23. DINO

2.8K 221 10
                                    

Halowwwwww semuaaaaa, apa kabarrrrrrrrr rwrrr. Besok gue ultahh ucapin gak?! Hbd pacarnya parzan gtu.

.
.
.

-SELAMAT MEMBACA-

Dua insan penuh cinta tengah berbincang hangat di salah satu kursi toko, mencoba menceritakan kejadian hari ini, semua akan terasa baik-baik saja jika punya tempat bercerita tentang hari ini....

Terdengar tawa renyah dari bibir Jelon, Jelon selalu merasa bahagia didekatnya. Orang yang selalu mau mengerti Jelon, tak ada yang lebih indah dari saling mengerti satu sama lain.

"Kamu gak capek ngurus toko roti terus?" Tanyanya, jujur agak khawatir. Apa lagi Rika masih menempuh pendidikan seperti dirinya.

"Enggak, mamah papah aku udah kasih kepercayaan buat aku mulai bisnis. Lagian aku nikmatin kok prosesnya, aku juga gak ke bebani." Jarang anak muda yang mau menyisihkan waktu luangnya untuk berbisnis, tapi Rika? Rika mau melakukan nya.

Padahal jika dilihat dari latar belakang keluarga Rika, ini sudah cukup kaya raya. Bahkan jika mau Rika tak perlu melakukan apapun saja sudah berlimpahan harta.

"Tapi jangan capek capek ya? Nanti kamu sakit."

"Apasih kocak alay banget lu, aku udah mulai ini dari tiga tahun lalu. Ya kali bakal sakit cuma jaga toko." Rika memutar bola matanya malas, jujur Jelon ini sebenarnya jamet tapi jamet premium. Kadang suka malu juga sih pacarannya soalnya Jelon jamet banget, enggak deng bercanda.

Ibaratnya gini, se-jamet apapun Jelon akan dicintai dengan sepenuh hati, karena cuma Jelon yang memperlakukan dia layaknya seorang ratu. Asik bisa aja.

"Aku pulang duluan ya? Takut mamah udah tunggu, kamu jangan malem-malem pulangnya." Rika mengangguk patuh, setelah Jelon mengusap kepala Rika penuh rasa gemas.

.
.
.

"Mamah Jelon pulang!" Ujarnya sambil mencari keberadaan si penghuni rumah, pada kemana dah? Jangan jangan mereka pergi gak ngajak Jelon? Eh tapi gak mungkin sih arlino kan masih gak fit.

"Jelon bisa gak jangan teriak-teriak? Ini rumah bukan kebun binatang tempat tinggal kamu." Ujar Almira yang masuk dari arah lingu belakang, sepertinya dari taman belakang?

"Mamah kira Jelon monyet?" Ujarnya pelan, enak aja disamain sama monyet.

"Mamah gak bilang kamu monyet? Kalo kamu ngerasa sendiri ya sukur." Anjing dada gue sakit banget cok~ itu lah isi hati Jelon saat ini, tega banget heran.

"Mamah? Mamah sangat jahat dan tidak berperikemanusiaan!" Ujarnya penuh drama, dih emang beneran jamet anjim.

"Jangan drama deh, mamah tabok pake panci mampus kamu. Mana rotinya?" Jelon terkekeh geli, lucunya melihat ibu negara penuh emosi. Jadi pengen nikung papahnya deh.

"Ini mamah sayang, Lino mana?"

"Di belakang tuh, sana samperin." Jelon dengan jantannya berlari, najong. Disana dia bisa melihat adiknya tengah memanjat pohon mangga rumah sebelah, goblok.

"Woi ngapain Lo?!" Ujar Jelon sedikit berteriak, Arlino yang mendengar suara Jelon sedikit terlonjat kaget, hampir saja jatuh! Jelon babi.

"Lo liatnya gue lagi apa? Civok?" Astagfirullah adik tidak boleh seperti itu, masih kecil.

"Turun! Di tinggal bentar udah beda dimensi Lo." Jelon berdiri tepat dibawah pohon yang Arlino naiki.

"Bentar, enak lagi santai. Lon, boleh gak sih dino yang itu gue bunuh aja?" Ujarnya sambil melihat ke arah jendela kaca kamar Jelon, yang terdapat dino dampar, mukanya juga ngeselin ngajak ribut.


"Sembarangan aja Lo! Awas Lo sentuh dia."

"Apa Lo mau apa?" Arlino semakin gencar menantang Jelon, sungguh liat muka itu dini bikin gak mood sepuluh tahun.

Arlino tanpa aba-aba turun dari pohon dan berlari masuk, damn perasaan Jelon gak enak. Jangan jangan?!

"Arlino, jangan sentuh dino gue!" Jelon berlari menyusul Arlino, sementara Arlino sudah jauh didepan sana. Jelon hanya mampu berdoa supaya dino nya selamat dunia akhirat.

Arlino sudah siap dengan golok, yang entah ia dapatkan dari mana? Dia siap menjadi pembunuh berantai untuk para dini anjing ini

Leher dino malang itu Arlino sobek habis-habisan, membuat si pemilik langsung lemas tak bertenaga. Anak anaknya mati? Arlino....

"Lino jangan.... Kan mati kan." Arlino menatap Jelon yang terduduk didepan pintu kamarnya sendiri, Arlino menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Aduh, ini Arlino tadi dirasuki pembunuh berantai dino.

Untung cuma satu yang dibunuh, kalo semua? Udah pingsan si Jelon. "Mamah...." Jelon pergi meninggalkan Arlino yang masih di kamarnya, mau ngadu ke mamah kalo dunia jahat.

Almira yang mendengar panggilan dari putra sulungnya langsung menghampiri, betapa terkejutnya dia melihat si jamet ini nangis.

"Kenapa kamu kak?" Almira membalas pelukan Jelon, seraya mengelus punggung tegap milik anaknya.

"Dinonya mah...." Tangisan semakin pecah,rumah yang adem ayem tiba-tiba berubah menjadi bising akibat suara tangisan Jelon.

"Apa kenapa? Ilang? Mampus." Almira tertawa puas menanggapinya, jujur Almira juga gak suka itu dino. Jahat!

"Aaaa, mamah! Mamah mah gitu mulu, dino nya di rusak A-arlino!" Isakan demi isakan berlomba-lomba untuk keluar dari bibir syaiton, sementara Arlino sedang mengamati mereka berdua. Gimana ini? Aduhh Jelon marah besar, sampe keluar ingusnya.

Almira yang melihat putra keduanya berdiri tak jauh dari mereka, memintanya mendekat. Almira juga menuntun Jelon untuk duduk bersama di ruang keluarga.

"Adek kenapa ngerusak dino nya Jelon?" Tanya Almira lembut, dia juga memahami setiap sifat anak anaknya. Dia harus menjadi ibu yang perasa bagi anak-anaknya.

"Mukanya ngeselin mah." Ujarnya pelan.

"Ya tapi jangan dirusak dong! Kan jadi mati!" Ujar Jelon menyela, mana bisa dibidupin lagi!

Kan emang mati ya? Kalo hidup serem jir.

"Ya maaf, yaudah Lino ganti deh." Tawarnya mencoba berdamai, gak sengaja tadi tuh bunuh anaknya Jelon.

"Gak gak mau!" Ujarnya sambil masih terisak, belum sempat Jelon membahagiakan anaknya, tali udah mati aja.

"Trus Lino harus apa? Itu gak sengaja, tadi tuh dirasuki pembunuh berantai dino." Almira dibuat tertawa dengan tingkah mereka berdua, entah ngidam apa dulu sampe punya anak kaya mereka, apa lagi Jelon hahah.

"Kubur aja sana, kalian saling bantu biar dino nya beristri dengan tengang." Ujar Almira bercanda, tapi siapa sangka mereka berdua bakal setuju?

"Ayo jelon, kita kubur dibelakang rumah." Jelon mengucek matanya dan mengangguk singkat, mereka berdua kembali ke kamar dan mengambil dino yang sudah terbalut kain putih.

Almira hanya mampu melongo melihat tingkah ajaib anak kelas 11 SMA itu? Yang bener aja?!

"Jelon pegang yang bener! Nanti dino nya sakit!" Pasalnya jelon hanya memegang dengan satu tangan, tidak seperti Arlino yang memegang dengan sepenuh hati.

"Bentar babi, gue masih mau nangis!" Jelon menggunakan tangan satunya lagi untuk menutupi matanya yang sembap, hingga tiba mereka sampai ke arah pintu, tanpa aba-aba Jelon tersandung kaki meja yang membuatnya terjungkal dengan tidak elit.

.
.
.

Udahh sih gitu aja, malem pergantian hari mau ngerayain ah, belajar merayakan diri sendiri. KALIAN UCAPIN GUE HBD YAAAAA

Arlino dan lima cahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang