung juga.
"Aelah Ray, 20rb doang donasi lah gue miskin ini. Lo kan kaya raya." Ujar Arlino, dia juga dimarahin Jelon gara gara Rayhan ngadu!
"Kaya Raya taik Lo? Gue aja hidup kerja sendiri." Lho? Tampangnya kaya itang kaya padahal.
"Hah? Gak percaya, orang tampangnya kaya orang kaya."
"Yaudah sih kalo gak percaya, tapi bayar dulu. Atau gak bunganya nambah 100% setiap satu menit."
"Orang gila, nih bayar." Jelon memberikan selembar uang berwarna hijau, dan segera mengambilnya cepat.
"Gitu dong kan enak."
"Ayo Ar, balik. Mamah udah nyuruh balik!" Tangan jelon menarik Arlino untuk bangkit dari duduk lesehan, namun tak disangka Arlino malah menepis tangan Jelon.
"Asalnya beliin permen kapas dulu, ya?!" Jelon menghembuskan nafasnya jengah, untung sayang kalo enggak udah dia buang ini anak.
"Batuk! Lo denger gak sih gue bilang apa? Mau Lo sakit?! Kemren udah eskrim tiga, coklat, dan sekarang? Lo makan gorengan banyak Ar!"
.
.
."Mah, Jelon pulang!" Serunya, sementara Arlino hanya merenggut saja sedari tadi.
"Udah hampir setengah enam kenapa baru balik kak?" Tanya almira pada Jelon, sementara yang ditanya hanya mengedikan bahunya acuh.
"Kenapa sih? Berantem lagi?" Tanyanya kembali, cape deh ngeliat mereka berdua berantem mulu.
"Tanya aja Jelon tuh, males adek mah." Arlino salah target kali ini, Jelon bukan orang yang pandai menyimpan rahasia.
"Lah, mamah bayangin aja. Dia makan gorengan banyak banget enem keresek, makan es krim tiga dan masih minta jajan permen kapas?!" Arlino menginjak kaki Jelon keras-keras, bajingan!!!
"Enggak boong mah, jangan percaya sama dia. Pembohongan banget!" Bantahnya.
"Terus kalo gue boong Lo apa?" Ujar Jelon yang sedari tadi sudah menjauh dari Arlino, terhitung duduk mereka yang berjarak sekitar enam langkah kaki orang dewasa.
"Orang gue makan dikit doang kok!" Ujarnya sambil memperlihatkan jari tangannya seolah membentuk sedikit.
"Sedikit berapa adek?" Tanya Almira yang sedari tadi menyimak dua anaknya.
"Ah mamah mah gak percayaan, udah lah adek mau mandi!" Ujarnya langsung pergi dari ruang tamu, membuat Jelon dan Almira menggelengkan kepalanya heran, ada aja gebrakannya tiap hari.
.
.
.Author sedang sibuk bup, besok aja sekolah harus berangkat jam 5.50. bener bener dikejar deadline gue tuhhhh, yang sabar sabar ya nunggu aku update.
Detik detik menuju ending gysss, tadinya mau sampe bab 20 aja, tapi kayanya kurang jadi aku rombak dan tambahin lagi deh chapnya....
![](https://img.wattpad.com/cover/376577064-288-k711201.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlino dan lima cahaya
Teen FictionKenyataannya Arlino Mahendra hanyalah remaja berusia 17 tahun yang terperangkap akan kejamnya takdir, hidup yang semula terasa baik baik saja bahkan bisa dibilang cukup beruntung. Tiba tiba berubah menjadi hal yang tak pernah Arlino pikirkan akan te...