Halowwww, aku upnya mulai sekarang siangan aja ya? Malem aku capekk pengen bobok, kalo siang nanti setiap jamkos atau istirahat aku nulis.
.
.
.-SELAMAT MEMBACA-
Rumah kediaman Jarga makam ini terdengar begitu sunyi, diruang makan hanya ada Sura dentuman piring dan sendok yang tengah beradu. Tentu hal itu membuat kedua orangtua disini merasa aneh dan janggal dengan dua pembuat onar ini, bisanya tidaka hari tanpa adu mulut!
"Mah? Kok ada yang aneh ya? Kaya da yang janggal gitu." Ujar Jarga memulai pembicaraan, sekalian menyindir dua orang ini.
"Hm, iya. Oh iya pah, besok jadi pergi keluar kotanya?" Jarga mengangguk pasti, ini sangat penting pokoknya.
"Udah di beresin bawaan papah, mah?"
"Udah, kalian ini kenapa sih? Ada masalah? Cerita sama kita, kalian rebutan cewek?" Arlino berdecak kesal didalam hati, ngapain coba rebutan cewek? Kaya gak ada hal penting lain aja!
"Enggak." Jawab Arlino singkat, udah mah males ketemu Jelon eh malah disatukan serumah, kakaknya lagi. Jelon emang dari dulu gak bisa diajak kerjasama!
"Kak? Kenapa?" Tanya Almira gantian menanyakan si sulung, siapa tau akan mendapat jawaban entah sekata ataupun dua kata.
Namun harapannya pupus setelah jelon menjawab hanya sebuah gelengan pelan.
"Orang kaya Lo mana ada mau ngaku!" Sarkas Arlino, jujur hatinya begitu dongkol. Jelon plis stop buat onar, capek.
"Apasih?!" Jelon sedikit lepas kendali, hingga membuatnya menggunakan nada tinggi.
"Itu nyata ya! Lo itu pengkhianat." Arlino bangkit dari duduknya, menatap Jelon yang masih terduduk sambil memainkan alat makannya.
Alat makan yang sedari tadi hanya untuk dimainkan terlempar begitu saja hingga jarah beberapa meter disamping mereka berempat.
"Lo gabakal ngerti Ar! Stop bilang gue pengkhianat!" Jelon ikut berdiri dan menatap Arlino nyalang.
"Hey! Apa apaan kalian, duduk! Nyelesain masalah bukan gini caranya! Jelon juga, kenapa apa yang kamu perbuat? Arlino, kalo selesaikan masalah gak usah pake kata kata kasar!" Ketenangan makan Jarga hilang begitu saja bersama nafsu makannya yang entah kemana.
"Susah lah ngomong sama orang yang cuma liat sisi buruk kita!" Ujar Jelon penuh emosi, Arlino hanya lihat dari sisi pandangnya, dia tidak melihat dari sisi pandang Helin dan teman-temannya.
"Jelon mau ceritain, dianya emosi mulu!" Lanjutnya lagi.
"Yaudah sekarang cerita." Ujar Almira, jujur ini mereka beneran meledak ledak setelah sekian purnama saling ngalah?
"Gak usah mah, tunggu besok aja. Pasti bakal tau kok kebenarannya." Jelon pergi meninggalkan ruang makan, menuju balkon rumah megahnya.
Arlino juga ikut melenggang pergi meninggalkan Almira dan Jarga, langkah kakinya membawa ia hingga taman belakang. Jelon babi bilang aja dia takut dimarahin papah! Sarkasnya dalam hati
.
.
.Jelon masih setia rebahan di kasur miliknya sejak malam tadi hingga pagi buta saat ini, dia terlalu malas beranjak dari kasur. Nantilah biarkan dia bermalas-malasan sebelum berperang dengan puluhan ekor kura-kura milik Jarga yang akan dia urus selama satu minggu kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlino dan lima cahaya
Roman pour AdolescentsKenyataannya Arlino Mahendra hanyalah remaja berusia 17 tahun yang terperangkap akan kejamnya takdir, hidup yang semula terasa baik baik saja bahkan bisa dibilang cukup beruntung. Tiba tiba berubah menjadi hal yang tak pernah Arlino pikirkan akan te...